Latar Belakang: Lesi mukokutan dan infeksi menular seksual (IMS) adalah manifestasi umum pada individu yang terinfeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV) atau sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS). Kelainan mukokutan dan infeksi menular seksual (IMS) pada anak-anak dengan HIV/AIDS dapat muncul dengan gejala atipikal, cenderung lebih parah, dan lebih sulit diobati dibandingkan dengan anak-anak dengan sistem kekebalan yang baik. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kelainan mukokutan dan infeksi menular seksual (IMS) pada pasien anak dengan HIV/AIDS di Klinik Dermatologi dan Venerologi Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta, dari Januari 2020 hingga Desember 2022. Metode: Studi deskriptif retrospektif dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari catatan medis pasien anak dengan HIV/AIDS yang mengunjungi poliklinik Dermatologi dan Venerologi di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta, dari 1 Januari 2020 hingga 31 Desember 2022. Hasil: Penelitian ini melibatkan sembilan pasien anak dengan HIV/AIDS, terdiri dari enam laki-laki (67%) dan tiga perempuan (33%). Kelompok usia yang paling banyak diwakili adalah 12-17 tahun, dengan lima pasien (n = 5; 56%). Semua pasien menjalani terapi antiretroviral (ARV) rutin. Manifestasi mukokutan yang paling umum adalah erupsi papular pruritus, diamati pada enam pasien (n = 6; 67%), diikuti oleh dermatitis seboroik dan skrofuloderma, masing-masing mempengaruhi satu pasien (n = 1; 11%). Kondiloma akuminata adalah satu-satunya IMS yang teridentifikasi, hadir pada satu pasien (n = 1; 11%). Tujuh pasien (77%) memiliki jumlah CD4 lebih dari 200 sel/mm³, sedangkan dua pasien (23%) memiliki jumlah CD4 kurang dari 200 sel/mm³. Kesimpulan: Erupsi papular pruritus adalah kondisi mukokutan yang paling umum di antara pasien anak dengan HIV/AIDS, sedangkan kondiloma akuminata adalah IMS yang dominan.