Nur Afni Wulandari
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peningkatan Kesehatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan Infeksi Pasca Pemasangan Chateter Double Lumen (CDL) Pada Keluarga Pasien Hemodialisa Di RSAU dr. Esnawan Antariksa Fresia, Sinta; Herwina Widya Astuti; Nur Afni Wulandari; Dinda Amelia; Dharul Triwijaya
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/b5p1c239

Abstract

https://drive.google.com/file/d/16XcZNTS9r0JX_xZzozWwBvmVOlOrhMXa/view?usp=sharing
Implementasi Terapi Bermain Lego Terhadap Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Prasekolah di Paud Melati Putih Jakarta Pusat Alifia Yasmin; Dwi Ambarwati; Fitri Anggraeni; Nur Afni Wulandari
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/6jre9787

Abstract

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 62,02% anak usia prasekolah mengalami gangguan pertumbuhan umum yang mencakup kemampuan kognitif, bahasa, gangguan sosial, gangguan emosional dan motorik. Tujuan penelitian ini mengetahui implementasi terapi bermain lego terhadap perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah dengan tujuan khusus mengetahui perkembangan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain lego dan menganalisis perbandingan perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain lego di PAUD Melati Putih Jakarta Pusat. Metode penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian deskriptif, teknik non probabilitas dengan purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi dan KPSP untuk skrining awal perkembangan kognitif. Hasil penelitian menggunakan lembar observasi bahwa nilai rata-rata pre-test 75% dan nilai rata-rata post-test 95,8% menunjukkan semua subjek mengalami peningkatan dan perkembangan kognitif menggunakan KPSP pada semua subjek menunjukkan hasil Sesuai (S). Kesimpulan penelitian ini bahwa perkembangan kognitif sebelum dilakukan terapi bermain lego didapatkan 1 subjek perkembangan sesuai (S), 4 subjek hasil perkembangan sedikit mencurigakan (SM) dan 1 subjek hasil perkembangan meremehkan (M). Setelah dilakukan terapi bermain lego diperoleh hasil observasi 5 subjek mendapatkan hasil perkembangan sesuai (S) dan 1 subjek mendapatkan hasil perkembangan sedikit meremehkan (SM). Perbandingan perkembangan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain lego mengalami peningkatan.    According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 62.02% of preschool children experience general growth disorders which include cognitive abilities, language, social disorders, emotional and motor disorders. The aim of this research is to determine the implementation of Lego play therapy on cognitive development in preschool aged children with the specific aim of knowing cognitive development before and after Lego play therapy and to analyze the comparison of cognitive development in preschool aged children before and after Lego play therapy at PAUD Melati Putih Central Jakarta. This case study research method uses descriptive research, non-probability techniques with purposive sampling. This research instrument uses observation sheets and KPSP for initial screening of cognitive development. The results of the research using the observation sheet showed that the average pre-test score was 75% and the average post-test score was 95.8%, showing that all subjects experienced improvement and cognitive development using KPSP in all subjects showed appropriate results (S). The conclusion of this study was that cognitive development before Lego play therapy was carried out, 1 subject had appropriate development results (S), 4 subjects had slightly suspicious development results (SM) and 1 subject had underestimated development results (M). After carrying out Lego play therapy, the observation results showed that 5 subjects got appropriate development results (S) and 1 subject got slightly underestimated development results (SM). Comparison of cognitive development before and after Lego play therapy has increased.
Implementasi Terapi Okupasi (Mewarnai) Terhadap  Peningkatan Kepercayaan Diri Pada Pasien Dengan Masalah Keperawatan Isolasi Sosial Di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Cipayung Jakarta Timur Salsabila Noviyani Kharisma; Aziz Fahruji; Nur Afni Wulandari
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/64t34b78

Abstract

Masalah gangguan jiwa di dunia menjadi masalah yang semakin meluas, WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta data statistik pasien gangguan jiwa, berdasarkan data statistik pasien gangguan jiwa meningkat sangat tinggi. Dari hasil wawancara peneliti dengan petugas kesehatan di Panti Bina Laras Harapan Sentosa, terdapat 411 pasien berjenis kelamin perempuan dan dibagi menjadi III klaster dengan gangguan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan Terapi Okupasi (mewarnai) untuk meningkatkan kepercayaan diri pada pasien dengan masalah keperawatan Isolasi Sosial. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan teknik total sampling. lembar observasi untuk mendokumentasikan respon pasien, lembar Informed Consent atau lembar persetujuan, Alat Media Terapi Okupasi Mengecat Patung Semen, lembar Standar Operasional Prosedur (SOP) Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari tanda dan gejala Isolasi Sosial pada Ny. S mulai berkurang. Dari skor 7 menjadi skor 1, Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari tanda dan gejala Isolasi Sosial pada Ny.O mulai berkurang. Dari Skor 6 menjadi 3. Sebelum dilakukan implementasi terapi okupasi mewarnai patung semen selama 3 hari pada kedua responden, tanda dan gejala Isolasi Sosial tersebut skor 1 dan 3. Setelah dilakukan Implementasi Terapi Okupasi mewarnai patung semen dalam selama 3 hari pada kedua Responden didapatkan tanda dan gejala menurun.   The problem of mental disorders in the world is becoming an increasingly widespread problem. WHO estimates that there are around 450 million statistical data on mental disorders patients, based on statistical data, mental disorders patients are increasing very high. From the results of researchers' interviews with health workers at Panti Bina Laras Harapan Sentosa, there were 411 female patients and they were divided into three clusters with disorders. The aim of this research is to implement Occupational Therapy (coloring) to increase self-confidence in patients with social isolation nursing problems. This research uses descriptive research with total sampling techniques. This study uses a patient data format to obtain patient data, observation sheets to document patient responses, Informed Consent sheets, Occupational Therapy Media Tools for Painting Cement Statues, Standard Operating Procedure (SOP) sheets. After implementation for 3 days, signs and symptoms of Isolation Social at Mrs. S starts to decrease. From a score of 7 to a score of 1, after implementation for 3 days, the signs and symptoms of social isolation in Mrs. O began to decrease. From a score of 6 to 3. Before the implementation of occupational therapy, coloring the cement statue for 3 days for both respondents, the signs and symptoms of Social Isolation were scored 1 and 3. After the implementation of Occupational Therapy, coloring the cement statue for 3 days for the two respondents, signs and symptoms were obtained. symptoms decrease.  
Implementasi Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Emosi Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Bonita Nurherawati; Nur Afni Wulandari; Aziz Fahruji
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/wh0zet15

Abstract

Perilaku kekerasan adalah sebuah kondisi emosi dalam mengungkapkan suatu kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Penyebab resiko perilaku kekerasan dapat terjadi karena faktor predisposisi dan presipitasi. Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan adalah dengan cara melakukan relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam tidak hanya memberikan ketenangan secara fisik melainkan dapat menciptakan ketenangan jiwa.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan tingkat emosi pasien dengan resiko perilaku kekerasan sebelum dan setelah dilakukan implementasi relaksasi nafas dalam. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui teknik wawancara dan observasi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ada sebanyak 2 responden. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan tingkat emosi pasien sebelum dan setelah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam yang diukur menggunakan lembar observasi tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan. Pada responden I sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas dalam menunjukan 15 tanda dan gejala lalu berkurang menjadi 13 tanda dan gejala sementara responden II sebelum dilakukan terapi relaksasi nafas dalam menunjukan 11 tanda dan gejala lalu berkurang menjadi 9 tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi relaksasi nafas dapat membantu pasien dengan resiko perilaku kekerasan dalam mengontrol emosi.   Violent behavior is an emotional condition in expressing anger that is manifested in physical form. The cause of the risk of violent behavior can occur due to predisposition and precipitation factors. One technique that can be done to control violent behavior is by doing deep breathing relaxation. Deep breathing relaxation techniques not only provide physical calm but can create mental calm. The purpose of this study was to determine changes in the level of emotion of patients with a risk of violent behavior before and after the application of deep breathing relaxation. This research method is descriptive with a case study approach through interview and observation techniques. The subjects used in this study were 2 respondents. The results of the study showed differences in the level of emotion of patients before and after deep breathing relaxation therapy was measured using an observation sheet of signs and symptoms of the risk of violent behavior. In respondent I before deep breathing relaxation therapy showed 15 signs and symptoms then reduced to 13 signs and symptoms While respondent II before deep breathing relaxation therapy showed 11 signs and symptoms then reduced to 9 signs and symptoms of the risk of violent behavior. Thus it can be concluded that the application of breathing relaxation can help patients with a risk of violent behavior in controlling their emotions.
Efektivitas Terapi Tertawa terhadap Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan Jiwa Fahrezi, Reyhan; Nur Afni Wulandari; Aziz Fahruji
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 2 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/n42k4678

Abstract

Risiko perilaku kekerasan merupakan kondisi yang umum ditemukan pada pasien gangguan jiwa, yang ditandai dengan gejala verbal maupun fisik yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, atau lingkungan sekitar. Salah satu intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan untuk mengontrol emosi, khususnya kemarahan, adalah terapi tertawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap perubahan tanda dan gejala pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan. Desain penelitian menggunakan studi kasus deskriptif terhadap dua pasien yang memenuhi kriteria inklusi di Panti Bina Laras Harapan Sentosa II Jakarta Timur. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan berdasarkan sembilan indikator. Terapi tertawa diberikan sebanyak tiga sesi dalam tiga hari berturut-turut. Hasil menunjukkan bahwa sebelum intervensi, Responden I menunjukkan tiga tanda dan gejala, sedangkan Responden II menunjukkan empat gejala. Setelah intervensi, kedua responden mengalami penurunan menjadi dua gejala. Penurunan paling konsisten terjadi pada gejala verbal seperti nada suara tinggi dan bicara keras. Terapi tertawa terbukti memberikan pengaruh positif dalam menurunkan intensitas tanda dan gejala perilaku kekerasan. Efektivitas terapi ini diduga berkaitan dengan peningkatan hormon endorfin yang berperan dalam menurunkan ketegangan emosional dan meningkatkan kenyamanan psikologis pasien.   The risk of violent behavior is a common condition found in patients with mental disorders, characterized by verbal and physical symptoms that can harm themselves, others, or the surrounding environment. One of the non-pharmacological interventions that can be used to control emotions, especially anger, is laughter therapy. This study aims to determine the effect of laughter therapy on changes in signs and symptoms in patients at risk of violent behavior. The research design used a descriptive case study of two patients who met the inclusion criteria at Panti Bina Laras Harapan Sentosa II, East Jakarta. Data were collected using an observation sheet of signs and symptoms of risk of violent behavior based on nine indicators. Laughter therapy was given for three sessions in three consecutive days. The results showed that before the intervention, Respondent I showed three signs and symptoms, while Respondent II showed four symptoms. After the intervention, both respondents experienced a decrease to two symptoms. The most consistent decrease occurred in verbal symptoms such as high voice tone and loud speech. Laughter therapy was shown to have a positive influence in reducing the intensity of signs and symptoms of violent behavior. The effectiveness of this therapy is thought to be related to the increase in endorphins which play a role in reducing emotional tension and increasing the psychological comfort of patients.