Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Lokal Terhadap Status Gizi Pada Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Simpang Tiga Aceh Besar Ramazana, Cut Vitria; Zuheri, Zuheri; Alaydrus, Said Qadaru
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 11 (2024): Volume 11 Nomor 11
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i11.16048

Abstract

Balita adalah kelompok usia yang rentan terhadap masalah gizi dan memerlukan perhatian khusus karena kekurangan gizi dapat menyebabkan dampak negatif yang serius. Untuk  memenuhi kebutuhan gizi balita, pemerintah telah mengembangkan program pemberian makanan tambahan (PMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian PMT lokal terhadap status gizi balita gizi kurang di Puskesmas Simpang Tiga, Aceh Besar pada tahun 2023. Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2024 dengan menggunakan data sekunder. Sampel di ambil berdasarkan Total sampling berjumlah 52 sampel, serta dianalisis dengan mengunakan analisis statistik  Uji Wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian didapatkan status gizi balita sebelum pemberian PMT adalah status gizi kurang sebanyak 52 balita (100%). Terjadi peningkatan status gizi pada balita gizi kurang sejumlah 36 orang (69,2%) dengan status gizi normal. Ada pengaruh pemberian PMT terhadap status gizi pada balita gizi kurang p<(0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian makanan tambahan (PMT) terhadap status gizi pada balita gizi kurang di Puskesmas Simpang Tiga Aceh Besar.
Perikardiosintesis dan Perikardiektomi pada Efusi Perikardial Tuberkulosis Subhan, Nanda; Alaydrus, Said Qadaru; Razi, Khalikul; Ilham, Darul
Jurnal Medika: Medika Vol. 4 No. 3 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/s37apz45

Abstract

Efusi perikardial tuberkulosis (TB-PE) adalah bentuk langka namun serius dari tuberkulosisekstrapulmoner (EPTB) yang menjadi penyebab utama efusi perikardial di wilayah dengan bebanTB tinggi. Tanpa diagnosis yang tepat dan terapi yang cepat, TB-PE dapat menyebabkan kematiandan prognosis yang buruk. Diagnosis dini dan intervensi cepat sangat penting untuk meningkatkanhasil pasien. Metode kami melaporkan kasus seorang bayi perempuan berusia 2 bulan 28 hari yangdirawat di Rumah Sakit Zainoel Abidin, Banda Aceh, pada 12 Januari 2020. Pasien mengeluhkansesak napas selama satu bulan yang semakin memburuk dalam dua hari terakhir, disertai batukproduktif, demam, dan kesulitan makan. Ayah pasien sedang menjalani pengobatan TB paru aktif.Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi interkostal, suprasternal, dan epigastrium, serta suaracrepitus di dua pertiga bawah paru. Hasil ekokardiografi pada 14 Januari 2020 menunjukkan efusiperikardial masif tanpa tanda tamponade. Berdasarkan skor TB 10 dan riwayat kontak, pasiendidiagnosis dengan TB ekstrapulmoner dan memulai pengobatan anti-tuberkulosis (OAT). Pada 22Januari 2020, dilakukan prosedur subxifoide perikardial window, yang mengalirkan 100 cc cairankekuningan dari rongga perikardial. Pasca-prosedur, saturasi oksigen pasien meningkat dari 92%menjadi 98%. Hasil kasus ini menegaskan pentingnya mempertimbangkan tuberkulosis sebagaipenyebab efusi perikardial pada pasien pediatrik dengan riwayat kontak TB. Diagnosis dini danperawatan cepat, termasuk perikardiocentesis dan terapi OAT, sangat penting untuk mencegahkomplikasi serius dan meningkatkan prognosis pasien.
Congenital Dengue: Tinjauan Literatur Mulya, Vidya Chatmayani; Alaydrus, Said Qadaru
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 6 (2025): Volume 12 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i6.21038

Abstract

Congenital dengue, meskipun jarang, terjadi akibat transmisi vertikal virus dengue (DENV) dari ibu hamil yang terinfeksi kepada janinnya, seringkali ketika tidak ada cukup waktu untuk transfer antibodi protektif maternal.  Dengue adalah penyakit demam akut yang endemik di negara tropis seperti Indonesia, disebabkan oleh DENV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dengan empat serotipe (DEN 1-4).  Manifestasi klinis pada neonatus seringkali non-spesifik, menyerupai sepsis neonatal awitan awal, dan dapat meliputi demam, ruam, trombositopenia, hepatomegali, serta perdarahan spontan.  Diagnosis meliputi anamnesis menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium seperti hitung darah rutin (menunjukkan leukopenia, trombositopenia, dan peningkatan hematokrit), tes fungsi hati, serta konfirmasi definitif melalui deteksi antigen NS1, asam nukleat virus, atau antibodi (IgM/IgG) dari sampel neonatus dan tali pusar.  Tatalaksana mengikuti pedoman nasional untuk dengue pediatri, menekankan perawatan suportif, resusitasi cairan, dan dukungan nutrisi, yang seringkali memerlukan rawat inap.  Deteksi dini dan manajemen yang cepat sangat penting untuk prognosis, karena diagnosis yang terlambat dapat menyebabkan komplikasi parah seperti kerusakan hati, distres pernapasan, dan perdarahan intrakranial, dengan peningkatan risiko mortalitas.
Myocardial Bridging: Laporan Kasus Alaydrus, Said Qadaru; Rizki, Muhammad
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 6 (2025): Volume 12 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i6.21037

Abstract

Myocardial bridging adalah suatu kondisi di mana arteri koroner yang terdistribusi ke permukaan epikardial, dilapisi oleh miokardium pada segmen intramyocardial dari arteri koroner epikardial. Lokasi, panjang, dan tingkat keparahan bridging bervariasi antar pasien dan dapat bervariasi pada pasien yang sama dari satu pemeriksaan ke pemeriksaan lainnya. Tingkat kondisi ini biasanya tidak luas dan parah. Myocardial bridging dapat terjadi pada pasien dengan dan tanpa penyakit arteri koroner. Diagnosis myocardial bridging dibuat ketika sebagian dari arteri koroner epikardial (biasanya arteri koroner desenden anterior kiri (LAD)) ditemukan seluruhnya atau sebagian besar berada di dalam miokardium (intramyocardial). Ini dapat didokumentasikan selama angiografi koroner diagnostik, CT angiografi, secara intraoperatif, atau pada pemeriksaan postmortem. Terapi medis – Pengobatan farmakologis meliputi beta blockers, ivabradine, dan kemungkinan nondihydropyridine calcium channel blockers. Agen-agen ini mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard. Revaskularisasi dapat dilakukan tetapi memiliki risiko fraktur stent di lokasi myocardial bridging. Terapi bedah harus disiapkan untuk pasien dengan gejala persisten, di mana perubahan iskemik jelas, dan bagi mereka yang memiliki penanda risiko tinggi (seperti aritmia ventrikel yang mengancam jiwa, kematian mendadak, atau infark miokard non-fatal), di mana uji coba terapi medis telah gagal.
Karakteristik Klinis Pasien Sindrom Koroner Akut Dan Kronik: Sebuah Studi Observasional Di Rumah Sakit Rujukan Aceh Alaydrus, Said Qadaru; Rizki, Muhammad; Fauzan, Rivhan
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 8 (2025): Volume 12 Nomor 8
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i8.21782

Abstract

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan serius di Indonesia, dengan prevalensi tinggi di Provinsi Aceh. Terdapat perbedaan profil klinis antara Sindrom Koroner Akut (SKA) dan Sindrom Koroner Kronik (SKK) yang memengaruhi luaran pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan membandingkan profil pasien SKA dan SKK yang menjalani Intervensi Koroner Perkutan (IKP) di Aceh. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional dengan rancangan kohort prospektif, dilaksanakan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dari Maret hingga Desember 2023. Sebanyak 32 subjek yang menjalani IKP direkrut menggunakan teknik quota sampling, terdiri dari 20 pasien SKA dan 12 pasien SKK. Data dianalisis secara deskriptif. Ditemukan perbedaan profil yang jelas antara kedua kelompok, di mana pasien SKA menunjukkan gambaran beban penyakit yang lebih berat, salah satunya tercermin dari adanya kebutuhan intervensi yang lebih kompleks seperti  multiple stenting pada sebagian pasien. Pasien SKA memiliki profil klinis yang secara fundamental lebih berat dibandingkan pasien SKK di Aceh. Kompleksitas intervensi, seperti kebutuhan akan multiple stenting, menjadi salah satu gambaran dari tingginya beban penyakit yang ditemukan pada kelompok pasien SKA.