Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Implementasi Pilar Teknologi Industri 4.0 Pada Sistem Pertahanan Guna Menjaga Kedaulatan Nasional Khairi, Agus Juniawan; Apriyanto, I Nengah Putra; Deksino, George Royke
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 8, No 2 (2024): Mei 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v8i2.2024.622-627

Abstract

Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0, dimana digitalisasi dan konektivitas menjadi ciri utamanya. Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 275 juta jiwa, penggunaan teknologi informasi dan kumunikasi sudah tidak terelakkan. Pada Januari 2023, sebanyak 212,9 juta penduduk Indonesia telah menggunakan koneksi internet dengan pemakaian rata-rata perharinya selama 7 jam 42 menit. Teknologi digitalisasi dan konektivitas adalah sesuatu yang saling berakait. Teknologi ini, dapat memberikan nilai tambah dari aspek ekonomi, sosial dan bernegara, tetapi memiliki dampak negatif jika tidak diperrgunakan dengan bijaksana. Penerapan Industri 4.0 didukung dengan 9 pilar teknologi yang meliputi: Internet of Things (IoT); Big Data; Argumented Reality dan Virtual Reality; Cyber Security; Artifical Intelegence; Addictive Technology; Simulation; System Integeration; danCloud Computing. Untuk itu dilakukan studi literatur optimalisasi revolusi industri 4.0 dalam persepsi ilmu pertahanan dari aspek pilar teknologinya. Dengan kebijakan program implementasi percepatan industri 4.0 akan mendorong pilar teknologi industri 4.0 untuk pengembangan sistem pertahanan negara yang akan berdampak pada penambahan nilai ekonomi, kemandirian industri pertahanan yang berdaya sain global, mewujudkan kesejahteraan sosial, kemajuan budaya, hingga memunculkan dampak deterrence effect guna menjaga kedaulatan nasional.
Studi Karakteristik Massa Air Pada Lapisan Termoklin Di Selat Makassar Supriyanto, Taufiq; Apriyanto, I Nengah Putra; Irwanto, Bambang; Adriyanto, Agus; Purwanto, Budi; Agustinus, Agustinus; Pranowo, Widodo S
Jurnal Kelautan Vol 18, No 2: Agustus (2025)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v18i2.29829

Abstract

ABSTRAKSelat Makassar merupakan jalur strategis antara Kalimantan dan Sulawesi yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Selain menjadi rute pelayaran internasional penting, wilayah ini juga rawan terhadap ancaman keamanan seperti ranjau laut dan drone bawah air, sehingga membutuhkan pengawasan ketat dan kerja sama lintas sektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakteristik kolom air, khususnya lapisan termoklin yang berpotensi menjadi wilayah persembunyian (Shadowzone), pada kedalaman 0–300 meter di choke point Selat Makassar. Data suhu dan salinitas terhadap kedalaman diperoleh dari pengukuran argo float selama periode Oktober 2017 hingga Januari 2018. Perhitungan kecepatan rambat suara dilakukan menggunakan persamaan empiris Medwin. Lapisan termoklin diidentifikasi melalui gradien suhu sebesar 0,1°C per meter. Visualisasi dan analisis data dilakukan menggunakan perangkat lunak ODV 5.6.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan termoklin berada pada kedalaman 86,4–158,1 meter, dengan suhu 16,79–27,98°C, salinitas 33,75–34,67‰, dan kecepatan suara 1514,19–1541,95 m/s. Ketebalan lapisan sekitar 72 meter ini diindikasikan sebagai Shadowzone yang potensial menjadi lokasi persembunyian objek bawah laut.Kata Kunci: Selat Makassar, Lapisan termoklin, Suhu, Salinitas, Kecepatan SuaraABSTRACTThe Makassar Strait is a strategic route between Kalimantan and Sulawesi that connects the Pacific Ocean and the Indian Ocean. In addition to being an important international shipping route, this area is also prone to security threats such as sea mines and underwater drones, requiring strict surveillance and cross-sector cooperation. This study aims to explore the characteristics of the water column, particularly the thermocline layer that has the potential to become a hiding place (Shadowzone), at a depth of 0–300 metres at the Makassar Strait choke point. Temperature and salinity data at different depths were obtained from argofloat measurements during the period from October 2017 to January 2018. Sound propagation velocity calculations were performed using the Medwin empirical equation. The thermocline layer was identified through a temperature gradient of 0.1°C per metre. Data visualisation and analysis were conducted using ODV 5.6.2 software. The results of the study show that the thermocline layer is located at a depth of 86.4–158.1 metres, with a temperature of 16.79–27.98°C, salinity of 33.75–34.67‰, and sound velocity of 1514.19–1541.95 m/s. The thickness of this layer, approximately 72 metres, is indicated as a potential shadow zone for the hiding of underwater objects.Keywords: Makassar Strait, Thermocline Layer, Temperature, Salinity, Sound Velocity 
Implementasi Pilar Teknologi Industri 4.0 Pada Sistem Pertahanan Guna Menjaga Kedaulatan Nasional Khairi, Agus Juniawan; Apriyanto, I Nengah Putra; Deksino, George Royke
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 8, No 2 (2024): Mei 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v8i2.2024.622-627

Abstract

Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0, dimana digitalisasi dan konektivitas menjadi ciri utamanya. Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 275 juta jiwa, penggunaan teknologi informasi dan kumunikasi sudah tidak terelakkan. Pada Januari 2023, sebanyak 212,9 juta penduduk Indonesia telah menggunakan koneksi internet dengan pemakaian rata-rata perharinya selama 7 jam 42 menit. Teknologi digitalisasi dan konektivitas adalah sesuatu yang saling berakait. Teknologi ini, dapat memberikan nilai tambah dari aspek ekonomi, sosial dan bernegara, tetapi memiliki dampak negatif jika tidak diperrgunakan dengan bijaksana. Penerapan Industri 4.0 didukung dengan 9 pilar teknologi yang meliputi: Internet of Things (IoT); Big Data; Argumented Reality dan Virtual Reality; Cyber Security; Artifical Intelegence; Addictive Technology; Simulation; System Integeration; danCloud Computing. Untuk itu dilakukan studi literatur optimalisasi revolusi industri 4.0 dalam persepsi ilmu pertahanan dari aspek pilar teknologinya. Dengan kebijakan program implementasi percepatan industri 4.0 akan mendorong pilar teknologi industri 4.0 untuk pengembangan sistem pertahanan negara yang akan berdampak pada penambahan nilai ekonomi, kemandirian industri pertahanan yang berdaya sain global, mewujudkan kesejahteraan sosial, kemajuan budaya, hingga memunculkan dampak deterrence effect guna menjaga kedaulatan nasional.
Civil Engineering Contributions to Defense Industry Infrastructure: A Systematic Literature Review with a Focus on PT Pindad Andinie, Ayu; Apriyanto, I Nengah Putra; Sudiarso, Aries
Indonesian Journal of Advanced Research Vol. 4 No. 10 (2025): October 2025
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/ijar.v4i10.15510

Abstract

This study examines the contribution of civil engineering to defense industry infrastructure, focusing on PT Pindad as Indonesia’s leading defense manufacturer. The aim is to bridge the literature gap between civil engineering practices and the strategic requirements of defense facilities. A Systematic Literature Review (SLR) was conducted under the PRISMA framework using Scopus, Web of Science, IEEE Xplore, and Google Scholar, resulting in 92 selected articles (2015–2025). Thematic analysis revealed distribution across three themes: infrastructure 40 articles (43.5%), sustainability 30 articles (32.6%), and technology 22 articles (23.9%). Findings confirm infrastructure as the operational backbone, while sustainability and technology are increasingly significant. The implication emphasizes resilient, sustainable, and technology-driven facilities to strengthen Indonesia’s defense industry independence.