Mixue, merek es krim dan minuman teh asal Tiongkok, telah mencatat pertumbuhan yang signifikan di Indonesia sejak memasuki pasar pada tahun 2020 dengan membuka lebih dari 300 gerai hingga akhir 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi ekspansi Mixue menggunakan pendekatan bounded rationality dari Herbert Simon dan teori 5 P’s of Strategy dari Henry Mintzberg. Teori bounded rationality menjelaskan pengambilan keputusan Mixue yang didasarkan pada informasi terbatas namun relevan, seperti dalam penentuan lokasi gerai dan seleksi mitra waralaba. Sementara itu, teori 5 P’s of Strategy memberikan kerangka kerja untuk mengevaluasi strategi Mixue melalui elemen Plan, Ploy, Pattern, Position, dan Perspective. Penelitian ini juga menemukan bahwa efisiensi rantai pasok yang terintegrasi dan model bisnis waralaba memberikan kontribusi signifikan terhadap percepatan ekspansi Mixue. Efisiensi rantai pasok memungkinkan Mixue menyediakan produk berkualitas dengan harga terjangkau, sementara model waralaba mempercepat pembukaan gerai baru melalui kolaborasi dengan mitra lokal. Pendekatan pemasaran digital berbasis media sosial, seperti kolaborasi dengan influencer, meningkatkan brand awareness dan keterikatan emosional dengan konsumen. Pendekatan glokalisasi Mixue, seperti menyesuaikan produk dengan selera lokal tanpa menghilangkan identitas merek, juga memperkuat daya tariknya di pasar Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi berbasis teori Simon dan Mintzberg memungkinkan Mixue untuk mengembangkan langkah-langkah adaptif dan responsif terhadap dinamika pasar Indonesia yang kompetitif. Keberhasilan ini memberikan implikasi bagi perusahaan ritel lain yang ingin memperluas operasinya di pasar serupa.