Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Implementation of ibn Miskawaih's Ethical Thought on Self-Meaning in the Social Environment Mujtahid, Mujtahid; Assidiqi, Ali Hasan; Sadiyah, Dini; Soleh, Achmad Khudori; Maulana, Hafidz Fajar
RUSYDIAH: Jurnal Pemikiran Islam Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : STAIN Sultan Abdurrahman Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/rsd.v5i1.1067

Abstract

Belakangan ini, moralitas terhadap Tuhan dan manusia mulai menurun. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berita terkait keseharian masyarakat yang menyimpang dari ajaran agama dan norma sosial, sehingga karena perbedaan menjadi pemicu kekerasan dan pembulian. Tujuan penelitian ini sebagai sebuah solusi bagi seseorang yang belum bisa mengendalikan dan menempatkan diri dengan memahami konsep etika Ibnu Miskawaih dan implementasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, dengan pendekatan historis-kritis. Temuan penelitian menunjukkan pemikiran etika Ibnu Miskawaih didasarkan pada pandangan tentang jiwa manusia. Tempat dimana seseorang pertama kali mengenal jiwanya dengan menyucikannya dari penyakit hati, dusta, dengki dan cinta berlebihan terhadap dunia. Penyakit hati dan penyucian jiwa bisa dicapai dengan belajar untuk selalu  banyak beramal, menjauhi teman-teman yang serakah, hidup sederhana, belajar tentang agama dan mawas diri. Seseorang juga tidak boleh mempunyai ekstrim kelebihan dan ekstrim kekurangan, sehingga wajib memposisikan di tengah. Implementasi pemaknaan diri di lingkungan sosial dapat dilakukan dengan membersihkan hati, kemudian membiasakan diri berbuat baik sehingga nantinya menjadi kebiasaan yang mengarah pada kesehatan ilahi. Puncaknya adalah mampu berbuat baik secara langsung tanpa berpikir karena sudah menjadi kebiasaan untuk berbuat baik kepada siapapun walau berbeda keyakinan atau suku hinga negara. Penelitian  ini  memberikan  wawasan  tentang  kontribusi  pemikiran Ibnu Miskawaih  dalam pemaknaan diri di lingkungan sosial.   Recently, morality towards God and man has begun to decline. This is evidenced by the many news related to people's daily lives that deviate from religious teachings and social norms, so that differences trigger violence and bullying. The purpose of this research is as a solution for someone who has not been able to control and position themselves by understanding the concept of Ibn Miskawaih's ethics and its implementation. The research method used is literature study, with a historical-critical approach. The findings of the study show that Ibn Miskawaih's ethical thinking is based on a view of the human soul. A place where a person first knows his soul by purifying it from liver disease, lies, envy and excessive love of the world. Liver disease and purification of the soul can be achieved by learning to always do a lot of charity, stay away from greedy friends, live simply, learn about religion and introspection. One should also not have extreme advantages and extreme disadvantages, so it is mandatory to position in the middle. The implementation of self-meaning in the social environment can be done by cleansing the heart, then getting used to doing good so that later it becomes a habit that leads to divine health. The peak is being able to do good directly without thinking because it has become a habit to do good to anyone regardless of beliefs or tribes to countries. This research provides insight into the contribution of Ibn Miskawaih's thought in self-meaning in the social environment.
Implementasi Pemikiran Ali Mustafa Yaqub Dalam Memahami Hadis Persoalan Busana Sosial Di Masyarakat ., Mujtahid; Sadiyah, Dini; Assidiqi, Ali Hasan
Lisyabab : Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 5 No 2 (2024): Lisyabab, Jurnal Studi Islam dan Sosial
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58326/jurnallisyabab.v5i2.299

Abstract

Behind the many developed and educated societies, it turns out that there are still people who are far from this. Where in the community there is still early marriage, especially for women. With this being a counter to the current era and regulations that require marriage at least 18 years and compulsory education 12 years. The research method used is qualitative. The results show: 1) Parents' Views on Early Marriage Actually nothing wants to happen. Parents want their daughters to stay in school and work, but because of the economy, they marry early in the hope that their daughters can be useful and ease the burden on parents. 2) The existence of early marriage due to internal factors and external factors which include environmental, social, economic, cultural and so on. Of the many factors, economic and educational factors are the main ones. The economy with a small income and education that is indeed very far access reach, especially junior high school, makes the culture to marry off their daughters early.
The Concept of Religious Moderation From Sunan Kudus' Perspective and Its Correlation with Islamic Education in The Modern Era Mujtahid, Mujtahid; Assidiqi, Ali Hasan; Sadiyah, Dini
Al Ulya: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 10 No. 1 (2025): Al Ulya: Jurnal Pendidikan Islam (April)
Publisher : Fakultas Tarbiyah - Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32665/alulya.v10i1.3232

Abstract

This research is motivated by the many cases of Intolerance, violence, riots, terror against religious leaders, hoax news, hate speech, provocative issues, in the name of religion, being a source of hostility both between people and groups. This research aims to discuss the concept of religious moderation of Sunan Kudus and its implementation. The study used is a type of literature with a descriptive analysis approach. The results show that Sunan Kudus teaches religious moderation in da'wah and his daily journey by adjusting most people's beliefs. Sunan Kudus also teaches respect and the absence of violence, but harmony. The correlation with the modern era is that it does not interfere with or be hostile to different people. Religion teaches many values to coexist, as Sunan Kudus's message. Even traditions that exist to this day, such as gusjigang in the holy society, teach to have good morals, trade honestly, and respect fellow human beings even though they are different and enjoy togetherness by helping each other instead of following the teachings of jihad and terrorism that are hostile to others.
Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Qs Luqman Ayat 12-15 Dan Implementasinya Di Taman Kanak-Kanak Assidiqi, Ali Hasan; Sadiyah, Dini; Salama, Salama
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEGURUAN DAN PENDIDIKAN (SNKP) Vol. 1 (2023): Prosiding Seminar Nasional Keguruan dan Pendidikan (SNKP) 2023
Publisher : LPPM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seorang anak pada usia dini memiliki pemahaman yang kuat dalam menerima pendidikan. Keluarga atau orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anak-anak mereka dalam berbagai tingkatan. Pendidikan Islam merupakan upaya pengembangan kodrat manusia dalam rangka mewujudkan kehidupan manusia yang sejahtera dan bahagia. Selain pendidikan agama yang diberikan orang tua kepada anak, lingkungan sosial anak seperti sekolah teman dan lingkungan masyarakat juga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pembentukan kepribadian anak. Penelitian ini mengunakan penelitian kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber dari data premier dan sekunder. Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan analisis data (content analysis) dari beberapa tafsir. Hasil menunjukkan Konsep pendidikan anak usia dini yang terkandung dalam surah Al-Qur'an Luqman ayat 12-15 terdapat beberapa konsep tentang pendidik anak usia dini, yaitu, 1) Sebagai pendidik dalam hal ini orang tua perlu mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada anak-anaknya, 2) mengajarkan anak tentang pendidikan tauhid, yaitu berdoa untuk Allah, 3) orang tua harus meletakkan dan menyesuaikan sesuatu pada tempatnya, atau dengan kata lain mengajarkan anak pada sesuatu yang sesuai dengan minatnya, kemampuan dan bakat, 4) Pendidikan jasmani/jasmani anak harus dimulai sejak dini, melalui pemberian ASI kepada anakdan 5) Pendidikan Ahklak yang berkaitan dengan kehidupan. Implementasi yang bisa diterapkan di Taman Kanak-Kanak meliputi: 1) Guru memperhatikan anak-anak dengan baik yang kemudian juga dilanjutkan oleh orangtua, sehingga adanya pendampingan dan parenting bagi orangtua terhadap anak, 2) memberi pengetahuan tentang agama terutama tentang ketuhanan kepada Allah Swt dengan lagu-lagi, 3) mengembangkan bakat dengan adanya berbagai kegiatan pembelajaran yang menarik bagi anak, 4) adanya olahraga bersama baik senam dll dan 5) memberi pengetahuan dan kebiasaan beraklakh misal berdoa sebelum belajar, bersalaman dan lainnya.