Pengrajin bambu di Desa Tigawasa, Buleleng, Bali, merupakan aset budaya dan ekonomi yang penting, namun menghadapi tantangan yang mengancam keberlanjutan kerajinan mereka. Inisiatif pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku kewirausahaan melalui aktivitas, ketahanan, dan proaktivitas, yang dirancang untuk membekali para pengrajin dalam memenuhi tuntutan pasar, melestarikan warisan budaya, dan mencapai kestabilan ekonomi. Menggunakan pendekatan penelitian tindakan partisipatif. Lokakarya mencakup pelatihan praktis dalam pengembangan produk, analisis pasar, strategi ketahanan, dan pemecahan masalah, didukung oleh umpan balik dan pembelajaran kolaboratif. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan dalam perilaku kewirausahaan, dengan skor rata-rata komposit naik dari 1,542 menjadi 4,190. Temuan ini menegaskan keberhasilan intervensi dalam menggeser pengrajin dari praktik tradisional menuju strategi kewirausahaan modern. Dengan mengatasi hambatan sistemik seperti kesenjangan gender dan generasi serta mengintegrasikan dukungan berkelanjutan, inisiatif ini memposisikan kerajinan bambu Tigawasa sebagai aset budaya dan ekonomi yang berkembang. Abstract. The bamboo craftsmen of Tigawasa Village, Buleleng, Bali, serve as a vital cultural and economic resource but face challenges threatening their craft's sustainability. This community service initiative aimed to enhance entrepreneurial behavior through activities, resilience, and proactivity, equipping craftsmen to meet market demands, preserve heritage, and achieve economic stability. Using a participatory action research approach. Workshops included practical training in product development, market analysis, resilience, and problem-solving, reinforced by feedback and collaborative learning. Results indicated marked improvements in entrepreneurial behavior, with the composite mean score rising from 1.542 to 4.190. These outcomes highlight the intervention's success in transitioning craftsmen from traditional to modern entrepreneurial strategies. By addressing systemic barriers like gender and generational disparities and integrating sustained support mechanisms, this initiative positions Tigawasa’s bamboo craftsmanship as a thriving cultural and economic asset, advancing community well-being and contributing to rural entrepreneurship scholarship.