Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Housewives Intrapersonal Communication Coaching for Strengthening The Family Resilience Nararia Hutama Putra; Daddy Darmawan; Sri Kuswantono; Puji Hadiyanti; Fahtia Maharani; Joko Adi Saputra
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Housewives play a crucial role in maintaining the stability and resilience of the family, yet this vital role is often undervalued by society and other family members. This community service initiative is conducted as a response to the stigma faced by housewives, whose roles are frequently questioned, the persistence of patriarchal hegemony in Indonesian society, and the limited access to knowledge and education for women in rural areas. These factors create significant pressure on housewives, particularly due to their inability to express long-held feelings. This community service activity was conducted in Bulak Village, Jatibarang District, Indramayu, involving 20 members of the Family Welfare Empowerment (PKK). The objective was to help strengthen the family resilience through housewives by enhancing their intrapersonal communication skills. The initiative was carried out using the GROW Coaching Model, which is expected to improve basic intrapersonal communication skills. The activities included training, focused discussions, and group reflections to reinforce these skills. The outcome of this community service initiative provided initial insights into how housewives understand themselves. This was evident from the participants willingness to express various negative emotions and feelings that had been suppressed due to family circumstances. Additionally, the discussions helped to emphasize the importance of effectively managing emotions so that participants do not feel overwhelmed and can remain happy in fulfilling their roles within the family. Furthermore, the participants gained a deeper understanding that the quality of communication within the family is foundational to creating an empowered family. In conclusion, this community service initiative successfully contributed to the development of housewives intrapersonal communication skills, significantly strengthening family resilience and fostering better relationships within the family. Keywords: Family Resilience, Grow Coaching Model, Intrapersonal Communication Abstrak Ibu rumah tangga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas dan ketahanan keluarga, namun peran vital seorang ibu rumah tangga ini seringkali tidak dihargai oleh masyarakat bahkan anggota keluarganya sendiri. Gagasan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini muncul sebagai respon atas stigma yang diberikan kepada ibu rumah tangga, dimana perannya sering dipertanyakan, hal ini merupakan bentuk gambaran hegemoni patriarki yang mendarah daging di masyarakat Indonesia, selain itu diskriminasi ini juga muncul dan membuat terbatasnya akses pengetahuan serta pendidikan bagi perempuan di daerah pedesaan. Faktor-faktor tersebut memberikan tekanan yang cukup besar bagi Perempuan dalam hal ini ibu rumah tangga. Tekanan tersebut memberikan dampak akumulasi emosi negatif yang tidak berhasil di validasi karena ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan yang telah lama terpendam. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Bulak, Kecamatan Jatibarang, Indramayu, yang melibatkan 20 anggota PKK. Tujuan pelaksanaan pengabdian ini adalah untuk membantu memperkuat ketahanan keluarga melalui ibu rumah tangga dengan meningkatkan keterampilan komunikasi intrapersonal mereka dengan menggunakan Model Coaching GROW yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dasar komunikasi intrapersonal. Pengabdian masyarakat ini berfokus pada 3 inti kegiatan yakni pelatihan, Focus Group Discussion, dan refleksi kelompok untuk memperkuat keterampilan tersebut. Adapun harapan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan wawasan awal tentang bagaimana ibu rumah tangga memahami diri mereka sendiri. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini berlangsung baik dan sukses dapat dilihat dari kesediaan peserta untuk mengekspresikan berbagai emosi negatif dan perasaan yang telah lama dipendam akibat kondisi keluarga. Selain itu, FGD membantu menekankan pentingnya mengelola emosi secara efektif agar peserta tidak merasa kewalahan dan tetap bahagia dalam menjalankan peran mereka di dalam keluarga. Para peserta juga memperoleh pemahaman yang lebih mendalam bahwa kualitas komunikasi dalam keluarga merupakan fondasi untuk menciptakan keluarga yang berdaya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengabdian masyarakat ini berhasil memberikan kontribusi pada pengembangan keterampilan komunikasi intrapersonal ibu rumah tangga, secara signifikan dalam memperkuat ketahanan keluarga dan mendorong hubungan yang lebih baik dalam keluarga. Kata kunci: Ketahanan Keluarga, Model Coaching Grow, Komunikasi Intrapersonal
STRENGTHENING PANCASILA CHARACTER FOR MIGRANT CHILDREN AT THE SANGGAR BIMBINGAN AL AMIN MALAYSIA Sri Kuswantono; Henny Herawaty BR Dalimunthe; Retno Dwi Lestari; Nurul Azima; Akmaludin
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Children born to families of illegal Indonesian migrant workers (TKI) do not have access to education in Malaysia. Their limited bargaining power due to the absence of administrative documents results in these children being unable to receive proper education. The Sanggar Bimbingan (Guidance Studio) has become a non-formal education unit that provides basic life skills for these children. However, the implementation of Sanggar Bimbingan faces many challenges, such as the limited number of professional teachers, non-conducive learning environments, and scarce learning materials. Another issue is the limited knowledge about Indonesia as their homeland, posing a risk of eroding their Indonesian identity, particularly the values of Pancasila. This community service initiative aims to strengthen Pancasila Character through a project-based approach rich in cultural values. The activities were carried out at Sanggar Bimbingan Al Amin, Malaysia. The results show that the Pancasila Student Profile Project with the global diversity dimension was successfully achieved. This achievement is demonstrated by the learners' ability to name various traditional Indonesian clothing (C1-Remembering), group traditional clothing based on similarities in attire and ornaments used (C2-Understanding), identify characteristics of one of the chosen traditional outfits (C3-Applying), and explain to their peers about the selected traditional clothing (C4-Analyzing).   Abstrak Anak-anak yang lahir dari keluarga tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal tidak memiliki akses pendidikan di Malaysia. Rendahnya daya tawar karena ketiadaan dokumen administratif, mengakibatkan anak-anak ini tidak dapat menerima pendidikan yang layak. Sanggar Bimbingan telah menjadi unit pendidikan nonformal yang menyelenggarakan keterampilan dasar hidup bagi anak-anak ini. Namun, penyelenggaraan Sanggar Bimbingan menghadapi banyak tantangan, seperti terbatasnya jumlah guru profesional, lingkungan belajar yang tidak kondusif, dan terbatasnya bahan belajar. Permasalahan lain yang muncul ada terbatasanya pengetahuan mengenai Indonesia sebagai tanah air mereka. Hal ini menghadirkan risiko terkikisnya karakter Indonesia, terutama nilai-nilai Pancasila. Inisiatif pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperkuat Karakter Pancasila melalui pendekatan berbasis projek yang kaya akan nilai budaya. Kegiatan ini dilaksanakan di Sanggar Bimbingan Al Amin, Malaysia. Hasil menunjukkan bahwa kegiatan Projek Profil Pelajar Pancasila dengan dimensi kebhinekaan global berhasil dicapai. Ketercapaian ini ditunjukkan dengan kemampuan peserta didik dalam menyebutkan ragam Pakaian Adat Indonesia (C1-Mengingat),  mengelompokkan pakaian adat berdasarkan kemiripan busana dan perhisasan yang digunakan (C2-Memahami),  mengidentifikasi ciri-ciri dari salah satu pakaian adat yang dipilih (C3-Menerapkan), dan  menjelaskan kepada teman mengenai pakaian adat yang dipilih. (C4-menganalisis).