Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa

FATIS LAILAHA ILALLAH, ASTAGFIRULLAHALAZHIM, DAN INSYAALLAH DALAM CERITA REKAAN BERBAHASA SUNDA (PHATIC FORM OF LAILAHA ILALLAH, ASTAGHFIRULLAHALAZIM, AND INSHAALLAH IN SUNDANESE FICTIONS) NFN Wahya; Hera Meganova Lyra; Yudi Permadi; Abdul Kosim
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 16, No 2 (2018): Metalingua Edisi Desember 2018
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.953 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v16i2.255

Abstract

Every language has elements that serve as pragmatic function to emphasize or afirm the purpose of speech and those of to express emotions. Sundanese is a language that is rich in such elements that is called phatic form. Such forms in Sundanese language have the origins of Sundanese and also loan words, for example from Arabic. The use of Arabic loan words is in line with the practice of Islamic religion by the Sundanese people and has become a part of Sundanese culture so that the writing and pronunciation has been adapted to the Sundanese language system. This paper discusses three phatic forms derived from Arabic with its variations. The problem to discuss is what kind of intentions that is emphasized or afirmed by phatic forms in sentences and what kind of emotions that is expressed by phatic forms in sentences? Therefore, this paper’s objectives is to discuss the intentions emphasized or afirmed by phatic forms in sentences and the kind of emotions expressed by phatic forms in sentences. The irst problem involves all three phatic forms, while the second problem only involves the irst two phatic forms. Data were collected by observation method with the recording technique. Data were analyzed using distributional and referential method. Data source were ten Sundanese ictions. The results shows that the three phatic forms emphasize or afirm the intentions of surprise, astonishment, regret, shock, and willingness. The irst two phatic forms express emotions of surprise, astonishment, regret, and dumbfounded.  AbstrakBahasa alamiah di seluruh di dunia memiliki ciri keuniversalan dan keunikan. Setiap bahasa memiliki unsur bahasa  yang secara pragmatik memiliki fungsi untuk menekankan atau menegaskan maksud tuturan. Di samping itu, setiap bahasa memiliki unsur bahasa yang berfungsi mengekspresikan emosi. Akan tetapi, wujud dan jumlah unsur-unsur bahasa tersebut berbeda-beda sesuai dengan keunikan bahasa masing-masing. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa yang kaya dengan unsur bahasa seperti dikatakan di atas. Unsur bahasa yang memiliki fungsi seperti itu di samping ada yang berasal dari bahasa Sunda sendiri, ada pula yang berasal dari bahasa lain, yakni unsur serapan dari bahasa Arab. Penggunaan unsur serapan dari bahasa Arab ini sejalan dengan pengamalan ajaran Islam oleh masyarakat Sunda. Penggunaan unsur bahasa di atas sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Sunda sehingga penulisan dan pelafalannya pun sudah diadaptasi mengikuti sistem bahasa Sunda. Unsur bahasa ini disebut fatis. Makalah ini akan membahas tiga fatis yang berasal dari bahasa Arab, yaitu lailaha illallah, astagfirullahalazhim, dan insya Allah dengan variasinya. Masalah yang akan dibahas adalah menekankan atau menegaskan maksud apa saja fatis tersebut dalam kalimat dan mengungkapkan emosi apa saja dalam kalimat? Untuk masalah pertama melibatkan seluruh tiga fatis terrsebut, sedangkan untuk masalah kedua hanya melibatkan dua fatis pertama. Data dikunpulkan dengan metode simak dengan teknik catat. Data dianalisis menggunakan metode agih (distribusional) dan padan. Sumber data berupa sepuluh buku cerita rekaan berbahasa Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga fatis menekankan atau menegaskan maksud keterkejutan, ketercengangan, penyesalan, keterperanjatan, dan kesediaan; kemudian  dua fatis pertama mengekspresikan emosi terkejut, tercengang, menyesal, dan terperanjat. 
HUMOR PORNOGRAFI DALAM TATARUCINGAN ‘TEKA-TEKI SUNDA’ (PORNOGRAPHIC HUMOUR IN TATARUCINGAN ‘SUNDANESE RIDDLES’) Hera Meganova Lyra; Wahya Wahya; R Yudi Permadi
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 18, No 1 (2020): METALINGUA EDISI JUNI 2020
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.127 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v18i1.509

Abstract

This writing describes pornographic humour conveyed in tatarucingan ‘Sundanese riddles’. I focuses on pornographic connotation and types of pornographic humour existing in tatarucingan. The method used was descriptive one with theoretical analysis by Sukatman (2009) combined with Danandjaja (1984), Rahmanadji (2007), Yuniawan (2007), and Mulia (2014). The result shows that the pornographic connotation in tatarucingan conveyed in the questions or answers of the tatarucingan ‘riddles’. I means that the pornographic connotation may be conveyed in the questionsand may also be in the answers of the riddles. The types of pornographic connotation include rational-answer humour, logic games humour, pseudo-incoherence humour, sound games humour and metaphorical humour. AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan humor pornografi yang terdapat dalam tatarucingan ‘teka-teki Sunda’. Masalah yang dikaji meliputi konotasi pornografi dan jenis humor pornografi yang terdapat dalam tatarucingan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan kajian menggunakan analisis teori Sukatman (2009) yang diekletikkan dengan teori Danandjaja (1984), Rahmanadji (2007), Yuniawan (2007), dan Mulia (2014). Hasil penelitian menunjukkan konotasi pornografi yang terdapat dalam tatarucingan muncul pada pertanyaan atau jawaban tatarucingan. Dalam arti, konotasi pornografi ada yang muncul dalam pertanyaan,ada pula yang muncul dalam jawaban tatarucingan. Humor pornografi jika dilihat dari jenisnya meliputi humor rasionalitas jawaban, humor permainan logika, humor ketidaklogisan semu, humor permainan bunyi, dan humor bermetafora.
CITRA HATÉ 'HATI' DALAM METAFORA ORIENTASIONAL DALAM BAHASA SUNDA Hera Meganova Lyra; Cece Sobarna; Fatimah Djajasudarma; Gugun Gunardi
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 14, No 2 (2016): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.103 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v14i2.193

Abstract

THIS paper describes image schemas produced by orientational metaphors of apart of body, heart (haté), in Sundanese language. A cognitive semanticconceptual study of Lakoff and Johnson (1980) supported by Cruse & Croft(2004) and Saeed (2003) is used to describe and analyze the data. This studyused descriptive method in which the data source were got from oral and writtendata. The result shows that there are eight types of image schemas of orientationalmetaphor of heart, a body part, namely: a) space image schema; b) power imageschema; c) fire image schema; d) colors image schema; e) journey image schema;f) form image schema; g) size image schema; and h) wound image schema. AbstrakDALAM tulisan ini dideskripsikan skema citra yang dihasilkan oleh metafora orientasionalbagian tubuh haté ‘hati’ dalam bahasa Sunda. Metode deskriptif dan kajian konseptualsemantik kognitif Lakoff dan Johnson (2003); Cruse & Croft (2004); dan Saeed (2003)digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data yang bersumber dari datalisan dan tulisan. Hasil analisis data ditemukan delapan jenis skema citra metaforaorientasional bagian tubuh haté ’hati’, yaitu (1) skema citra ruang; (2) skema citrakekuatan; (3) skema citra api; (4) skema citra warna; (5) skema citra perjalanan; (6)skema citra bentuk; (7) skema citra ukuran; dan (8) skema citra luka.