Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Eksplorasi Teknis Fotografi Udara Poros Imajiner Daerah Istimewa Yogyakarta Oscar Samaratungga
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 14, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v14i2.2305

Abstract

Yogyakarta adalah kota yang unik dan istimewa, salah satunya karena adanya filosofi tentang garis imajiner. Garis imajiner itu sudah menjadi wacana lama, tetapi tetap menarik untuk menjadi pembahasan. Kota ini terbelah sebuah oleh sumbu imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi – Tugu Pal Putih – Keraton – Panggung Krapyak – Parangtritis. Dilihat dari peta, juga bisa dilihat jika Merapi, Keraton, dan Pantai Selatan ini memang berada di satu garis lurus secara imajiner. Filosofi garis lurus imajiner dari Merapi hingga Laut Selatan ini sarat makna. Untuk masyarakat di Yogyakarta, Gunung Merapi, Laut Selatan, dan Keraton Yogyakarta mengandung makna penting. Kehidupan di dunia merupakan sebuah harmoni antara mikrokosmos (jagat cilik) dan makrokosmos (jagat gede). Keharmonisan itu harus dijaga satu sama lain, tidak boleh terjadi ketimpangan. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana melakukan eksplorasi pemotretan udara atas poros imajiner dikaitkan dengan teknis kreatif dan aspek estetis yang dapat mengungkap kekhasan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemotretan yang akan dilakukan adalah pemotretan melalui udara menggunakan drone, sebuah peralatan dan teknologi baru yang sedang berkembang dalam dunia fotografi saat ini. Lokasi yang akan direkam dan didokumentasikan adalah lima titik yang ada dalam poros imajiner tersebut, yaitu Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Keraton, Panggung Krapyak, dan Parangtritis. Salah satu kekuatan dalam fotografi udara dengan menggunakan drone adalah keleluasaan dalam menempatkan kamera. Keleluasaan penempatan kamera tersebut membuka ruang eksplorasi dalam mengambil gambar dari berbagai sudut yang berbeda. Gambar dari sudut yang berbeda tersebut dapat memberikan cara pandang yang berbeda pula. Hal ini berarti ruang hampir tidak terbatas untuk mengekplorasi berbagai sudut yang mungkin sulit dijangkau ketika menggunakan medium fotografi lainnya. ABSTRACTAerial Photography Technical Exploration of the Special Region of Yogyakarta’s Imaginary Axis. Yogyakarta is a unique and special city, one of them is because of the philosophy of the Imaginary Line. Although the imaginary line has become an old discourse, it is still interesting to be discussed. The city is split by an imaginary axis connecting Mount Merapi - Tugu Pal Putih - Keraton - Panggung Krapyak –Parangtritis.  Explored from the map, it can also be seen that Merapi, Keraton and South Coast are indeed in one imaginary straight line. The philosophy of imaginary straight lines from Merapi to the South Sea is full of meaning. For people in Yogyakarta, Mount Merapi, the South Sea, and Yogyakarta Palace, they have their own important meaninga. Life in the world is a harmony between the microcosm (the universe) and the macrocosm (big universe). The harmony must be maintained with each other, inequality must not occur.  The purpose of this study is to explore aerial photography of an imaginary axis associated with creative technical and aesthetic aspects that can reveal the peculiarities of the Special Region of Yogyakarta. The photos taken are aerial photography using Drones, a new equipment and technology that is developing in the world of photography today. The locations that were recorded and documented were the five points in the imaginary axis, namely Mount Merapi, Tugu Pal Putih, Keraton, Panggung Krapyak, and Parangtritis. One of the strengths in aerial photography using drones is the flexibility in placing the camera. The flexibility of placing the camera opens an exploration of space in taking pictures from different angles, because images from different angles can provide a different perspective. This means there is an unlimited space to explore various angles that may be difficult to reach when using other photography mediums.
Pembinaan Kriya, Fotografi, Videografi, dan Karawitan di Desa Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo Budi Hartono; Oscar Samaratungga
Jurnal Pengabdian Seni Vol 2, No 2 (2021): NOVEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jps.v2i2.5921

Abstract

Pembinaan Kriya, Fotografi, Videografi, dan Karawitan di Desa Sendangsari, Pengasih, Kabupaten Kulonprogo merupakan bagian dari Program Pengembangan dan Pembinaan Wilayah Seni (P3Wilsen) ISI Yogyakarta. Kegiatan ini melibatkan dosen dan juga mahasiswa ISI Yogyakarta yang diterjunkan langsung di tengah masyarakat untuk melakukan pengembangan dan pembinaan seni yang ada dan dibutuhkan oleh masyarakat, komunitas, dan UKM. Beberapa pendekatan yang dilakukan untuk program ini adalah community development, yaitu pendekatan  yang berorientasi pada upaya-upaya  pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek dan sekaligus objek  pembangunan dan melibatkan mereka secara langsung dalam berbagai  kegiatan  pengabdian masyarakat  sebagai upaya meningkatkan  peran serta mereka  dalam pembangunan  demi kepentingan mereka sendiri. Partisipatif, yaitu pendekatan yang berorientasi kepada upaya peningkatan peran  serta masyarakat  secara langsung  dalam berbagai proses dan pelaksanaan  pengabdian. Dengan partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara langsung, dampak dan manfaat dapat dirasakan oleh masyarakat langsung terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat.
LAKON PUNAKAWAN DALAM KARYA FOTOGRAFI SENI Gea Rosa; Arti Wulandari; Oscar Samaratungga
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (866.38 KB) | DOI: 10.24821/specta.v3i2.2790

Abstract

Abstrak Penciptan karya seni ini bermula dari keprihatinan terhadap pementasan wayang yang sudah mulai ditinggalkan di era milenial ini, sangat disayangkan apaila pementasan tersebut hilang begitu saja. Padahal kesenian ini sangat banyak memberikan pelajaran yang dapat membentuk karakter generasi muda menjadi lebih baik. Sebagai seorang yang lahir dan besar di Jawa, berkewajiban untuk turut andil dalam melestarikan kesenian peninggalan nenek moyang ini. Penciptaan karya seni ini mengambil tokoh Punakawan yang beranggotakan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Tokoh-tokoh wayang tersebut diambil karena perannya dalam dunia pewayangan sangat besar. Penciptaan karya seni ini memvisualkan cuplikan lakon Punakawan ke dalam karya fotografi seni. Selain itu, ingin menyampaikan pesan moral yang terdapa dalam lakon Punakawan di  karya fotografi seni. Karya visual ini  mengandung elemen-elemen  pendukung sesuai dengan topik yang diangkat. Elemen-elemen  tersebut digabungkan dengan teknik montase yang diproses menggunakan digital imaging dan dicetak di media kertas foto.   Dengan demikian, visual yang dihadirkan sesuai dengan harapan dan pesan yang akan disampaikan bisa tersampaikan dengan baik. Kata kunci : lakon, Punakawan, fotografi seni Abstract Punakawan Play in Fine Art Photography. The creation of this art work originated from the concern about puppet showa that already  abandoned in this millenial era. It is unfortunate if the show just disappear. Exen trough this art provides a lot of knowledge that can estabilish young generation  character to be better. As a person born and raised in Java,  emerged a sense of  having an obligation to take part in perserving traditional arts. The creation of this art work takes in the figure of a slownman who consist of Semar, Gareng, Petruk and Bagong.  The Puppet caracter is taken, because of the role in the world  of puppetry is very large. The creation of this artwork visualizes snoppet of the clown. Storie into photographic artwork. Moreover, want  to convey a moral  message contained in the storie of clowns into photography artwork. The creation contain elemens that supporting as compatible as the topic raised. The  elements  combaineed with montage technique that proceeded using digital imaging and printed on photo paper, so the visual that served consistent to the hope. Also the message delivered,conveyed well. Keywords: Punakawan, play, fine art photography
SIMULACRA YOGYAKARTA DENGAN DRONE PHOTOGRAPHY Kevin Andrian; Arti Wulandari; Oscar Samaratungga
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1050.816 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i2.1903

Abstract

Yogyakarta merupakan tempat yang pantas dan prayoga menjadi suri keindahan alam semesta. Tentu hal ini berkaitan dengan keistimewaan yang dimilikinya, baik yang tampak secara fisik maupun tidak. Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu keistimewaan tersebut kian pudar. Hal tersebut menimbulkan gejolak dalam diri dan ingin menyampaikannya melalui medium fotografi sebagai bentuk ungkapan ekspresi. Untuk itu diperlukan suatu cara yang berbeda karena Yogyakarta sudah terlalu sering diangkat sebagai objek fotografi. Drone photography dan simulacra merupakan kombinasi yang sesuai karena memiliki kekuatan menggoda siapapun untuk melihatnya. Drone photography memberikan ruang eksplorasi yang luas, sementara simulacra yang berarti replika dari realitas memberikan ruang eksperimentasi yang tidak terbatas. Keleluasaan penempatan kamera merupakan kekuatan utama dalam drone photography, namun demikian banyak pula kendala yang muncul. Hal tersebut menjadi tantangan dalam penciptaan karya dengan judul “Simulacra Yogyakarta dengan Drone Photography”. Eksperimentasi yang dilakukan tidak terbatas pada hadirnya sebuah karya namun juga bagaimana sebuah karya disajikan untuk memberikan pengalaman yang lebih bagi penikmatnya. Menampilkan Yogyakarta dalam bentuk simulacra tidak hanya sekadar untuk menggoda, namun juga untuk memberikan cara yang berbeda untuk menikmati keistimewaan dan memahami permasalahan yang ada di Yogyakarta.Kata Kunci : simulacra, Yogyakarta, drone photography 
MOBIL MAINAN DIECAST SKALA 1:24 DALAM FOTOGRAFI STILL LIFE Dio Rama Aditia; Zulisih Maryani; Oscar Samaratungga
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.912 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i1.1894

Abstract

Mobil mainan merupakan suatu benda yang biasa dimainkan oleh anak-anak. Akan tetapi berbeda halnya dengan mobil mainan jenis diecast, yakni mobil mainan yang terbuat dari logam kemudian dicetak ke dalam bentuk yang diinginkan. Mobil mainan diecast yang memiliki berbagai macam ukuran tidak hanya dimainkan oleh anak-anak karena pada perkembangannya diecast menjadi karya seni yang menarik untuk dikoleksi dan dipajang salah satunya mobil dengan ukuran skala1:24. Dengan demikian muncul keinginan untuk menampilkan mobil mainan diecast dalam bentuk karya fotografi. Alasan pemilihan ukuran skala 1:24 adalah ukurannya yang terbilang sedang dan mempunyai detail kemiripan yang cukup baik sehingga cocok digunakan untuk foto stilllife. Selain itu, ukuran mobil mainan diecastskala 1:24 juga cenderung kurang diminati oleh para kolektor shingga diharapkan penciptaan karya seni ini dapat meningkatkan minat para kolektorterhadap diecastskala 1:24. Teknik fotografi still life merupakan salah satu metode dalam fotografi yang digunakan untuk keperluan komersial. Teknik still life digunakan untuk mempermudah penataan objek yang dikombinasikan dengan diorama. Kemudian penataan cahaya dan komposisi dalam teknik ini mampu menjadikan sebuah objek menjadi lebih bernilai jual. Ditambah dengan teknik olah digital focus stacking yang membantu menguatkan detail dari sebuah produk mobil mainan. Penciptaan karya fotografi ini bertujuan untuk menampilkan sebuah mobil mainan yang menyerupai mobil sesungguhnya sehingga dapat menarik perhatian penikmat foto dan juga pencinta mobil mainan diecast khususnya yang berskala 1:24. Hasil dari penciptaan karya seni ini didapatkan bahwa mobil mainan yang semula hanya benda mati saja, melalui fotografi dapat diciptakan menjadi sebuah karya seni visual yang tampak lebih nyata. Mobil mainan diecast merek Welly ini banyak ditemukan hasil pengecatan yang kurang maksimal. Akan tetapi, penggunaan set diorama sebagai elemen pendukung sangat membantu untuk menguatkan kesan lebih nyata sehingga secara umum penciptaan karya seni ini dapat menambahkan nilai jual pada mobil mainandiecast skala 1:24.Kata kunci: mobil mainan, diecast skala 1:24, fotografi, stilllife Abstract Diecast Toycar 1:24 Scale in Still Life Photography. A toy car is an object commonly played by children. Diecast is way a different type of toycar which is made of metal and then formed into the desired shape. Diecast cars with variety of sizes not only played by children because in its development the diecast is becoming into an interesting work of art to be collected and displayed, one of them is with a scale of 1:24. Thus, it seems interesting to feature diecast toycars in the form of photography works. The reason for choosing scale of 1:24 is because this size is quite moderate and the detail similarity is good enough so that it will be suitable to be used in still life photography. In addition to that, the size of the 1: 24 scale diecast toycar also tends to be less desirable by collectors so it is expected that the creation of this artwork can increase the interest of collectors for the 1:24 scale diecast. Still life photography technique is one of the methods in photography used for commercial purposes. Still life technique is used to facilitate the arrangement of objects to be combined with diorama. Then, the arrangement of light and composition in this technique can make an object becomes more valuable. Coupled with the technique of digital focus stacking that helps strengthen the details of a toycar product. The creation of this photography work aims to showcase a toycar that resembles a real car so as to attract the attention of photo enthusiasts as well as diecast car enthusiasts especially for 1: 24 scale. The result of the creation of this artwork shows that toycars which were originally only inanimate objects, through photography can be made into a work of visual art that looks more real. The paintings in Welly diecast toyscars are found not really good enough. However, the use of diorama sets as a supporting element is helpful to reinforce a more realistic impression so that in general the creation of this work can add a commercial value to a 1:24 scale diecast toycar. Keywords: toycar, diecastscale 1:24, photography, still life 
PRODUK KULIT DECRAFTSMAN DALAM FOTOGRAFI KOMERSIAL Dodi Wahyu Pranoto; Muhammad Fajar Apriyanto; Oscar Samaratungga
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 5, No 2 (2021): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v5i2.4296

Abstract

Decraftsman Leather Product in Commercial Photography. Commercial photography is a genre of photography that aims to promote a product or service. This genre of photography can be- come means of promotion especially those unknown to the public, like Decrafstman products. Craft industry Decrafstman is in Trenggalek District, East Java produces various genuine leather based products. However, it is unfortunate that the Decraftsman production house does not have a visual form of a photo that is adequate for promotional purposes or to attract people to work together. The creation of this work aims to help Decraftsman advertise their local brand products with interest- ing visual by creating stil life photography works using the Decraftsman’s production room as the background for the creation. The methods employed were observation and exploration, while in the experiment stage, the focus was more on the stages of photographing the products. The results of this creation can be used as a medium for promotion through social media such as Instagram so that the public is more familiar with Decraftsman products. ABSTRAKFotografi komersial merupakan salah satu jenis fotografi yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk atau jasa. Saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keuntungan pembuatan produk berbahan dasar kulit asli. Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang tumbuh. Produk Decraftsman memiliki kelebihan yaitu dapat memproduksi berbagai macam produk berbahan dasar kulit asli. Namun sangat disayangkan rumah produksi Decraftsman tidak memiliki bentuk visual sebuah foto yang memadai untuk tujuan promosi maupun menjadi daya tarik masyarakat untuk bekerja sama. Penciptaan karya ini menampilkan produk Decraftsman yang dikemas dalam sebuah karya fotografi stil life dengan menggunakan ruang produksi dari Decraftsman sebagai latar belakang pembuatan. Selain itu dalam proses pembuatan karya juga menggunakan elemen pendukung yang berupa alat produksi kulit. Hasil dari penciptaan ini dapat digunakan sebagai media untuk promosi melalui media sosial seperti Instagram agar masyarakat lebih mengenal produk Decraftsman 
YOGYAKARTA DALAM FOTOGRAFI IMPRESIONISME Wiwid Widya Apriyadi; Arti Wulandari; Oscar Samaratungga
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 5, No 1 (2021): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v5i1.5007

Abstract

Yogyakarta in The Impressionism Photography. The creation of photographic works with the title “Yogyakarta in Impressionism Photography” aims to present the scenery of Yogyakarta area using photographic techniques that look like an impressionist painting. The main objects in these photographic works are historical and natural tourist attractions in Yogyakarta area. The intensity of experience and feeling conveyed in this creation of photographic work are the feeling of boredom of the routines that are carried out in photographing, especially taking landscape photography. The method implemented for the photo creation was to have exploration and experimentation in photographing landscapes. Exploration and experimentation are conducted by moving the camera around the object or moving the camera during the image recording process. The result of the creation of this artwork is that photographic works resemble the impressionist paintings. ABSTRAKPenciptaan karya fotografi dengan judul "Yogyakarta dalam Fotografi Impresionisme" bertujuan untuk menampilkan objek pemandangan Yogyakarta yang dikemas dengan teknik fotografi dengan visualisasi berbentuk seperti lukisan impresionisme. Objek utama dalam penciptaan karya fotografi ini adalah tempat wisata bersejarah dan wisata alam di kawasan Yogyakarta. Intensitas pengalaman dan perasaan yang dituangkan dalam penciptaan karya fotografi ini adalah rasa jenuh terhadap rutinitas yang dilakukan dalam memotret, terutama memotret fotografi panorama. Rasa jenuh ini mendorong untuk melakukan eksplorasi dan eksperimentasi dalam memotret panorama. Eksplorasi dan eksperimentasi dilakukan dengan cara melakukan pemotretan memutari objek dan menggerakkan kamera pada saat proses perekaman gambar.Hasil dari penciptaan karya seni ini adalah karya fotografi dengan kesan lukisan impresionisme.
EKSOTIKA SUKU MENTAWAI DALAM FOTOGRAFI DOKUMENTER Rindha Mita Purwaningsih; Pamungkas Wahyu Setiyanto; Oscar Samaratungga
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (666.212 KB) | DOI: 10.24821/specta.v2i2.2550

Abstract

AbstrakObjek penciptaan karya fotografi membahas eksotika kegiatan sehari-hari suku pedalaman Mentawai, Siberut Selatan. Penciptaan karya didasari oleh minimya informasi tentang keseharian masyarakat pedalaman dusun Buttui dan diciptakan karya ini, diharapkan mampu memberi gambaran dan informasi tentang kehidupan para suku pedalaman di Mentawai melalui fotografi dokumenter. Penciptaan karya fotografi ini berorientasi dengan eksotika kegiatan sehari-hari suku Mentawai sebagai dasar acuan proses penciptaan dengan metode observasi,eksplorasi, pemotretan. Karya foto dibuat dalam fotografi dokumenter, dengan mengambil peristiwa-peristiwa yang menarik lewat bidang jurnalistik. Suatu cara pandang baru dan inspiratif bagi yang melihat dan merasakan dapat membuka mata kita seutuhnya tentang lingkungan budaya di sekitar kita yang mulai terkikis oleh kerasnya kemajuan dan ketatnya perkembangan zaman. Kata kunci: eksotika, suku Mentawai, fotografi dokumenter     AbstractExotica of Mentawai Tribe in Documentary Photography.  This abstract discusses the daily exotica of object creation in the heart of Mentawai, South Siberut. This work, with a lack of source information, is based on the daily lives of rural people in Buttui village. It is created with the hopes of capturing and giving information about the tribe lives in rural Mentawai through documentary photography. This abstract is oriented in Mentawai tribe as a basis creation process using observation, exploration, and experimental methods. The photographs are made with documentary photography that captures enticing events through journalism. A new perspective and inspirationwill completely open people’s eyes, for those who see and feel, on the nowadays cultural environment which slowly eroded by the rough progress and tight developmental era.  Keywords: exotica, Mentawai tribe, documentary photography
KEHIDUPAN SEHARI-HARI BURUH GENDONG WANITA PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA DALAM FOTOGRAFI DOKUMENTER Rika Ramadhanti; Pitri Ermawati; Oscar Samaratungga
Specta : Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 1 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i1.4308

Abstract

Buruh gendong merupakan orang yang bekerja menggendong menggunakan tenaga fisiknya untuk orang lain dengan mendapat upah. Sosok wanita mempunyai fisik yang lemah daripada kaum laki-laki, sehingga banyak orang meremehkan pekerjaan yang ditekuni seorang wanita. Berdasarkan hal ini, muncul ide gagasan untuk menciptakan karya fotografi dokumenter tentang Buruh gendong wanita Pasar Beringharjo Yogyakarta. Buruh gendong wanita Pasar Beringharjo memiliki latar belakang kehidupan yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke bawah. Mereka bertekad untuk menjadi Buruh gendong dikarenakan keterbatasan lapangan pekerjaan dan faktor ekonomi.. Penciptaan karya foto ini merupakan visualisasi wanita yang bekerja sebagai Buruh gendong yang memiliki potensi  kuat dalam bekerja walaupun secara fisik lebih kuat seorang laki-laki. Informasi Buruh gendong telah dikumpulkan melalui observasi  dan ditampilkan secara visual dengan medium fotografi. Karya fotografi yang diciptakan merupakan karya fotografi dokumenter. Karya tugas akhir fotografi ini diharapkan dapat menjadi referensi para fotografer dan peneliti lainnya dalam memberikan inovasi baru pada perkembangan dunia fotografi dan seni.Kata kunci: buruh gendong, Pasar Beringharjo, fotografi dokumenter
EKSPLORASI PENATAAN MAKANAN GAYA RUSTIK ORIENTAL UNTUK PEMASARAN JAJANAN PANGSIT MELALUI FOTO INSTAGRAM Firoos Agung Winahyu Wibowo; Oscar Samaratungga; Syaifudin Syaifudin
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9207

Abstract

Perkembangan teknologi informasi membuat pengguna sosial media Instagram semakin pesat. Konten fotografi merupakan hal yang sangat penting dalam penyampaian informasi ataupun hiburan melalui sosial media Instagram. Konten fotografi juga sering digunakan sebagai media periklanan dalam membantu penjualan suatu produk melalui Instagram. Hal yang menjadi unsur penting dalam membuat visual yang menarik harus mengandung unsur artistik dan informatif. Foto produk yang informatif membutuhkan pemilihan, penataan, penyusunan makanan, properti, dan latar yang menarik. Karya foto yang diciptakan pada penelitian ini merupakan jenis karya fotografi makanan. La-Hap Dumpling adalah produk yang akan digunakan sebagai objek penciptaan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penciptaan karya ini melalui beberapa tahapan yaitu ide dan konsep perancangan, perencanaan, produksi/pemotretan, penyuntingan, dan penyajian. Melalui penerapan teknik-teknik fotografi makanan karya-karya penelitian ini dapat menghasilkan visual yang menarik dan informatif dengan konsep pengarahan gaya penggabungan antara rustik, oriental mandarin, dan modern.Exploration of Oriental Rustic Style Food Plating as a Marketing Strategy for Dumpling Snacks through Instagram Photos. The development of information technology has made Instagram social media users increasingly prolific. Photographic content is essential in delivering information or entertainment through Instagram and social media. Photo content is also often used as an advertising medium to help promote the sale of a product through Instagram, which is a crucial element in making attractive visuals that contain informative and artistic aspects. Informative product photos require selection, styling, food plating, interesting properties, and settings. The photo works created were food photography works. La-Hap Dumpling is the product to be used in this photography creation. The methods used were utilising the idea and concept of making the photographs and planning, getting into the production or photoshoot, editing, and displaying. Through usage of food photography techniques, this creation expected to produce attractive and informative visuals.