Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MENGATASI DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA Lulu Eka Meylawati; Fitri Anggraeni
JURNAL WACANA KESEHATAN Vol 6, No 1 (2021): Juli 2021
Publisher : AKPER Dharma Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52822/jwk.v6i1.171

Abstract

Pada saat terjadi menstruasi, remaja seringkali mengalami nyeri haid yang dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas bahkan sampai terjadi gangguan pencernaan. Untuk mengatasi nyeri haid tersebut, sikap dan tindakannya sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Desain yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif  dengan metode cross sectional dengan teknik Non Probability Sampling dengan metode dengan teknik total sampling, analisa dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,020. Kesimpulannya adalah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dalam Mengatasi Dismenorea Primer Pada Remaja. Perawat diharapkan dapat melakukan pendidikan kesehatan dengan memberikan informasi serta penanganan tentang disminorea untuk meningkatkan pengetahuan remaja.
Analisis Pengetahuan Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Meylawati, Luluk Eka; Anggraeni, Fitri
JURNAL WACANA KESEHATAN Vol 9, No 2 (2024): Desember
Publisher : AKPER Dharma Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52822/jwk.v9i2.668

Abstract

Transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dikenal sebagai masa remaja ditandai oleh berbagai fenomena perkembangan. Pada tahap ini, remaja tidak berdaya menghadapi berbagai masalah yang dapat memengaruhi pembentukan karakter dan perilaku mereka, dan masalah-masalah ini tidak dapat dipisahkan dari proses perkembangan dan kemajuan yang mereka alami. Remaja sering mencoba hal-hal baru selama masa ini untuk mendapatkan penerimaan sosial, sering kali tanpa memikirkan konsekuensinya. Penelitian ini  menggunakan desain pre-eksperimental One-group Pretest-posttest, dengan 62 siswa yang dipilih menggunakan metode Quota Sampling. Pretest dilakukan untuk menilai tingkat pengetahuan sebelum intervensi pendidikan kesehatan, dan posttest dilakukan setelahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pendidikan kesehatan, sebanyak 43 siswa (69,3%) yaitu memiliki pengetahuan yang lebih baik perihal perilaku seksual sebelum nikah, serta 4 siswa (6,5%) memiliki pengetahuan yang kurang. Setelah intervensi, jumlah siswa dengan pengetahuan baik meningkat menjadi 57 siswa (91,9%), dan tidak ada siswa yang memiliki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan uji statistik T-Test Paired, dengan hasil 0,000 (P < 0,05), menunjukkan adanya perbedaan  signifikan pada tingkat pengetahuan siswa sebelum maupun sesudah dilakukan intervensi. Dengan kesimpulan pendidikan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja mengenai perilaku seksual pranikah.
Implementasi Terapi Bermain Lego Terhadap Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Prasekolah di Paud Melati Putih Jakarta Pusat Alifia Yasmin; Dwi Ambarwati; Fitri Anggraeni; Nur Afni Wulandari
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/6jre9787

Abstract

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 62,02% anak usia prasekolah mengalami gangguan pertumbuhan umum yang mencakup kemampuan kognitif, bahasa, gangguan sosial, gangguan emosional dan motorik. Tujuan penelitian ini mengetahui implementasi terapi bermain lego terhadap perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah dengan tujuan khusus mengetahui perkembangan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain lego dan menganalisis perbandingan perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain lego di PAUD Melati Putih Jakarta Pusat. Metode penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian deskriptif, teknik non probabilitas dengan purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi dan KPSP untuk skrining awal perkembangan kognitif. Hasil penelitian menggunakan lembar observasi bahwa nilai rata-rata pre-test 75% dan nilai rata-rata post-test 95,8% menunjukkan semua subjek mengalami peningkatan dan perkembangan kognitif menggunakan KPSP pada semua subjek menunjukkan hasil Sesuai (S). Kesimpulan penelitian ini bahwa perkembangan kognitif sebelum dilakukan terapi bermain lego didapatkan 1 subjek perkembangan sesuai (S), 4 subjek hasil perkembangan sedikit mencurigakan (SM) dan 1 subjek hasil perkembangan meremehkan (M). Setelah dilakukan terapi bermain lego diperoleh hasil observasi 5 subjek mendapatkan hasil perkembangan sesuai (S) dan 1 subjek mendapatkan hasil perkembangan sedikit meremehkan (SM). Perbandingan perkembangan kognitif sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain lego mengalami peningkatan.    According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 62.02% of preschool children experience general growth disorders which include cognitive abilities, language, social disorders, emotional and motor disorders. The aim of this research is to determine the implementation of Lego play therapy on cognitive development in preschool aged children with the specific aim of knowing cognitive development before and after Lego play therapy and to analyze the comparison of cognitive development in preschool aged children before and after Lego play therapy at PAUD Melati Putih Central Jakarta. This case study research method uses descriptive research, non-probability techniques with purposive sampling. This research instrument uses observation sheets and KPSP for initial screening of cognitive development. The results of the research using the observation sheet showed that the average pre-test score was 75% and the average post-test score was 95.8%, showing that all subjects experienced improvement and cognitive development using KPSP in all subjects showed appropriate results (S). The conclusion of this study was that cognitive development before Lego play therapy was carried out, 1 subject had appropriate development results (S), 4 subjects had slightly suspicious development results (SM) and 1 subject had underestimated development results (M). After carrying out Lego play therapy, the observation results showed that 5 subjects got appropriate development results (S) and 1 subject got slightly underestimated development results (SM). Comparison of cognitive development before and after Lego play therapy has increased.
Implementasi Pendidikan Kesehatan Oral Hygiene terhadap Pencegahan Karies Gigi pada Anak Usia Pra Sekolah di Paud Kuntum Mekar Ayal, Anggy Triana Ayal; Fitri Anggraeni; Dwi Ambarwati; Imelda Avia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/36b15x67

Abstract

Anak Prasekolah merupakan anak yang berusia antara usia 3 - 6 tahun, serta biasanya sudah mulai mengikuti program prasekolah. Masalah gigi dan mulut umumnya banyak dikeluhkan oleh anak-anak, hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan mempengaruhi kualitas hidup seperti mengalami rasa sakit, tidak nyaman, infeksi akut atau kronis, gangguan makan dan tidur. Pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk meningkatkan kesehatan dan memperluas pengetahuan tentang kesehatan agar terhindar dari penyakit. Kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene adalah suatu tindakan perawatan yang diperlukan untuk menjaga mulut dalam kondisi yang baik, nyaman, bersih, lembab sehingga terhindar dari infeksi. Rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana implementasi pendidikan kesehatan oral hygiene terhadap pencegahan karies gigi pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui implementasi pendidikan kesehatan oral hygiene terhadap pencegahan karies gigi pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar. Dalam penelitian ini, menggunakan desain studi kasus deskriptif, penelitian ini menggunakan 4 subjek anak usia prasekolah, dan instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi yang terdiri dari 18 pernyataan. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata sebelum pendidikan kesehatan 64% dengan kriteria keterampilan cukup, sesudah pendidikan kesehatan 76% dengan kriteria keterampilan sangat baik, dan hasil perbandingan sebeluum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu 64% : 76% dengan selisih 12% menunjukan adanya peningkatan dan masuk dalam tingkat keterampilan sangat baik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pendidikan kesehatan oral hygiene mampu meningkatkan keterampilan gosok gigi untuk pencegahan karies gigi pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar.   Preschool children are children between the ages of 3 - 6 years, and usually have started attending preschool programs. Dental and oral problems are generally complained of by children, this cannot be allowed because it will affect the quality of life such as experiencing pain, discomfort, acute or chronic infections, eating and sleeping disorders. Health education is an activity to improve health and expand knowledge about health in order to avoid disease. Dental and oral hygiene or oral hygiene is a care measure needed to keep the mouth in a good, comfortable, clean, moist condition so as to avoid infection. The formulation of the problem in the study is how the implementation of oral hygiene health education on the prevention of dental caries in pre-school children at Kuntum Mekar PAUD. The purpose of this study was to determine the implementation of oral hygiene health education on the prevention of dental caries in pre-school children at Kuntum Mekar PAUD. In this study, using a descriptive case study design, this study used 4 subjects of preschool children, and the instrument used was an observation sheet  which consists of 18 statements. The results of this study obtained an average before education of 64% with sufficient skill criteria, after education 76% with very good skill criteria, and the comparison results before and after health education were 64%: 76% with a difference of 12% showed an increase and entered into a very good skill level. The conclusion of this study shows that the implementation of oral hygiene health education can improve tooth brushing skills for the prevention of dental caries in pre-school children at Kuntum Mekar PAUD.
Implementasi Pendidikan Kesehatan Hand Hygiene dalam Upaya Pencegahan Diare pada Anak Usia Pra Sekolah di PAUD Kuntum Mekar Irihadi, Tirta; Anggraeni, Fitri; Ambarwati, Dwi
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/1vg3nq45

Abstract

Diare merupakan defekasi encer yang terjadi lebih dari tiga kali dalam 24 jam. Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pembelajaran yang dibangun secara sadar dan mencakup berbagai bentuk komunikasi untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan. Hand hygiene adalah tindakan membersihkan tangan mengunakan sabun dan air mengalir atau dengan hand sanitizer. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil implementasi pendidikan kesehatan hand hygiene dalam upaya pencegahan diare pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar. Jenis penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif. Subjek dalam kasus ini sebanyak 4 orang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang terdiri dari 10 pernyataan tentang langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar. Hasil dari penelitian yang dilakukan sebanyak 2 hari pengambilan data sebelum dilakukan pendidikan kesehatan hand hygiene didapatkan skor rata-rata 4,5 dengan kategori kurang baik dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan hand hygiene didapatkan skor rata-rata 7 dengan kategori baik, skor rata-rata perbandingan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan hand hygiene adalah 4,5 : 7 dengan mengalami peningkatan. Kesimpulan penelitian ini adalah implementasi pendidikan kesehatan hand hygiene mampu meningkatkan keterampilan mencuci tangan dalam upaya pencegahan diare pada anak usia pra sekolah di PAUD Kuntum Mekar.   Diarrhea is watery defecation that occurs more than three times in 24 hours. Health education is a learning activity that is built consciously and includes various forms of communication to increase understanding about health. Hand hygiene is the act of cleaning your hands using soap and running water or with a hand sanitizer. The aim of this research is to determine the results of the implementation of hand hygiene health education in efforts to prevent diarrhea in pre-school children at PAUD Kuntum Mekar. This type of research uses descriptive case studies. The subjects in this case were 4 people according to the inclusion and exclusion criteria. The instrument used was an observation sheet consisting of 10 statements regarding the steps for good and correct hand washing. The results of research carried out for 2 days of data collection before the hand hygiene health education was carried out obtained an average score of 4.5 in the poor category and after the hand hygiene health education was carried out an average score of 7 was carried out in the good category, the average score is a comparison before and after hand hygiene health education was 4.5: 7 with an increase. The conclusion of this research is that the implementation of hand hygiene health education is able to improve hand washing skills in an effort to prevent diarrhea in pre-school children at PAUD Kuntum Mekar.
Implementasi Teknik Distraksi Audiovisual Terhadap Penurunan Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia Prasekolah Renca Latifah; Dwi Ambarwati; Fitri Anggraeni
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 4 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/yvb4wt76

Abstract

Ketakutan anak-anak yang paling sering ditemui terhadap rumah sakit biasanya disebabkan oleh perawatan yang mengganggu, termasuk prosedur suntikan. Anak-anak pada umumnya tidak suka disuntik karena akan selalu terasa sakit dan mungkin membuat mereka cemas. Salah satu strategi untuk mengurangi stres dan kecemasan adalah distraksi, yaitu mengalihkan fokus pasien ke hal lain dan membuatnya melupakan kekhawatirannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk mengetahui perbandingan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan teknik distraksi audiovisual menonton film kartun. Metode yang digunakan menggunakan metode studi kasus. Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner Preschool Anxiety Scale (PAS). Pada penelitian ini, diambil 3 sampel penelitian dengan keterangan 2 laki-laki dan 1 perempuan dengan usia 3-6 tahun. Penelitian dilaksanakan di Ruang Parkit RSAU dr. Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma. Hasil didapatkan bahwa tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan teknik distraksi berbeda. Setelah dilakukan teknik distraksi berupa menonton film kartun, didapati hasil bahwa kecemasan menurun. Masing-masing anak menunjukkan respon yang kurang baik atau negatif saat belum diberikan teknik distraksi, diantaranya yaitu menangis kencang, berteriak, menolak untuk diberikan tindakan injeksi, dan tidak mau berinteraksi dengan perawat. Setelah diberikan teknik distraksi, anak menunjukkan respon positif diantaranya yaitu, sudah mulai mau berinteraksi dengan perawat, sudah jarang menangis, jarang berteriak, dan sudah jarang menolak untuk diberikan injeksi.   Children's most common fear of hospitals is usually caused by intrusive treatments, including injection procedures. Children generally dislike injections because they always hurt and may make them anxious. One strategy to reduce stress and anxiety is distraction, which is shifting the patient's focus to something else and making him forget his worries. The purpose of this study, among others, is to determine the comparison of anxiety levels before and after being given audiovisual distraction techniques watching cartoons. The method used was a case study method. This study used the Preschool Anxiety Scale (PAS) questionnaire sheet. In this study, 3 research samples were taken with the information of 2 boys and 1 girl with ages 3-6 years. Research was conducted in the Parkit Room of RSAU Dr. Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma. The results showed that the level of anxiety before and after being given distraction techniques was different. After the distraction technique was carried out in the form of watching a cartoon movie, it was found that anxiety decreased. Each child showed an unfavorable or negative response when not given the distraction technique, including crying loudly, screaming, refusing to be given an injection, and not wanting to interact with the nurse. After being given the distraction technique, the child showed a positive response, including starting to want to interact with the nurse, rarely crying, rarely yelling, and rarely refusing to be given injections.
Pendampingan Keluarga Dalam Peningkatan Kesehatan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Astuti, Harwina Widya; Luluk Eka Meylawati; Fitri Anggraeni; Dwi Ambarwati; Mayang Dwi Riksa
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/1txt8t24

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang menyebar dengan cepat ke seluruh daerah. Penyakit ini adalah salah satu masalah kesehatan yang terus meningkat dan menyebar di Indonesia. Jumlah kasus DBD meningkat dari 8 kali dalam dua dekade terakhir. Penyakit ini meningkat pada setiap awal musim hujan dan mengakibatkan kejadian luar biasa dan menimbulkan wabah lima tahunan di Indonesia. Angka kematian akibat DBD sebanyak 145 kasus. Kasus DBD di wilayah Jakarta Timur terutama di wilayah Kecamatan Makasar menempati urutan ke-10. Meningkatnya kejadian DBD dan cepatnya siklus hidup nyamuk Aedes aegypti betina menjadi alasan penting perlunya dilakukan pengendalian vektor dengan melakukan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tujuan pengabdian ini adalah melakukan upaya pencegahan DBD di Perum Pulo Nirwana Regency. Metode kegiatan ini dengan melakukan PSN baik melakukan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) dan melakukan fogging. Hasil kegiatan adalah tidak ditemukannya jentik nyamuk dan telah dilaksanakan fogging di lima blok perumahan. Kesimpulan pada pelaksanaan kegiatan bahwa lingkungan bersih, tidak ada pengumpulan udara yang menjadi sarang nyamuk, tampungan udara dalam keadaan tertutup baik, tidak ada barang-barang bekas dan setiap rumah telah mendapatkan fogging.   Dengue fever is a disease transmitted through the bite of female Aedes aegypti mosquitoes that spreads rapidly to all regions. This disease is one of the growing and spreading health problems in Indonesia. The number of dengue cases has increased more than 8 times in the last two decades. The disease increases at the beginning of each rainy season and results in extraordinary events and five-year outbreaks in Indonesia. The death rate from DHF is 145 cases. DHF cases in East Jakarta, especially in Makasar sub-district, ranked 10th. The increasing incidence of DHF and the fast life cycle of the female Aedes aegypti mosquito are important reasons for the need to control vectors by preventing and eradicating mosquito nests (PSN). The purpose of this service is to make efforts to prevent DHF in Perum Pulo Nirwana Regency. The method of this activity is by doing PSN both doing 3 M (draining, covering, and burying) and doing fogging. The results of the activity were that no mosquito larvae were found and fogging was carried out in five housing blocks. The conclusion on the implementation of the activity is that the environment is clean, there are no puddles that become mosquito nests, water reservoirs are well closed, there are no used items and every house has received fogging.
Efektivitas Edukasi Dalam Peningkatan Pengetahuan Infeksi Menular Seksual pada Remaja Yusri Ariansyah; Fitri Anggraeni; Dwi Ambarwati
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/jhr52z04

Abstract

Pergaulan bebas berkaitan dengan gaya hidup dengan hubungan interpersonal intim tanpa ada komitmen yang jelas atau aturan yang ditetapkan, terutama dalam hubungan seksual. Hal ini sering berhubungan dengan kebebasan personal dan eksplorasi seksual, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi yang serius. Pergaulan bebas dapat bervariasi, mulai dari hubungan non-monogami yang disepakati bersama hingga aktivitas seksual yang tidak bertanggung jawab dan amat sangat banyak kasus yang terjadi di kalangan remaja. Edukasi Infeksi Menular Seksual dalam Meningkatkan Pengetahuan Remaja di SMPN 268 Jakarta dengan tujuan untuk melihat atau mengetahui sejauh mana pengetahuan anak usia remaja tentang infeksi menular seksual di kalangan remaja. Subjek penelitian mengikutsertakan 32 orang dengan membandingkan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukannya edukasi. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang menggunakan skala Guttman dengan 20 pernyataan untuk mengukur pengetahuan tentang infeksi menular seksual. Metode penilaian kuesioner ini sederhana, setiap jawaban benar diberi nilai 1, sementara jawaban salah diberi nilai 0. Teknik ini membantu peneliti untuk secara objektif mengukur peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah sesi edukasi. Hasil penelitian ini perbandingan nilai rata-rata pengetahuan infeksi menular seksual sebelum dan sesudah dilakukan tindakan edukasi yaitu 54,71 : 71,40 menunjukkan adanya peningkatan sehingga implementasi edukasi dapat meningkatkan pengetahuan infeksi menular seksual pada remaja di SMPN 268 jakarta   Promiscuity is associated with a lifestyle involving intimate interpersonal relationships without clear commitment or established rules, particularly in the context of sexual relations. This behavior is often linked to personal freedom and sexual exploration, but it can also lead to serious consequences. Promiscuity can take various forms, ranging from consensual non-monogamous relationships to irresponsible sexual activities. A significant number of such cases are found among adolescents. The study titled "Sexually Transmitted Infection (STI) Education in Improving Adolescents' Knowledge at SMPN 268 Jakarta" aims to assess the level of knowledge among adolescents regarding sexually transmitted infections. The study involved 32 participants, with a comparative analysis of their knowledge before and after the educational intervention. The method employed in this study was data collection through a questionnaire. The instrument used was designed based on the Guttman scale, consisting of 20 statements intended to measure knowledge about STIs. The scoring system was straightforward: each correct answer was given a score of 1, while incorrect answers were scored 0. This method enabled the researchers to objectively evaluate the improvement in knowledge before and after the educational session. The results showed a significant increase in the average knowledge score, from 54.71 before the intervention to 71.40 after. This indicates that the implementation of educational sessions can effectively enhance adolescents’ understanding of sexually transmitted infections at SMPN 268 Jakarta.
Peningkatan Kesehatan dengan Pendampingan Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia Fitri Anggraeni; Luluk Eka Meylawati; Harwina Widya Astuti
JURNAL Comunità Servizio : Jurnal Terkait Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, terkhusus bidang Teknologi, Kewirausahaan dan Sosial Kemasyarakatan Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Univesitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/cs.v6i2.6477

Abstract

Elderly health needs special attention so that it not only helps the elderly live longer, but also can enjoy old age happily and improve their quality of life. The growth of the elderly population has a significant impact on many aspects of life. The impact of globalization has also caused family values ​​and roles to change. As a result of changes in family composition, families view the presence of the elderly in the family environment as a burden. So that more and more families choose to leave the elderly in nursing homes rather than living with family members to care for them. The purpose of this activity is to improve the health of the elderly at PSTW Budi Mulia I by implementing group activity therapy. The group activity therapy method is carried out systematically through four stages, namely pre-interaction, orientation, work, and termination. Based on the results of community service from 45 elderly people for verbal ability, 36 elderly people (80%) were able to answer 3 pictures correctly, 5 elderly people (11.1%) were able to answer 2 pictures correctly, and 4 elderly people (8.9%) were able to answer 1 picture correctly. Keywords: Keywords: Elderly ; Group Activity Therapy.
Pendampingan skrining pertumbuhan dan perkembangan sebagai pendeteksian dini pada anak usia prasekolah Anggraeni, Fitri; Meylawati, Luluk Eka; Astuti, Harwina Widya
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 5 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i5.1157

Abstract

Background: National development is essentially the development of the whole person. Efforts to develop the whole person must begin as early as possible, namely from the time a person is still in the womb and during infancy. Child development services play a crucial role, as early detection of developmental disorders allows for appropriate intervention. Delayed detection and intervention of developmental disorders can hinder a child's development and reduce the effectiveness of therapy. Purpose: To provide knowledge on conducting growth and development screening in preschool children. Methods: This community service activity was conducted at Angkasa 1 Kindergarten, Jakarta, targeting preschool-aged children. It involved 60 second-year students from the Diploma III Nursing Program, Faculty of Health Sciences, Universitas Suryaya (UNSURYA), and teachers at Angkasa 1 Kindergarten. Participants for the growth screening were 54 children present at school on the day of the community service activity. The developmental screening used a Pre-Screening Development Questionnaire (KPSP) instrument adapted to the children's age. The implementation of the Growth and Development Screening Assistance program in Early Detection in Preschool Children is designed holistically to ensure that early detection is carried out effectively. Results: The mean age of respondents was 63.0 months with a standard deviation of 9.10 months, ranging from 37 to 75 months. The majority of respondents (25) were in the 61-72 month range (46.3%), with a majority of males (29) being male (53.7%), and the majority of growth measurement results were in the good nutritional status category (42) (77.8%). Conclusion: The community service activity provided significant benefits for students, teachers, and children. Students had the opportunity to directly implement the child growth and development screening process. For teachers, this activity provided understanding and improved skills in conducting growth and development screening for preschool children. Keywords: Early detection; Growth and development; Preschool children; Screening Pendahuluan: Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Upaya membangun manusia seutuhnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan dan semasa balita. Pelayanan tumbuh kembang anak memiliki peran yang sangat penting, karena deteksi dini terhadap kelainan tumbuh kembang memungkinkan pemberian intervensi yang tepat. Jika kelainan tumbuh kembang terlambat dalam pendeteksian dan intervensi, maka hal ini dapat menghambat perkembangan anak dan mengurangi efektivitas terapi. Tujuan: Memberikan pengetahuan dalam melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan pada anak prasekolah. Metode: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di TK Angkasa 1 Jakarta dengan sasaran anak-anak usia prasekolah yang melibatkan 60 mahasiswa tingkat 2 dari Program Studi Diploma III Keperawatan FIKES UNSURYA serta guru-guru di TK Angkasa 1 Jakarta. Peserta untuk skrining pertumbuhan adalah 54 anak yang hadir di sekolah pada hari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Melakukan skrining perkembangan menggunakan instrumen Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang disesuaikan dengan usia anak. Pelaksanaan program Pendampingan Skrining Pertumbuhan dan Perkembangan dalam Pendeteksian Dini pada Anak Usia Prasekolah dirancang secara holistik untuk memastikan deteksi dini dilakukan secara efektif. Hasil: Mendapatkan usia rata-rata responden adalah 63.0 bulan dengan standar deviasi 9.10 bulan dalam rentang 37-75 bulan. Sebagian besar usia responden dalam rentang 61-72 bulan sebanyak 25 (46.3%), mayoritas berjeniskelamin laki-laki sebanyak 29 (53.7%) dan sebagian besar hasil pengukuran aspek pertumbuhan dalam kategori status gizi baik sebanyak 42 (77.8% Simpulan: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah memberikan manfaat yang signifikan bagi mahasiswa, guru, dan anak-anak. Mahasiswa berkesempatan untuk mengimplementasikan secara langsung proses skrining pertumbuhan dan perkembangan anak. Bagi guru, kegiatan ini memberikan pemahaman dan meningkatkan keterampilan dalam melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah.