Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Eksplorasi Ketangguhan Mental dan Kecemasan Kompetitif pada Atlet Arung Jeram di Jakarta Nurcahyadi, Muhammad Fixi; Trihandayani, Dewi
Jurnal Online Psikogenesis Vol 12 No 2 (2024): Desember
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v12i2.4661

Abstract

In every sports competition, psychological aspects such as mental toughness and competitive anxiety play a crucial role in determining an athlete's success. Research related to mental toughness associated with competitive anxiety among rafting athletes is still limited. This study aims to examine the relationship between mental toughness and competitive anxiety in rafting athletes who are members of the Indonesian Rafting Federation (FAJI) in Jakarta. The study involved 35 rafting athletes, consisting of 13 males and 22 females, aged between 18 and 25 years. The instruments used to measure the variables in this study were the Mental Toughness Scale and the Competitive Anxiety Scale. The data collected were analyzed using Pearson's product-moment correlation in SPSS 26.0. The results of the analysis showed a significant negative relationship between mental toughness and competitive anxiety (r = -0.48, p < .003). These findings indicate that an increase in mental toughness is associated with a decrease in the level of competitive anxiety in Jakarta rafting athletes. The implications of these results highlight the importance of developing mental toughness as a strategy to reduce anxiety and enhance performance in competitive contexts.
The Toxicity of Beauty Standards: Body Image Perception Among Women Acne Fighters Aqilah, Najwa Salma; Trihandayani, Dewi
Bulletin of Counseling and Psychotherapy Vol. 6 No. 1 (2024): Bulletin of Counseling and Psychotherapy
Publisher : Kuras Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51214/00202406819000

Abstract

Beauty is often closely linked with physical appearance in the current digital era. Prevailing beauty standards in society presuppose certain criteria for beauty, making adherence to these standards the primary basis for assessing one's body image. This study aims to provide an overview of the body image perceptions among women who struggle with acne or "acne fighters." This qualitative research adopts a phenomenological design. Participants were purposively selected using the purposive sampling method. Data were collected through semi-structured interviews and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Findings indicate that women who are acne fighters are dissatisfied with their physical condition, depicting their appearance as unattractive and failing to meet prevailing beauty standards within their social environment. This dissatisfaction leads to decreased self-confidence and negative impacts on social relationships. The study also identifies that one of the main contributing factors to the formation of negative body image is the normalized beauty standards prevalent in society.
Caught in the Loop: Examining the Link Between Alexithymia and TikTok Addiction Among Adolescents in Jakarta Aqilah, Najwa Salma; Trihandayani, Dewi
Jurnal Sains Psikologi Vol 13, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um023v13i22024p%p

Abstract

This research explores the relationship between alexithymia tendencies and TikTok addiction among adolescents in Jakarta. A total of 300 adolescents aged 18–24 who use TikTok for at least three hours per day participated in this quantitative research. Data were collected using the Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) and the Social Media Addiction Scale-Short Form (SMAS-SF) to measure levels of alexithymia tendencies and TikTok addiction. Data analysis used bivariate correlation or Pearson’s correlation coefficient by SPSS for Windows 26 to assess the relationship between the two variables. Results from two-tailed testing with a significance level of .01 (1%) revealed a positive correlation of .299. These findings indicate that higher levels of alexithymia are associated with higher levels of TikTok addiction.
Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Body Image pada Pengguna Aktif TikTok, Instagram, dan Facebook Dwi Apriani, Erfina; Trihandayani, Dewi
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 11 No 1 (2025): 2025
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v11i1.18798

Abstract

Media sosial memiliki peran besar dalam membentuk persepsi individu terhadap tubuhnya. Paparan terhadap standar kecantikan ideal di media sosial dapat memengaruhi body image, terutama pada remaja dan dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media sosial terhadap body image, serta membandingkan body image berdasarkan platform yang digunakan, yaitu TikTok, Instagram, dan Facebook. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 100 pengguna aktif media sosial yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Social Media Engagement Scale for Adolescents (SMES-A) dan Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire–Appearance Scales (MBSRQ–AS). Analisis data dilakukan menggunakan regresi linear dan One-Way ANOVA. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berpengaruh signifikan terhadap body image (R² = 0,421, p < 0,001), yang berarti penggunaan media sosial tersebut mampu menjelaskan 42,1% variasi body image. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengguna TikTok, Instagram, dan Facebook (p = 0,273). Temuan ini mengindikasikan bahwa tingkat penggunaan lebih berpengaruh terhadap body image dibandingkan jenis platform yang digunakan. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk memiliki literasi digital agar dapat lebih kritis dan bijak dalam merespons pengaruh media sosial.
Peran Memaafkan dan Sabar dalam Menciptakan Kepuasan Perkawinan Kumala, Anisia; Trihandayani, Dewi
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 1 No 1 (2015): 2015
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v1i1.9196

Abstract

Kepuasan pernikahan menjadi satu hal penting dalam hubungan pasangan. Tidak adanya kepuasan dalam perkawinan mengakibatkan perceraian dan dapat pula mempengruhi kesehatan mental seseorang secara umum. Penelitian ini melihat peran memaafkan dan sabar terhadap kepuasan perkawinan. Memaafkan diartikan sebagai penggantian emosi negatif dengan emosi yang lebih positif. Sementara sabar merupakan suatu variabel yang relatif baru dalam kajian psikologi, yang berarti respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan dan perbuatan yang taat pada aturan untuk tujuan kebaikan yang didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/ilmu, dan memiliki semangat terbuka terhadap solusi, konsisten serta tidak mudah mengeluh. Responden pada penelitian ini terdiri dari 70 orang laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah. Adapun skala yang digunakan pada penelitian ini adalah CSI (Couple Satisfaction Inventory), Marital Forgiveness Inventory, dan Skala Sabar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memaafkan memiliki pengaruh terhadap kepuasan perkawinan dengan R sebesar 0.493, R Square 0.243 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Yang artinya pengaruh memaafkan terhadap kepuasan pernikahan adalah sebesar 24,3%. Sabar memiliki pengaruh terhadap kepuasan perkawinan dengan R sebesar 0.391. R Square 0.153 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Yang artinya pengaruh sabar terhadap kepuasan pernikahan adalah sebesar 15.3%. Memaafkan dan sabar secara bersama-sama mempengaruhi kepuasan pernikahan dengan R sebesar 0.566, R Square sebesar 0.320 pada level signifikansi 0.000 (< 0.05). Artinya kedua variabel, memaafkan dan sabar, saling mengontrol dan berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan sebesar 32%
Pengaruh Islamic Parenting dan Coping Stress terhadap Motivasi Berprestasi pada Remaja Aryani, Dewi; Trihandayani, Dewi
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 2 No 1 (2016): 2016
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v2i1.9203

Abstract

Remaja merupakan masa dimana mereka belum dapat dikatakan dewasa namun sudah bukan lagi anak-anak. Emosi dan tindakan remaja yang masih belum stabil membuat setiap orang tua melakukan satu hal dengan menerapkan pola asuh. Salah satunya pola asuh Islami. Pola asuh Islami adalah suatu kesatuan yang utuh dari sikap dan perlakuan orang tua kepada anak, baik dalam mendidik, membina, membiasakan, dan membimbing anak secara optimal untuk mendapatkan kasih sayang dan ketulusan orang tua sehingga tumbuh dan berkembang dengan baik. Ketika remaja sedang mempersiapkan diri untuk ujian sekolah. Remaja pasti akan mengalami stress yang menganggu motivasi berprestasi mereka di sekolah. Mereka kehilangan minat dan konsentrasi. Mereka mengatasi stress yang terjadi dengan melakukan coping stress. Teknik pengambilan sampel penelitian dengan accidental sampling. Instrument data yang digunakan yaitu skala Islamic parenting, skala Coping Stress dan skala Motivasi Berprestasi. Analisis data menggunakan teknik analisis multiple regresi. Hasil perhitungan menggunakan teknik analisis multiple regresi, diperoleh R sebesar 0,304. Hal ini berarti Islamic parenting dan Coping Stress dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi motivasi berprestasi pada remaja. Tingkat signifikansi p-value 0,001 (p<0,005) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Islamic parenting dan Coping Stress terhadap Motivasi Berprestasi pada remaja. Analisis data menunjukkan nilai R Square sebesar 0,092. Angka tersebut mengandung pengertian bahwa dalam penelitian ini, Islamic parenting dan Coping Stress memberikan sumbangan efektif sebesar 9,2% terhadap motivasi berprestasi pada remaja. Hal ini berarti masih terdapat 90,8% faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada remaja.
Hubungan Islamic Parenting, Dan Kualitas Pribadi (Religiusitas, Self Control) Terhadap Empati Remaja Trihandayani, Dewi
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 3 No 2 (2017): 2017
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v3i2.9220

Abstract

Berkembangnya gadget dewasa ini, membuat remaja menjadi sibuk dengan dirinya sendiri. Maraknya media sosial, games dan kemudahan mengakses informasi berhasil menarik perhatian remaja untuk ikut terlibat didalamnya. Akan tetapi, hal tersebut membuat remaja tidak peka terhadap lingkungan sosialnya Remaja seringkali tidak mengetahui dan menyadari apa yang terjadi dengan anggota keluarganya yang lain. Orangtua seringkali tidak cukup kuat untuk dijadikan model bagi berkembangnya kontrol diri dan religiusitas pada remaja. Dimana kedua hal ini diduga juga mengambil peran pada kemampuan anak dalam berempati. Oleh sebab itu penelitian ini mencoba untuk menggali Hubungan Islamic Parenting, religiusitas, self control terhadap empati remaja. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan remaja SMK/SMA sebanyak 150 orang. Data pada penelitian ini diolah dengan metode regresi bertingkat yang dibantu dengan program SPSS versi 23. Penelitian in imenunjukkan hasil bahwa ternyata Islamic Parenting memiliki hubungan dengan kemampuan berempati dan religiusitas). Religiusitas dan self control pada penelitian ini terbukti tidak memiliki hubungan dengan empati. Masuknya Islamic Parenting bersama dengan religiusitas dan self control ternyata memberikan perubahan yang besar. Secara bersama Islamic Parenting, religiusitas dan self control memiliki pengaruh sebesar 4.5% terhadap empati. Semakin tinggi remaja mempersepsikan dirinya dibesarkan oleh orangtua dengan Islamic Parenting maka religiusitas dan self controlnya akan meningkat, dan bersama-sama mereka juga meningkatkan kemampuan empati remaja. Hal ini disebabkan karena empati dipelajari anak melalui pembelajaran, melihat, dan merasakan langsung cara orangtua berinteraksi dan mencoba memahami diri remaja tersebut.
Hubungan antara Helicopter Parenting dengan Kesepian pada Generasi Milenial di Masa Emerging Adulthood Khairunnisa, Ria; Trihandayani, Dewi
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 4 No 1 (2018): 2018
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jippuhamka.v4i1.9226

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Helicopter Parenting dengan Kesepian pada Generasi Milenial yang saat ini berada di periode Emerging Adulthood. Generasi milenial, yaitu individu yang lahir sekitar tahun 1982 hingga 2001, saat ini sebagian besar sedang memasuki periode emerging adulthood. Pada periode perkembangan yang berada di usia 18-25 tahun dan ditandai dengan ketidakstabilan, perasaan in-between, eksplorasi identitas, optimisme serta fokus pada diri ini membuat individu di generasi milenal seringkali merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akhirnya menimbulkan berbagai dampak, salah satunya membuat mereka cenderung masih bergantung pada orangtuanya. Hal ini membuat orangtua dari kebanyakan generasi milenial memiliki keterlibatan yang tinggi pada kehidupan anaknya, bahkan cenderung terlalu melindungi dan memanjakan mereka. Orangtua generasi milenial tersebut seringkali diidentifikasi sebagai Helicopter Parenting. Perilaku orangtua helikopter yang terlalu terlibat, melindungi, dan mengontol anak ,meskipun mereka telah beranjak dewasa ini, telah banyak diteliti dan seringkali dihubungkan dengan berbagai dampak negatif pada perkembangan anak. Namun, saat ini belum ada penelitian mengenai Helicopter Parenting dan hubungannya dengan salah satu respons emosional negatif yang sering dikeluhkan oleh kebanyakan generasi milenial akibat dari kesulitan dan ketidakpuasaan dalam menjalin hubungan erat dengan orang lain, atau yang biasa disebut dengan kesepian. Penelitian menggunakan 70 individu generasi milenial yang berusia 18-25 tahun (Laki-laki = 12, Perempuan = 58) yang diambil dengan teknik accidental sampling. Teknik analisa data Pearson Product Moment digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. UCLA Loneliness Scale (Version 3) dengan reliabilitas 0.890 pun digunakan untuk mengukur kesepian dan Helicopter Parenting Instrument (HPI) dengan reliabilitas 0.755 untuk mengukur perilaku orangtua yang dihubungkan dengan Helicopter Parenting. Hasil penelitian dengan uji korelasi antara Helicopter Parenting dengan Kesepian ini menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.251 (p < 0.05). Hasil menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Helicopter Parenting dengan Kesepian yang ditemukan pada Generasi Milenial yang berada di periode Emerging Adulthood. Hal ini nampaknya disebabkan oleh orangtua yang terlalu terlibat, melindungi, dan mengontrol anak, sehingga membuat anak menjadi lebih bergantung pada orangtua, kurang mandiri, dan terhambat kemampuan sosialnya. Akibatnya, anak menjadi kesulitan untuk menjalin atau mempertahankan hubungan sosialnya dengan orang lain, yang menyebabkan mereka menjadi tidak puas dengan hubungan sosial yang dimiliki sehingga memunculkan rasa kesepian pada mereka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih mengenai fenomena Kesepian yang dialami oleh kebanyakan Generasi Milenial serta memberikan sebuah gambaran baru mengenai Helicoter Parenting di Indonesia.
Pengaruh Stres Akademik Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Di Jabodetabek Shofia, Sabrina; Trihandayani, Dewi
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi Vol 9 No 1 (2023): 2023
Publisher : Psikologi UHAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2685/jippuhamka.v9i1.11387

Abstract

Students have the responsibility to complete the tasks they have to achieve the targets to be achieved but are prone to experiencing stress in working on them. This stress is called academic stress. Academic stress is a state of individual in ability that creates negative perceptions when facing academic demands. Students will experience various difficulties such as difficulty concentrating, confused thoughts, easily distracted and difficult to control emotions. Students who experience academic stress tend to have poor sleep quality. This study aims to see whether there is an effect of academic stress on sleep quality among college students in Jabodetabek. This research is a type of quantitative research approach cross sectional with sample technique, purposive sampling. The research sample is 100 students who are in the Jabodetabek area. This research was tested through the IBM SPSS version 26 application system. The data analysis technique used was simple linear regression. The results of completing the questionnaire are disseminated via online (google forms). The research scale used in the research is The Perception of Academic Stress Scale as a measure of academic stress and Pittsburgh Sleep Quality Index as a measure of sleep quality. The results showed that academic stress had a significantly negative effect on sleep quality (R = 0.215 and R2 = 0.046) with probability values of -0.118 which indicates a significant level below 0.05 (P<0.05). So it can be concluded that Ha is accepted, which indicates that there is a significant negative effect of academic stress on sleep quality. Where the higher the academic stress of students, the lower the quality of sleep for students in Jabodetabek. So it is hoped that students can manage their time as an effort to minimize academic stress which can affect sleep quality.
Hubungan Helicopter Parenting dengan Anxiety Pada Remaja Akhir Rusdi, Ahmad Hanafi; Trihandayani, Dewi; Sani, Muhammad Abdul Halim
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 4 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i4.12658

Abstract

Helicopter parenting is the involvement of parents in their children. For example, interfering in the child's affairs, making decisions for the child and staying away from obstacles faced by the child, so that the child finds it difficult to face everything in his life because the parents interfere too much in his life so that the child becomes a child who is not independent. Students with helicopter parenting have lower levels of happiness and are more likely to use drugs, antidepressants, or medication to reduce anxiety. Anxiety is a condition of feeling worried and feeling that something bad will happen. Apart from that, anxiety is a mixture of emotions that occurs when someone feels emotionally stressed or experiences internal conflict. This research aims to determine whether there is a relationship between helicopter parenting and anxiety in late adolescents. This research uses the Helicopter Parenting Instrument (HPI) measurement tool developed by Odenweller et all (2014) to measure helicopter parenting patterns and the Depression Anxiety Stress Scales (DASS) developed by P. F. Lovibond and S. H. Lovibond (1995) to measure anxiety. The results of this research show that there is a relationship between Helicopter Parenting and Anxiety of 0.256 < 0.05, which means there is a positive relationship between Helicopter Parenting and Anxiety. The sample used in this research was 236 respondents who were late teenagers. Consisting of 236 students aged 18-21 years, 78 were male and 158 were female.