Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemetaan Jejak Pengetahuan: Sebuah Catatan Kronologis Epistemologi Islam perspektif al-Jabiri Fazlin, Hani; Hasan, Hamka; N, Abd. Muid
Refleksi Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam Vol. 24 No. 1 (2024): Refleksi Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ref.v24i1.5357

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk melakukan pemetaan yang cermat terhadap perjalanan dan perkembangan jejak pengetahuan yang telah menjadi bagian integral dari budaya penalaran dalam masyarakat Arab, yang pada gilirannya menjadi pondasi yang kuat dalam pembentukan penalaran dalam Islam secara menyeluruh. Seorang pemikir Islam yang terkenal dari wilayah Maghrib, yaitu al-Jabiri, telah mengembangkan sebuah kerangka pemikiran yang terdiri dari tiga tipologi sistem penalaran yang memengaruhi dan membentuk pengetahuan di kalangan masyarakat Arab tersebut; yakni bayan, ‘irfān, dan burḥān. Penelitian yang disajikan dalam artikel ini merupakan sebuah penelitian kualitatif yang berlandaskan pada sumber data dari penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menguraikan bahwa keberadaan ketiga sistem penalaran ini adalah hasil dari dinamika pergulatan ideologis-politis yang saling berkompetisi untuk mendominasi, daripada sekadar menjadi sesuatu yang bersifat transformatif. Epistemologi bayan dan ‘irfān hadir dalam keberagaman unsur pra-Islam yang telah meresap dan semakin berakar kuat pada masa kodifikasi dan gerakan penerjemahan. Sementara itu, epistemologi burḥān muncul pada masa kekuasaan Daulah Abbasiyah di bawah kepemimpinan al-Ma’mun, yang diinisiasi dengan tujuan untuk menekan kelompok-kelompok yang menentang negara, khususnya mereka yang berpegang teguh pada pemikiran 'irfān. Historisitas dari ketiga epistemologi ini saling bersilangan dan membentuk pola penalaran yang khas bagi bangsa Arab.
USIA PEREMPUAN MENIKAH DALAM AL-QURAN: ANALISIS HERMENEUTIKA DOUBLE MOVEMENT FAZLUR RAHMAN A. Hanif, Muhammad; N, Abd. Muid; Nurbaiti, Nurbaiti
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 7, No 1 (2023): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v7i01.590

Abstract

There is a gap between Islamic law and positive law in Indonesia regarding the minimum age standards for women to marry. This gap appears contradictory when applied to Marriage Law no. 16 of 2019 concerning changes in the minimum age for women to marry from 16 years to 19 years. This change to the Marriage Law was carried out as a positive response from the government to answer increasingly complex socio-cultural demands. Meanwhile, Muslims in Indonesia are still guided by Islamic law, which only requires the age of puberty (15 years) as the age limit for marriage. This research aims to find the concept of marriage age in the Al-Quran and then contextualize it in the current phenomenon of women's marriage in Indonesia. This research uses the maudhûi interpretation method, conceptual thematic model and Fazlur Rahman's double movement hermeneutic approach. Data was obtained through library research, a type of qualitative research. The research results obtained show that the concept of age for women to marry is found in QS. An-Nisa'/4: 6 and QS. An-Nur/24: 32-33. The moral ideal of this verse is the age of marriage as a wise age. In the Indonesian context, the minimum age for women to marry is 19 years, and the ideal age is 25 years (the wise age)
Ayat-Ayat Tentang Kisas Dalam Perspektif Ibnu Katsir Dan Fazlur Rahman Akbar, Padil; N, Abd. Muid; Rofiah, Nur; Uzm, Bil
Jurnal Global Ilmiah Vol. 2 No. 9 (2025): Jurnal Global Ilmiah
Publisher : International Journal Labs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55324/jgi.v2i9.235

Abstract

This study examines the concept of kisas (reciprocal retribution) in the Qur'an, seen from the perspective of two prominent commentators: Ibn Katsir (a classical commentator) and Fazlur Rahman (a contemporary commentator). This research aims to understand the similarities and differences in their interpretation of the Qur'anic verses about the kisas. This study uses the maudhu'i (thematic) tafsir method with an analytical-comparative approach. The research data is in the form of Qur'anic verses related to Kisas interpreted by Ibn Kathir in the book Tafsir Ibn Kathir and Fazlur Rahman in his double movement thinking method. This research is motivated by the existence of pros and cons in society regarding the punishment of kisas (commensurate retribution). This research is intended to answer questions about the law and interpretation of the kisas in the Qur'an, also explain the comparative analysis of Ibn Kathir and Fazlur Rahman's interpretation of the verses of the kisas, as well as to find out the text and context of the verses about the laws of kisas by using the double movement method to analyze the comparative interpretation of Ibn Kathir and Fazlur Rahman. The results of this research are expected to provide an overview of the interpretation of Kisas in the treasures of Islamic interpretation. It is also hoped that it can bring out a more comprehensive and contextual understanding of the application of Kisas in the modern era.
Hubungan Antara Agama dan Filsafat dalam Tafsîr Al-Mishbâh Karya M. Quraish Shihab. Arifah, Nur Hamidah; N, Abd. Muid; Nurbaiti, Nurbaiti
Jurnal Inovasi Global Vol. 2 No. 11 (2024): Jurnal Inovasi Global
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jig.v2i11.221

Abstract

Pandangan Quraish Shihab perihal agama dan filsafat bertitik tumpu pada pandangannya akan wahyu dan akal. Wahyu dan akal mendorong manusia untuk merenungkan keajaiban alam semesta yang menuntunnya untuk meniscayakan wujud Tuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan relasi agama dan filsafat dalam Tafsîr al-Mishbâh karya M. Quraish Shihab. Penulis menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan teori hermeneutika filosofis Gadamer dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa penjelasan Tafsîr al-Mishbâh terhadap ayat-ayat yang memuat persoalan-persoalan filsafati menghasilkan suatu rumusan bahwa terdapat jalinan konvergensi antara agama dan filsafat. Agama yang dimaksud adalah agama Islam karena penelitian ini mengkaji persoalan agama melalui Al-Qur`an. Sedangkan filsafat yang berelasi dengan agama adalah filsafat yang bersifat teistik-praktis-ekoteologis. Penelitian ini juga menghasilkan suatu teori bahwa semakin seseorang mengolaborasikan filsafat dan agama dalam hidup, semakin ia mampu bersikap bijak dalam membangun kehidupan. Teori ini berpijak pada pandangan K. Bertens yang menyatakan bahwa pemikiran filosofis mampu membawa manusia pada kebijaksanaan dalam memandang segala persoalan dalam kehidupan yang kompleks. Pada akhirnya, filsafat dan agama dapat mengarahkan manusia pada keimanan dan tindakan-tindakan etis. Manusia yang beriman dan beretika dapat bertindak secara tepat dan mengatur kehidupan dengan baik.
Bukti Kebenaran Al-Qur’an Tentang Adanya Kebangkitan Pada Hari Kiamat Damanhuri, Damanhuri; Hasan, Abdur Rokhim; N, Abd. muid
COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2024): COMSERVA : Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/comserva.v4i6.2492

Abstract

Penelitian ini mengkaji konsep hari kebangkitan menurut Al-Qur’an, hadis, dan akal rasional. Kepercayaan terhadap hari kebangkitan merupakan bagian dari rukun iman yang mendasar dalam Islam, dimana setiap manusia akan dihidupkan kembali setelah mati untuk diadili sesuai amal perbuatannya. Dalam berbagai ayat dan hadis, hari kebangkitan dijelaskan secara detail, termasuk proses tiupan sangkakala yang menandai kehancuran alam semesta dan kebangkitan seluruh umat manusia di hadapan Allah. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dengan Al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir sebagai sumber utama. Hasilnya menunjukkan bahwa hari kebangkitan adalah suatu kepastian dalam Islam dan merupakan keniscayaan dalam sistem alam semesta yang dinamis. Selain itu, untuk membuktikan konsep hari kebangkitan bagi orang-orang yang tidak beriman atau ateis, pendekatan akal dan rasional analogi dapat digunakan. Pendekatan ini mempertimbangkan penegakan keadilan sejati yang hanya dapat diwujudkan di akhirat, ketika semua perbuatan manusia diadili secara adil oleh Allah, yang Maha Adil dan tidak dapat dihalangi oleh kekuatan apapun.