Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Keeratan Hubungan antara Dimensi Sarang Bambu dan Perkembangbiakan Lebah Trigona sp. (Correlation of Bamboo Nest Dimension and Trigona sp. Bee Productivity) Kapitanhitu, Rusli; Cahyono, Tekat Dwi; Kaliky, Fitriyanti
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 10, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (859.728 KB) | DOI: 10.24111/jrihh.v10i2.4231

Abstract

The Trigona sp. bees do not require specific breeding treatment. Nevertheless, selection of shade, container or media to cultivate this stingless bee can be engineered to increase the production of honey. This study was aimed to determine the effect of diameter, length, and thickness of bamboo used as a beehive of Trigona sp. The beehive was prepared from 54 thorny bamboo’s culms with various sizes. Hole was made on the culms where the queen and propolis could be inserted into the culms. Those inserted culms were then put in the cultivation place. The honey resulted from each culm was calculated after 4 months of the cultivation. The results showed that total honey production, HPB (honey, propolis, bee bread), and bee bread were 221.3 g, 792.7 g, and 33.8 g. Regression analysis revealed that there wa a significant effect of bamboo’s diameter on honey production, but not on bee bread, egg’s weight and HPB. Recommended diameter of bamboo culms for the cultivation of Trigona sp. was about 6-12 cm to obtain better quantity of honey
Penilaian Bangunan Masjid Tua Wapauwe di Desa Kaitetu, Maluku Tekat Dwi Cahyono; Fitriyanti Kaliky; Narti Kawarnidi
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 23 No. 2 (2018): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (897.53 KB) | DOI: 10.18343/jipi.23.2.158

Abstract

Historical tour is one of supporting aspects in tourism industry, locally and nationally. Old mosque of Wapauwe at Kaitetu Village of Central Maluku Regency, Maluku Province, is one of historical tour destinations that offers beautiful architecture and wood structure. Even though the main building is only 10 x 10 m2, this is one of important relics of Maluku’s Islamic culture richness that stands and is well maintained since its building in 1414 AD. A structure surely will deteriorate during utilization, therefore a study on the durability of old Wapauwe Mosque building was conducted. Forensic method was employed in all of building components and the results were subsequently compared in the standard of proper building. The results revealed that the building was still in well category and fit for proper use. The structure of columns, walls, and roof frame were still quite sturdy and well maintained, yet symptoms of water capillarity were appeared on few parts of the walls and building foundation. The building was built from several wood species namely Nani (Xanthostemon verus), Linggua (Pterocarpus indicus), Red meranti (Shorea pinanga) and Bintanggur (Calophyllum inophyllum). The study recommends a moderate maintenance is required in roof that was noticeably suffered a little damage and particular method on preventing and inhibiting dampness on walls and foundation. Moreover, subsequent study will be required in wood anatomy structure, creep test and wood ages in determining wood durability in longer term.
Potensi Penyerapan Karbon Tanaman Mahoni di KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Fitriyanti Kaliky
Jurnal Agrohut Vol 2 No 1 (2011): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.491 KB)

Abstract

Mahoni merupakan jenis tanaman hutan yang populer dibudidayakan di Indonesia dan kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan berpotensi dalam penyerapan karbon dalam mengurangi tingkat pemanasan global. Penelitian ini dilakukan untuk membangun persamaan allometrik dalam menduga biomassa dan kandungan karbon tanaman mahoni. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan metode destruktif sampling dengan pemilihan pohon sampel secara purposive dan dipilih 24 pohon sampel yang mewakili tegakan mahoni di RPH Jatikusumo KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dari hasil penelitian diperoleh angka BEF = 1,46 dan angka R/S = 0,31. Persamaan allometrik hubungan biomassa total organ mahoni dengan dbh yaitu Btot = 0,100 dbh2,483, hubungan biomassa total organ mahoni dengan volume pohon yaitu Btot = 407,577 Vol Pohon0,899, hubungan biomassa sortimen kayu bundar kecil (KBK) dengan volume KBK yaitu Biomassa KBK = 509,361 Vol KBK1,068 dan hubungan biomassa sortimen kayu bundar sedang (KBS) dengan volume KBS yaitu Biomassa KBS = 536,024 Vol KBS1,063. Persamaan allometrik hubungan kandungan karbon total organ mahoni dengan dbh yaitu Ktot= 0,044 dbh2,541, hubungan kandungan karbon total organ mahoni dengan volume pohon yaitu Karbon total = 218,513 Vol Pohon0,923. Total kandungan biomassa pada tegakan mahoni yaitu 126,106 ton/ha dan kandungan karbon sebanyak 66,319 ton/ha setara dengan 243,389 ton CO2/ha.
Biomassa dan Karbon dibawah Permukaan Tanah Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pada Lahan Agroforestry Fitriyanti Kaliky; Syarif Ohorella
Jurnal Agrohut Vol 2 No 2 (2011): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.692 KB)

Abstract

Dalam menghitung jumlah massa karbon pada pohon sengon sering ditemui kesulitan khususnya dalam menghitung massa karbon bagian akar karena letaknya yang berada di bawah tanah. Oleh karena itu diperlukan metode tertentu untuk menduga massa karbon dalam akar pohon. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengukur kandungan biomassa yang terdapat pada akar sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen), (2) Menduga potensi karbon di bawah permukaan tanah (below ground) tegakan sengon pada lahan agroforestri. Pengukuran biomassa dilakukan dengan metode destructive yaitu melakukan perusakan terhadap pohon. Pohon yang akan ditebang adalah 2 pohon pada kelas diameter > 30 cm dan < 10 cm. Komponen biomassa yang akan diukur adalah leher akar, akar tunggang dan akar lateral. Masing-masing komponen dibagi menjadi sub-sub sampel dan masing sub sampel diambil sebagian untuk dijadikan sample berat kering (dikeringkan). Potensi kandungan biomassa total below ground dari 18 tegakan sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) yang di peroleh adalah sebesar 0,370 ton/ha. Dari potensi biomassa yang telah diperoleh, kemudian diubah kedalam bentuk karbon (ton C/ha) yaitu dengan mengalikan nilai biomassa dengan faktor konversi sebesar 0,5, sehingga di peroleh kandungan karbon below ground tegakan sengon pada lahan agroforestri seluas 3 hektar adalah sebesar 0,185 ton C/ha.
Inventarisasi Biomassa Komponen Vegetasi Untuk Membangun Persamaan Allometrik (Studi Kasus pada Tanaman Agroforestry Dusun di Maluku) Syarif Ohorella; Fitriyanti Kaliky
Jurnal Agrohut Vol 2 No 1 (2011): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (865.875 KB)

Abstract

To support emission reduction activities, through the Regional Action Plan for Reducing Greenhouse Gas Emissions (RAD-GRK) it is necessary to measure carbon stocks on various types of land, one of which is land managed by communities with “dusun” agroforestry patterns. This study aims to obtain allometric equations to estimate plant biomass with diameter parameters at breast height (dbh) in order to help local governments prepare academic agendas related to the REDD ++ Program in Maluku and the development of knowledge in the field of forest carbon. Data collection was done by destructive sampling method by purposive sampling and 3 samples of nutmeg diameter with dbh diameter were different but the same age ie 27 years representing nutmeg stands in “dusun” agroforestry land in Liang village, Salahutu District, Central Maluku Regency. Based on the results of the study obtained allometric equations to estimate stem biomass content in nutmeg (Miristica pragrans) in hamlet agroforestry land, namely B. stem = 0.456 dbh4,542 (kg / tree) (R2 0,918) and the content of root biomass (below ground) is B .akar = 7.359 dbh2.889 (kg / tree) (R2 0.996). The number of Biomass Expansion Factor (BEF) is 1.94 and the number of Root to shoot ratio (R / S) is 0.08.
Identifikasi jenis-jenis rotan pada home industry di Desa Waitatiri Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah Fitriyanti Kaliky
Jurnal Agrohut Vol 9 No 1 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i1.11

Abstract

Salah satu kepentingan identifikasi jenis dan potensi rotan adalah untuk memastikan bahwa sumberdaya tersebut tersedia pada tingkat pengrajin. Oleh karena itu sebuah penelitian dilakukan untuk mengetaui jenis-jenis rotan dan sumber asal rotan yang dimanfaatkan oleh pengrajin yang berada di Desa Waitatiri sebagai bahan kerajinan. Hasil Identifikasi terhadap jenis-jenis rotan menunjukkan bahwa ditemukan 5 jenis rotan yang digunakan sebagai bahan baku. Rotan-rotan tersebut tidak berasal dari Desa Waitatiri, namun berasal dari Desa Liang, Hila (Keduanya di Kabupaten Maluku Tengah, Piru (Kabupaten Seram Bagian Barat), Laha dan Hatu (berada di wilayah Kota Ambon). Karakteristik morfologi jenis-jenis rotan tersebut memiliki sifat pertumbuhanberumpun (rotan bulu rusa, rotan batang, rotan pinang) dan tunggal (rotan tuni dan rotan akar). Keragaman sifat batang antar jenis rotan sangat besdar dengan koefisien keragaman 25-56% dan termasuk dalam rotan kelas diamater besdar (rotan bulu rusa) dan kelas diameter sedang (rotan akar dan rotan pinang).
Biomassa dan Karbon dibawah Permukaan Tanah Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pada Lahan Agroforestry Fitriyanti Kaliky; Syarif Ohorella
Jurnal Agrohut Vol 2 No 2 (2011): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v2i2.18

Abstract

Dalam menghitung jumlah massa karbon pada pohon sengon sering ditemui kesulitan khususnya dalam menghitung massa karbon bagian akar karena letaknya yang berada di bawah tanah. Oleh karena itu diperlukan metode tertentu untuk menduga massa karbon dalam akar pohon. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengukur kandungan biomassa yang terdapat pada akar sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen), (2) Menduga potensi karbon di bawah permukaan tanah (below ground) tegakan sengon pada lahan agroforestri. Pengukuran biomassa dilakukan dengan metode destructive yaitu melakukan perusakan terhadap pohon. Pohon yang akan ditebang adalah 2 pohon pada kelas diameter > 30 cm dan < 10 cm. Komponen biomassa yang akan diukur adalah leher akar, akar tunggang dan akar lateral. Masing- masing komponen dibagi menjadi sub-sub sampel dan masing sub sampel diambil sebagian untuk dijadikan sampel berat kering (dikeringkan). Potensi kandungan biomassa total below ground dari 18 tegakan sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) yang di peroleh adalah sebesar 0,370 ton/ha. Dari potensi biomassa yang telah diperoleh, kemudian diubah kedalam bentuk karbon (ton C/ha) yaitu dengan mengalikan nilai biomassa dengan factor konversi sebesar 0,5 (Brown, 1997), sehingga di peroleh kandungan karbon below ground tegakan sengon pada lahan agroforestri seluas 3 hektar adalah sebesar 0,185 ton C/ha.
Potensi Penyerapan Karbon Tanaman Mahoni di KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Fitriyanti Kaliky
Jurnal Agrohut Vol 2 No 1 (2011): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v2i1.21

Abstract

Mahoni merupakan jenis tanaman hutan yang populer dibudidayakan di Indonesia dan kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan berpotensi dalam penyerapan karbon dalam mengurangi tingkat pemanasan global. Penelitian ini dilakukan untuk membangun persamaan allometrik dalam menduga biomassa dan kandungan karbon tanaman mahoni. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan metode destruktif sampling dengan pemilihan pohon sampel secara purposive dan dipilih 24 pohon sampel yang mewakili tegakan mahoni di RPH Jatikusumo KPH Randublatung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dari hasil penelitian diperoleh angka BEF = 1,46 dan angka R/S = 0,31. Persamaan allometrik hubungan biomassa total organ mahoni dengan dbh yaitu Btot = 0,100 dbh2,483, hubungan biomassa total organ mahoni dengan volume pohon yaitu Btot = 407,577 Vol Pohon0,899, hubungan biomassa sortimen kayu bundar kecil (KBK) dengan volume KBK yaitu Biomassa KBK = 509,361 Vol KBK1,068 dan hubungan biomassa sortimen kayu bundar sedang (KBS) dengan volume KBS yaitu Biomassa KBS = 536,024 Vol KBS1,063. Persamaan allometrik hubungan kandungan karbon total organ mahoni dengan dbh yaitu Ktot= 0,044 dbh2,541, hubungan kandungan karbon total organ mahoni dengan volume pohon yaitu Karbon total = 218,513 Vol Pohon0,923. Total kandungan biomassa pada tegakan mahoni yaitu 126,106 ton/ha dan kandungan karbon sebanyak 66,319 ton/ha setara dengan 243,389 ton CO2/ha
Inventarisasi Biomassa Komponen Vegetasi Untuk Membangun Persamaan Allometrik (Studi Kasus pada Tanaman Agroforestry Dusun di Maluku) Syarif Ohorella; Fitriyanti Kaliky
Jurnal Agrohut Vol 2 No 1 (2011): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v2i1.23

Abstract

Untuk mendukung aktifitas pengurangan emisi maka melalui program Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) perlu dilakukan pengukuran cadangan karbon pada berbagai tipe lahan, salah satu diantaranya yaitu lahan yang dikelolah oleh masyarakat dengan pola agroforestri dusun. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persamaan allometrik untuk menduga biomassa tanaman dengan parameter diameter setinggi dada (dbh) dalam rangka membantu pemerintah daerah mempersiapkan agenda akademik terkait Program REDD++ di Maluku serta pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang karbon hutan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode destruktif sampling dengan pemilihan pohon sampel secara purposive dan dipilih 3 sampel pohon pala dengan diameter setinggi dada (dbh) yang berbeda namun berumur sama yaitu 27 tahun yang mewakili tegakan pala pada lahan agroforestri dusun di desa Liang Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persamaan allometrik untuk mengestimasi kandungan biomassa batang pada tanaman pala (Miristica pragrans) di lahan agroforestri dusun yaitu B.batang = 0,456 dbh4,542 (kg/pohon) (R2 0,918) dan kandungan biomassa akar (below ground) adalah B.akar = 7,359 dbh2,889 (kg/pohon) (R2 0,996). Angka Biomass Expansion Factor (BEF) adalah 1,94 dan angka Root to shoot ratio (R/S) adalah 0,08.
Dampak Pemeliharaan terhadap Struktur dan Komposisi Tegakan Hutan Alam pada Areal Petak Ukur Permanen: Studi Kasus pada HPH PT. Mangtip III Pulau Taliabu, Maluku Utara Kasman Drakel; Samin Botanri; Sedek Karepesina; Fitriyanti Kaliky; Baltazar Erbabley
Jurnal Agrohut Vol 13 No 1 (2022): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v13i1.125

Abstract

Pemeliharaan atau perawatan berkala jarang ditemukan pada kegiatan pemanenan di hutan produksi. Padahal telah umum diketahui, bahwa kegiatan ini bermanfaat untuk peremajaan tanaman. Sebuah penelitian dilakukan untuk menganalisis struktur dan komposisi tegakan hutan alam pada hutan produksi di Maluku Utara. Pengamatan dilakukan pada Petak Ukur Permanen HPH PT. Mangtip III Pulau Taliabu, Maluku Utara. Metode yang digunakan adalah mengamati struktur pohon, tiang, sapihan dan semai pada petak ukur yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 61 jenis tingkat semai dan 45 jenis tingkat sapihan. Tingkat tiang dan pohon masing masing 36 dan 38 jenis. Riap diameter pada kawasan yang di rawat lebih baik dibandingkan dengan yang tidak dirawat. Penelitian ini merekomendasikan bahwa perawatan penting untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas tegakan