Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Efektivitas Pemberian Edukasi Berbasis Audiovisual dan Tutorial Tentang Antiretroviral (ARV) Terhadap Kepatuhan Pengobatan pada Pasien HIV/AIDS di Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Tahun 2016 Sinta Fresia
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 3, No 2 (2016): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.664 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v3i2.35

Abstract

Abstrak Latar Belakang : Terjadinya peningkatan jumlah pasien HIV/AIDS dan rendahnya kualitas hidup pasien HIV/AIDS menimbulkan masalah yang cukup luas pada individu yang terinfeksi yakni masalah fisik, social dan emosional.Untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien HIV/AIDS harus mendapatkan terapi Antiretrovirus (ARV) seumur hidup dan dibutuhkan pengawasan terhadap kepatuhan minum obat.Oleh karena itu pasien HIV/AIDS membutuhkan edukasi untuk meningkatkan kepatuhan minum obat dengan metode terbaru yaitu tutorial dan audiovisual.Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan efektivitas pemberian edukasi berbasis audiovisual dan tutorial tentang ARV terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/ AIDS. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Quasi eksperimental dengan rancangan pretest-posttes design without control group.Jumlah sampel 27 responden dibagi 3 kelompok dengan 3 perlakuan berbeda.Masing-masing 9 responden diberikan edukasi dengan metode audiovisual, tutorial, audiovisual dan tutorial.Penelitian dilakukan di Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada bulan Mei-Juni 2016. Hasil : Ada perbedaan rata-rata mean kepatuhan edukasi dengan audiovisual 2,444, (Pvalue=0,003, 95% CI=1,107-3,782), edukasi dengan metode tutorial perbedaan mean 1,556 (Pvalue=0,023, 95% CI=1,274-2,837), edukasi dengan audiovisual dan tutorial didapatkan perbedaan mean 3,667 (Pvalue=0,003, 95% CI=1,670-5,664). Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang significant rata-rata kepatuhan pada masing-masing kelompok intervensi edukasi.Kombinasi edukasi berbasis audiovisual dan tutorial memberikan hasil yang paling baik. Abstract Background : An increasing number of patients with HIV/AIDS and low quality of life of patients with HIV/AIDS cause considerable problems in individuals infected area.There are physical, social and emotional problems.To improve the quality of life of receive antiretroviral (ARV) therapy for life.This requires adherence and supervision taking medication. There fore urgently needed education to improve adherence with the latest audiovisual and tutorial methods. The purpose of this research is to analyze the difference effectiveness of education based audiovisual and tutorial method on ARV treatment adherence with HIV/AIDS patients.Methods : This research use quasi experimental design with pretest and posttest without control group. The numbers of sample in this research is 27 sample. Responden group divided into three different education methode. 9 responden in audiovisual methode,9 responden in tutorial methode and 9 responden in audiovisual and tutorial methode. The study was conducted at the Clinic Teratai Hasan Sadikin Hospital in May-June, 2016. Results : There is a diference in average adherence. In audiovisual methode mean 2,444 (Pvalue=0,003, 95% CI=1,107-3,782), tutorial methode 1,556(Pvalue=0,023, 95% CI=1,274-2,837), audiovisual and tutorial methode mean 3,667 (Pvalue =0,003, 95% CI=1,670-5,664).Conclusion : There is a significant difference in the average adherence in difference methode.Especially in audiovisual and tutorial methode. The combination of audiovisual and tutorial-based education gives the best results
Efektivitas Pemberian Edukasi Berbasis Audiovisual dan Tutorial Tentang Antiretroviral (ARV) Terhadap Kepatuhan Pengobatan pada Pasien HIV/AIDS di Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Tahun 2016 Sinta Fresia
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol. 3 No. 2 (2016): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v3i2.35

Abstract

Abstrak Latar Belakang : Terjadinya peningkatan jumlah pasien HIV/AIDS dan rendahnya kualitas hidup pasien HIV/AIDS menimbulkan masalah yang cukup luas pada individu yang terinfeksi yakni masalah fisik, social dan emosional.Untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup pasien HIV/AIDS harus mendapatkan terapi Antiretrovirus (ARV) seumur hidup dan dibutuhkan pengawasan terhadap kepatuhan minum obat.Oleh karena itu pasien HIV/AIDS membutuhkan edukasi untuk meningkatkan kepatuhan minum obat dengan metode terbaru yaitu tutorial dan audiovisual.Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan efektivitas pemberian edukasi berbasis audiovisual dan tutorial tentang ARV terhadap kepatuhan pengobatan pasien HIV/ AIDS. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Quasi eksperimental dengan rancangan pretest-posttes design without control group.Jumlah sampel 27 responden dibagi 3 kelompok dengan 3 perlakuan berbeda.Masing-masing 9 responden diberikan edukasi dengan metode audiovisual, tutorial, audiovisual dan tutorial.Penelitian dilakukan di Klinik Teratai Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada bulan Mei-Juni 2016. Hasil : Ada perbedaan rata-rata mean kepatuhan edukasi dengan audiovisual 2,444, (Pvalue=0,003, 95% CI=1,107-3,782), edukasi dengan metode tutorial perbedaan mean 1,556 (Pvalue=0,023, 95% CI=1,274-2,837), edukasi dengan audiovisual dan tutorial didapatkan perbedaan mean 3,667 (Pvalue=0,003, 95% CI=1,670-5,664). Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang significant rata-rata kepatuhan pada masing-masing kelompok intervensi edukasi.Kombinasi edukasi berbasis audiovisual dan tutorial memberikan hasil yang paling baik. Abstract Background : An increasing number of patients with HIV/AIDS and low quality of life of patients with HIV/AIDS cause considerable problems in individuals infected area.There are physical, social and emotional problems.To improve the quality of life of receive antiretroviral (ARV) therapy for life.This requires adherence and supervision taking medication. There fore urgently needed education to improve adherence with the latest audiovisual and tutorial methods. The purpose of this research is to analyze the difference effectiveness of education based audiovisual and tutorial method on ARV treatment adherence with HIV/AIDS patients.Methods : This research use quasi experimental design with pretest and posttest without control group. The numbers of sample in this research is 27 sample. Responden group divided into three different education methode. 9 responden in audiovisual methode,9 responden in tutorial methode and 9 responden in audiovisual and tutorial methode. The study was conducted at the Clinic Teratai Hasan Sadikin Hospital in May-June, 2016. Results : There is a diference in average adherence. In audiovisual methode mean 2,444 (Pvalue=0,003, 95% CI=1,107-3,782), tutorial methode 1,556(Pvalue=0,023, 95% CI=1,274-2,837), audiovisual and tutorial methode mean 3,667 (Pvalue =0,003, 95% CI=1,670-5,664).Conclusion : There is a significant difference in the average adherence in difference methode.Especially in audiovisual and tutorial methode. The combination of audiovisual and tutorial-based education gives the best results
Penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif dalam Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Penderita Diabetes di RSAU Jakarta Anisa Sarah Febiana; Sinta Fresia; Wahyuni Dwi Rahayu; Isnita Dewi Fortuna
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/x2gqhf62

Abstract

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit akibat fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh yang secara progresif menurun dari waktu ke waktu karena usia atau gaya hidup. Diabetes adalah salah satu penyakit yang tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Tujuan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk menggambarkan terapi relaksasi otot progresif dalam penurunan kadar gula darah sewaktu pada klien dengan Diabetes Melitus di Rumah Sakit dr. Esnawan Antariksa Jakarta. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus. Jumlah responden 2 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan masalah keperawatan yaitu Diabetes Melitus. Pengumpulan data berupa wawancara, pengecekan langsung gula darah sewaktu yang dicatat pada lembar observasi. Hasil penelitian menunjukan adanya perbandingan penurunan kadar gula darah sewaktu setelah dilakukan latihan teknik relaksasi otot progresif. Pemberian latihan teknik relaksasi otot progresif pada penderita Diabetes Melitus terbukti mampu memberikan hasil berupa penurunan kadar gula darah sewaktu.
Kontribusi Terapi Dzikir dalam Pemulihan Pasien dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran Arifin, Nur Afni Wulandari; Fresia, Sinta; Astuti, Harwina Widya; Novita, Sherliana
Jurnal Kesmas Asclepius Vol 6 No 2 (2024): Jurnal Kesmas Asclepius
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/jka.v6i2.11324

Abstract

This research aims to determine the effectiveness of psychoreligious therapy: dhikr in reducing the signs and symptoms of auditory hallucinations. This descriptive case study method involved 2 patients who had signs and symptoms of auditory hallucinations. Participants were given psychoreligious therapy by saying Allahu Akbar, Lailahailaallah, Alhamdulillah, Subhanallah 33 times for 10-20 minutes. The results of the study showed that there was a decrease in the score of signs and symptoms of hallucinations in client I and client II. Before implementing dhikr therapy, client I had 6 signs and symptoms of hallucinations while client II had 4 signs and symptoms of hallucinations. After being given dhikr therapy intervention, client I's signs and symptoms of hallucinations were 3 while client II's were 1. Conclusion, psychoreligious therapy: Dhikr is effective in reducing signs and symptoms in patients with auditory hallucinations. Keywords: Auditory Hallucinations, Psychoreligious Therapy: Dhikr, Sensory Perception Disorders, Background: A person who experiences hallucinations will feel false sensations such as sound, touch, taste, smell or sight. Efforts that can be made by nurses in dealing with patients with percussion sensory disorders: hallucinations apart from applying generalist therapy by identifying hallucinations, teaching how to rebuke, complying with taking medication, teaching how to talk to other people when hallucinations appear, and carrying out scheduled activities can be implemented psychoreligious therapy: dhikr. Dhikr therapy aims to enable patients to focus attention (khusyu') by remembering the greatness and oneness of Allah. Objective: To find out how effective psychoreligious therapy: Dhikr is in reducing the signs and symptoms of hallucinations in patients. Method: This research uses descriptive observational with a case study approach. The number of samples in this study was 2 people. Clients are taught to say Allahu akbar, Lailahailaallah, Alhamdulillah, Subhanallah 33 times for 10-20 minutes. The results of the study showed that the signs and symptoms of hallucinations in client I before implementation had a score of 6 signs of hallucinations and after being given the intervention had a score of 3 and client II before implementation had a score of 4 signs of hallucinations and after being given the intervention had a score of 1. This intervention was given for 3 days with a time duration adjusted to the frequency of hallucinations for each respondent. Conclusion: Psychoreligious therapy (dhikr) is effective in reducing signs and symptoms of auditory hallucinations. The client knows that the action that must be taken is dhikr and does so to divert attention from the hallucinations. Keywords: Sensory perception disorders, auditory hallucinations, psychoreligious therapy: dhikr
Peningkatan Kesehatan Melalui Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan Infeksi Pasca Pemasangan Chateter Double Lumen (CDL) Pada Keluarga Pasien Hemodialisa Di RSAU dr. Esnawan Antariksa Fresia, Sinta; Herwina Widya Astuti; Nur Afni Wulandari; Dinda Amelia; Dharul Triwijaya
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/b5p1c239

Abstract

https://drive.google.com/file/d/16XcZNTS9r0JX_xZzozWwBvmVOlOrhMXa/view?usp=sharing
Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Melalui Terapi Aktivitas Kelompok pada Pasien dengan Halusinasi di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Wulandari Arifin, Nur Afni; Sinta Fresia; Imelda Avia; Naufal; Amanda
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/05abwx65

Abstract

Prevalensi gangguan jiwa berat mengalami kenaikan yang signifikan. Penderitanya merasakan sensori yang tidak bersumber dari kehidupan nyata melainkan dari pasien itu sendiri, sensori palsu tersebut antara lain  berupa penglihatan, suara, perabaan, pengecapan, atau penghidu. Danpak yang dapat di timbulkan oleh sensori palsu (halusinasi) tersebut adalah pasien kehilangan kontrol terhadap dirinya sehingga pasien akan merasa panik dan sulit untuk mengendalikan perilakunya. Pasien yang dalam pengaruh halusinasinya dapat melukai dirinya sendiri dengan cara melakukan bunuh diri (suicide), merusak lingkungan yang ada disekitarnya menyakiti bahkan membunuh orang lain (homicide). Terapi aktivitas kelompok sensori persepsi dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasinya. Pasien diseleksi dengan lembar obsrvasi tanda dan gejala halusinasi, sebanyak 7 orang pasien halusinasi yang lolos seleksi dipilih sebagai peserta terapi aktivitas kelompok sensori persepsi. Terapi dilaksanakan secara berkelompok ini dievaluasi dengan lembar observasi terapi aktiitas kelompok sensori persepsi. Kegiatan dilaksanakan secara terorganisir dan telah mendapat persetujuan dari pihak Panti Sosial. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pasien dalam mengenal dan mengontrol halusinasinya. Seluruh pasien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi. Kgiatan ini direncanakan akan berlanjut dengan pemberian pelatihan kepada caregiver ataupun perawat agar tetap dapat dilanjutkan terapi kelompok seperti ini.    The prevalence of severe mental disorders has significantly increased. People suffering from these disorders experience false sensations that are not based on real stimuli, such as visual, auditory, tactile, gustatory, or olfactory hallucinations. These false sensory perceptions can cause individuals to lose control, leading to panic and difficulty managing their behavior. Patients under the influence of hallucinations may harm themselves by attempting suicide, causing damage to their surroundings, or even harming or killing others (homicide). Sensory perception group activity therapy aims to enhance patients' ability to manage their hallucinations. Participants are selected based on the signs and symptoms of hallucinations, and a total of 7 patients have been chosen to take part in the therapy. The therapy's effectiveness is measured using an observation sheet. The activities are carefully planned, organized, and approved by the relevant social institution. Evaluation results have shown improvement in patients' ability to recognize and control their hallucinations. All patients were able to demonstrate how to reject their hallucinations. There are plans to continue this activity by training caregivers or nurses to ensure the continuity of group therapy.
Implementasi Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Apendiktomi di Ruang Merak RSAU Dr. Esnawan Antariksa Raka, Raka pradana; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/52dgaj98

Abstract

Apendiksitis merupakan kondisi gangguan pencernaan berupa peradangan pada usus buntu yang dipengaruhi beberapa faktor seperti konsumsi makanan cepat saji dan aktivitas yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa nyeri. Apendiktomi merupakan intervensi bedah yang bertujuan untuk mengurangi risiko memperburuk kondisi pasien. Pada beberapa pasien post apendiktomi rasa nyeri yang timbul mengakibatkan keengganan untuk bergerak, hal tersebut dapat memperpanjang waktu pemulihan dan meningkatkan kemungkinan komplikasi. Mobilisasi dini sebagai salah satu intervensi non-farmakologis untuk menurunkan skala nyeri yang timbul pada pasien post apendiktomi. Studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi mobilisasi dini terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post apendiktomi di Ruang Merak RSAU dr. Esnawan Antariksa. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus deskriptif. Subjek studi kasus ini sebanyak 2 subjek sesuai kriteria inklusi. Pengambilan data diambil dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi Numeric Rating Scale dan standar prosedur operasional terapi mobilisasi dini. Hasil studi kasus setelah dilakukan mobilisasi dini menunjukkan tingkat nyeri dari kedua pasien mengalami penurunan dari skala nyeri 6-7 (nyeri sedang) ke skala nyeri 1 (ringan). Kesimpulan dari studi kasus ini menunjukkan bahwa ada penurunan skala nyeri pada kedua pasien yang terjadi setelah dilakukan pemberian mobilisasi dini pada pasien post apendiktomi.   Appendicitis is a condition of indigestion in the form of inflammation of the appendix which is influenced by several factors such as consumption of fast food and excessive activity, causing pain. Appendectomy is a surgical intervention that aims to reduce the risk of worsening the patient's condition. In some patients post appendectomy the pain results in reluctance to move, which can prolong recovery time and increase the likelihood of complications. Early mobilization is one of the non-pharmacological interventions to reduce the pain scale that arises in post appendectomy patients. This case study aims to describe the implementation of early mobilization to reduce the pain scale in post appendectomy patients in the Merak Room of RSAU dr. Esnawan Antariksa. The research method used is a descriptive case study. The subjects of this case study were 2 subjects according to the inclusion criteria. Data collection was taken using instruments in the form of, Numeric Rating Scale observation sheets and standard operational procedures for early mobilization therapy. The results of the case study after early mobilization showed that the pain level of the two patients decreased from a pain scale of 6-7 (moderate pain) to a pain scale of 1 (mild). The conclusion of this case study shows that there is a decrease in the pain scale in both patients that occurs after the provision of early mobilization in post appendectomy patients.
Implementasi Angkle Pump Exercise dengan  Elevasi  30 derajat Untuk Mengurangi Edema pada Pasien CKD ON HD Di RSAU Dr.Esnawan Antariksa lukman al hakim; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 3 (2024): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/b4251e28

Abstract

Gagal Ginjal Kronik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kerusakan fungsi ginjal yang bersifat irreversible yang disebabkan hipertensi, diabetes melitus, penyakit sistemik lain, dan batu saluran kemih. Prevalensi GGK di Provinsi DKI Jakarta sebesar 4,5% di tahun 2018. Salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan sisametabolisme tubuh yaitu terapi Hemodialisis. Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan terapi Hemodialisis adalah peningkatan beratbadan akibat penumpukan cairan yang ditandai dengan edema. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi edema yaitu terapi ankle pump exercisedan elevasi 300. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pengaruhimplementasi ankle pump exercise dan elevasi 300 untuk mengurangiedema di Ruang Hemodialisis. Metode penelitian jenis rancanganpenelitian ini adalah deskriptif studi kasus. Subjek studi pada penelitian iniberjumlah 2 subjek. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasiedema. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penurunan edema.Edema pada subjek satu sebelum dilakukan intervensi adalah derajat III (4mm), setelah dilakukan intervensi mengalami penurunan menjadi derajatII (2mm). Derajat edema pada subjek dua sebelum dilakukan intervensiadalah derajat III (5mm), setelah dilakukan intervensi mengalamipenurunan menjadi derajat II (2mm). Kesimpulan dari studi kasus iniadalah terapi kombinasi ankle pump exercise dan elevasi 300 pada keduasubjek memberikan pengaruh terhadap penurunan edema pada pasienCKD di ruang Hemodialisis.   Chronic Kidney Failure is a condition of a person who irreversible damage to kidney function caused by hypertension, diabetes mellitus, other systemic diseases, and urinary tract stones. The prevalence of CKD in DKI Jakarta Province was 4.5% in 2018. One of the therapy used to reduce the body's metabolic waste is hemodialysis therapy. Hemodialysis. Signs and symptoms that appear in patients with Hemodialysis therapy is an increase in body weight due to fluid accumulation characterized by edema. with edema. Efforts made to overcome edema are ankle therapy The purpose of the study was to determine the description of the effect of implementing ankle pump exercise and elevation 300 to reduce edema in the Hemodialysis Room. edema in the Hemodialysis Room. Research method this type of research design is a descriptive case study. The study subjects in this study amounted to 2 subjects. The instrument used was an edema observation sheet. The results showed a decrease in edema. Edema in subject one before the intervention was degree III (4mm), after the intervention decreased to degree II (2mm). The degree of edema in subject two before the intervention was degree III (5mm), after the intervention decreased to degree II (2mm). intervention decreased to degree II (2mm). The conclusion of this case study is that the combination of ankle pump exercise and elevation therapy 30° in both subjects has an effect on reducing edema in patients with COPD.  
Efektivitas Terapi Otot Progresif dalam Mengurangi Kram Otot pada Pasien Hemodialisa di RSAU Dr. Esnawan Antariksa Deannova, Farrel Chandra; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 1 No. 4 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/v8gxcx87

Abstract

Gagal ginjal kronis adalah kondisi dimana peran ginjal menurun dan tidak dapat diperbaiki penyakit ini banyak diderita orang di dunia. Di Indonesia sendiri pada tahun 2018 terdapat 66.433 pasien baru. Salah satu terapi untuk penyakit gagal ginjal kronis adalah hemodialisa. Salah satu masalah yang kerap dirasakan oleh pasien hemodialisa adalah kram otot, sebanyak 46,9% pasien hemodialisa mengalami kram otot. Dalam mengurangi kram otot diperlukan teknik non-farmakologi, yaitu terapi otot progresif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskrisikan kram otot sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Otot Progresif pada pasien yang menjalani hemodialisa di RSAU Dr. Esnawan Antariksa. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan studi kasus. Penelitian ini menggunakan 2 subyek penelitian. Instrumen penelitian ini dengan alat ukur yang digunakan adalah Cramp Questionnaire Chart. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat penurunan skor kram otot dengan klasifikasi kram sedang menjadi kram ringan. Kesimpulan penelitian ini adalah terapi otot progresif dapat menurunkan skor kram otot pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.    Chronic kidney failure is a condition where the function of the kidneys decreases and cannot be repaired. This disease affects many people in the world. In Indonesia alone, in 2018 there were 66,433 new patients. One of the therapies for chronic kidney failure is hemodialysis. One of the problems often experienced by hemodialysis patients is muscle cramps. As many as 46.9% of hemodialysis patients experience muscle cramps. To reduce muscle cramps, non-pharmacological techniques are needed, namely progressive muscle therapy. The aim of this study was to describe muscle cramps before and after Progressive Muscle Therapy in patients undergoing hemodialysis at RSAU dr. Esnawan Antariksa. This research design is descriptive with a case study. This study used 2 research subjects. The research instrument used for this research is the Cramp Questionnaire Chart. The results of this study showed that there was a decrease in muscle cramp scores with the classification of moderate cramps to mild cramps. The conclusion of this study is that progressive muscle therapy can reduce muscle cramp scores in patients undergoing hemodialysis therapy.
Implementasi Kompres Hangat Untuk Menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Gastritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa *, Gita Cahya Ramadhani; Harwina Widya Astuti; Sinta Fresia
Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan Vol. 2 No. 1 (2025): Jurnal Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/7nrt5j95

Abstract

Gastritis atau penyakit maag merupakan suatu kondisi peradangan pada mukosa atau dinding lambung akibat peningkatan asam lambung yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, kembung, mual, dan rasa panas atau terbakar pada perut bagian atas. Angka kejadian penyakit Gastritis di Indonesia sebesar 40,8% dari 238.452.952 jiwa penduduk dan merupakan penyakit yang menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak di DKI Jakarta pada tahun 2020. Upaya mengatasi masalah nyeri akibat gastritis salah satu intervensi keperawatan mandiri adalah dengan pemberian terapi non farmakologi yaitu kompres hangat. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran implementasi kompres hangat untuk mengurangi skala nyeri pada pasien gastritis. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Jumlah subyek studi penelitian sebanyak dua subyek studi. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar observasi skala nyeri Visual Analog Scale. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek I dengan skala nyeri sebelum implementasi yaitu skala nyeri 6 dan sesudahnya dengan skala nyeri 0, begitu juga dengan subyek II dari skala nyeri 6 lalu diberikan implementasi menjadi skala nyeri 0. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kompres hangat efektif untuk menurunkan skala nyeri pada pasien gastritis di RSAU dr. Esnawan Antariksa.     Gastritis or ulcer disease is an inflammatory condition of the stomach mucosa or wall due to an increase in stomach acid which causes abdominal discomfort, bloating, nausea, and burning in the upper abdomen. The incidence of gastritis in Indonesia is 40.8% of the 238,452,952 population and is a disease that ranks third out of the 10 most common diseases in DKI Jakarta in 2020. In an effort to overcome the problem of pain due to gastritis, one of the independent nursing interventions is to provide non-pharmacological therapy, namely warm compresses. The purpose of this study was to describe the implementation of warm compresses to reduce the pain scale in gastritis patients. This research design is descriptive research with a case study approach. The number of research study subjects was two study subjects. The research instrument used in this study was the Visual Analog Scale pain scale observation sheet. The results of this study indicate that subject I with a pain scale before implementation is a pain scale of 6 and afterward with a pain scale of 0, as well as subject II from a pain scale of 6 and then given implementation to a pain scale of 0. The conclusion of this study is that warm compresses are effective for reducing pain scales in gastritis patients at RSAU dr. Esnawan Antariksa.