Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Arbuscular mycorrhizal fungal inoculation improves Nauclea orientalis L. growth dan phosphorus uptake in gold mine tailings soil media Faisal Danu Tuheteru; Asrianti Arif; H Husna; Irdika Mansur; Edy Jamal Tuheteru; J Jusniar; B Basrudin; A Albasri; Miranda Hadiyanti Hadijah; Sedek Karepesina
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2020.073.2193

Abstract

Gold mine tailing soil media is characterized by low soil fertility and heavy metals toxicity. As an effort to improve the condition of gold mine tailing soil media, a revegetation experiment using Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) and soil media from gold mine tailing was conducted in the greenhouse. The objectives were to assess initial growth, P uptake and Pb reduction in Nauclea orientalis L. plants inoculated with indigenous AMF grown on gold mine tailing soil media. Three AMF fungi were used in this study, i.e. Glomus aggregatum, Glomus sp. and Acaulospora delicata. The experiment was conducted in Completely Randomized Design, having four treatments, i.e. control, G. aggregatum, Glomus sp. and A. delicata. The experiment was carried out for 3 months in a greenhouse scale. The results showed that local AMF inoculation significantly increased the height and stem diameter of lonkida by 181-213% and 284-443%, respectively, compared to control. The highest measurements of leaf’s length and width of lonkida seedlings were obtained from Glomus sp. and A. delicata treatments. Glomus sp. and A. delicata each significantly increased P levels in roots and shoots. Inoculation with G. aggregatum reduced Pb in the root and shoots parts by 74-86% and 72-76%, respectively, compared to controls. Local AMFs are potential to be developed as biological fertilizers to support revegetation in degraded lands, such as in gold mine tailing areas.
Tingkat Erosi Sub Daerah Aliran Sungai Wae Sari I: Kondisi Umum Dedy Sofyan; Sedek Karepesina; Tekat Dwi Cahyono
Jurnal Agrohut Vol 3 No 1 (2012): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.739 KB)

Abstract

Serangkaian penelitian dilakukan untuk melihat terjadinya erosi di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat. Fokus kegiatan dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Wae Sari. Sub DAS ini penting bagi masyarakat Kecamatan Kairatu, khususnya wilayah yang terdekat. Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan melakukan analisis dan menyajikan data umum Sub DAS Wae Sari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan drainase termasuk dalam kategori sedang. Topografi agak curam mendominasi sub DAS Wae Sari sebesar 30,41%. Dua formasi geologi ditemukan, yaitu Aluvium (Qa) dan Kompleks Taunussa (Pzta) dengan prosentase masing-masing sebesar 19,05 dan 80,95%. Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 192,83 mm/bulan dan bulan Juni memiliki cuah hujan tertinggi, yaitu sebesar 428,92 mm/bulan. Berdasarkan penggunaan lahan, kebun campuran memiliki prosentase terbesar (lebih dari 30%) atau seluas 120,35 Ha. Hasil penelitian bermanfaat sebagai data awal kegiatan konservasi tanah dan kebijakan pengelolaan yang tepat untuk Sub DAS Wae Sari.
Pengaruh Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan Semai Jati Ambon (Tectona grandis Linn f.) Sedek Karepesina; Usman Umarella; Amin Pattiasina
Jurnal Agrohut Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.166 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian fungi mikoriza arbuskula dan bahan organik dalam meningkatkan pertumbuhan semai jati Ambon. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam upaya pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula dan penggunaan bahan organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan semai jati Ambon. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam faktorial yang terdiri dari dua faktor. Pemberian Inokulum FMA (Glomus mosae) terdiri dari G0 (kontrol), G1 (Inokulum FMA : 20 gr/tanaman) dan Pemberian bahan organik terdiri dari B0(kontrol), B1 (50 gr/tanaman, B2 (100 gr/tanaman). Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali sehingga total satuan percobaan adalah 2 x 3 x 3 = 18 satuan percobaan. Dimana setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman sehingga total tanaman yang diamati adalah 43 tanaman. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa pada semai jati Ambon dengan pemberian mikoriza berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman pada masing-masing umur pengamatan (2, 4, 6 dan 8 MST), diameter batang (2 dan 8 MST), berat kering tanaman (8 MST), nisbah pucuk akar (8 MST). Sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (2 MST). Pada semai jati Ambon dengan pemberian bahan organik berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman pada masing-masing umur pengamatan (2, 4, 6 dan 8 MST), diameter batang (2 dan 8 MST), berat kering tanaman (8 MST). Inokulasi Mikoriza dengan dosis 20 gram/tanaman (G1) dapat memberikan pertumbuhan semai jati Ambon yang baik, pemberian bahan organik dengan dosis 100 gram/tanaman (B2) dapat memberikan pertumbuhan semai jati ambon yang lebih baik.
Sifat Fisis Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) Irfan Lessy; Sedek Karepesina; Syarif Ohorella
Jurnal Agrohut Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.562 KB)

Abstract

Sifat-sifat kayu penting sekali dalam industri pengolahan kayu. Dengan mengetahui sifat tersebut, tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis tersebut sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. Kayu sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) merupakan salah satu spesies pohon yang penting dalam pembangunan HTI di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis kayu sengon (kadar air, berat jenis, dan penyusutan) yang ada pada lahan agroforestri Dusun Waringin Cap, Maluku. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat variasi berat jenis pada posisi vertikal dan horisontal. Berat jenis dari empulur ke bagian tepi semakin meningkat, sebaliknya tidak ditemukan tren yang sama dari ujung ke pangkal batang. Persentase kadar air rata-rata tertinggi terdapat pada posisi pada ujung batang dengan persentase kadar air sebesar 112,4%. Penyusutan tangensial pada suhu 0°-50° tertinggi berada pada bagian pangkal batang dengan nilai persentase penyusutan sebesar 3,86%. Untuk arah radial, penyusutan tertinggi berada pada bagian pangkal batang adalah 2,99%. Penyusutan tangensial tertinggi pada suhu 50° - 100° berada pada bagian tepi batang dengan nilai sebesar 2,90%. Untuk arah radial, penyusutan tertinggi ditemukan pada pangkal batang dengan nilai persentase penyusutan sebesar 2,83%.
Distribusi Spasial Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp.) di Pulau Ambon Romi Pranata; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.691 KB)

Abstract

Sagu merupakan tanaman penghasil pati yang tersedia banyak di bagian Timur Indonesia. Potensinya kadang melimpah di kawasan tertentu namun pada wilayah lain tersebar merata. Banyak sekali ditemukan perbedaan data yang tersaji sehingga menyulitkan untuk menentukan potensinya secara pasti. Penelitian ini dilakukan untuk melihat distribusi spasial tumbuhan sagu di Pulau Ambon. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu (1) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi tumbuhan sagu yang tumbuh dan berkembang dalam wilayah Pulau Ambon sebesar 470,95 ha dengan tingkat akurasi sebesar 77,78%. Tumbuhan sagu terdistribusi secara spasial tidak merata dan sebagian besarnya (86,44%) terkonsentrasi pada 2 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Leihitu dan Kecamatan Salahutu dengan luas masing-masing sebesar 238,81 ha (50,71%) dan 168,27 ha (35,73%). Sebanyak 95% tumbuhan sagu di wilayah Pulau Ambon terdistribusi pada 3 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Leihitu, Kecamatan Salahutu dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Kondisi Umum dan Tanaman Dominan) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.886 KB)

Abstract

Petak Ukur Permanen (PUP) adalah satuan unit evaluasi dalam melihat kondisi struktur pertumbuhan tegakan pohon, kerusakan serta pengelolaan yang tepat atas suatu kawasan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi topografi, struktur tanah dan indikator tapak lainnya dengan stuktur tegakan di PUP Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku. Penelusuran pustaka disajikan untuk informasi yang telah tersedia, berikutnya tegakan pohon di ukur diameter dan tingginya pada plot yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa topografi lokasi PUP dan sekitarnya adalah agak curam dengan kelerengan lapangan yaitu 15 % sampai 25 %, ketinggian tempat berkisar 400 – 450 m dpl. Iklim di lokasi PUP dan sekitarnya menurut Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim ”C” yaitu daerah agak basah (hujan tropis). Jumlah tanaman tingkat tiang adalah 24 jenis dengan 57 individu. Jenis yang dominan adalah Bintangur (Chalophilum inophyllum, L.). Jenis dominan untuk tingkat pohon adalah Uhun (Eucalyptosis papuana C.T. White) berjumlah 30 pohon (32,97%) dengan volume 191,85 m³.
Perubahan Komposisi Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Studi Kasus Inventarisasi tahun 2013 dan 2018) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.503 KB)

Abstract

Evaluasi lima tahunan terhadap suatu petak ukur permanen (PUP) digunakan untuk mengelaborasi data pertumbuhan, khususnya tingkat tiang dan pohon pada unit pengusahaan hutan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan studi perbandingan hasil inventarisasi pada tahun 2013 dengan data terbaru inventarisasi. Pengamatan diameter dan tinggi pohon dilakukan pada 16 record unit (RU) dan disajikan menjadi data riap pertumbuhan dan potensi volumenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengurangan jumlah vegetasi tingkat tiang dan pohon, namun ternyata volumenya tetap mengalami peningkatan hingga 30%. Jika dibandingkan antar RU, riap diameter tertinggi ada pada RU 7 sebesar 11,08 cm/tahun dan terendah RU 2 sebesar 0,42 cm/tahun. Riap volume tertinggi ada pada RU 7 sebesar 2,73 m3/tahun dan terendah RU 6 dengan 0,11 m3/tahun.
Pengaruh pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (Glomus fasciculantum) terhadap pertumbuhan bibit Samama (Anthocephalus macrophyllus Roxb) Nasrat Hasimin; Sedek Karepesina; M Yani Kamsurya
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.619 KB)

Abstract

Samama (A. macrophyllus Roxb) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baikuntuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang dan pohon peneduh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (Glomus fasciculantum) terhadap pertumbuhan bibit samama (Anthocephalus macrophyllus Roxb). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan informasi dalam upaya pemanfaatan fungi mikoriza arbuskula (Glomus fasciculantum) terhadap pertumbuhan bibit samama (Anthocephalus macrophyllus Roxb). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam faktor tunggal, yaitu : Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (Glomus fasciculantum) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu : M0 = Kontrol, M1 = 5 gr/tanaman, M2= 10 gr/tanaman. Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali dengan demikian jumlah seluruh satuan percobaan adalah 3 x 3 = 9 satuan percobaan. Dimana setiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman sehingga total tanaman yang diamati sebanyak 90 tanaman. Hasil analisa keragaman terlihat bahwa pada bibit samama dengan pemberian Mikoriza (Glomus fasciculantum) berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman pada masing-masing umur pengamatan (2, 4, 6, 8 dan 10 MST), jumlah daun (2, 4, 6, 8 dan 10 MST), Diameter batang (2 dan 10 MST) berat kering total tanaman dan persen infeksi akar. Pemberian fungi mikoriza arbuskula (Glomus fasciculantum) dengan dosis 10 gram/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan bibit samama baik untuk tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat kering total tanaman dan nisbah pucuk akar. Pemberian fungi mikoriza arbuskula (Glomus fasciculantum) dengan dosis 10 gram/tanaman dapat meningkatkan persen infeksi akar dengan nilai sebesar 82,67 persen.
Perubahan Komposisi Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Studi Kasus Inventarisasi tahun 2013 dan 2018) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i2.7

Abstract

Evaluasi lima tahunan terhadap suatu petak ukur permanen (PUP) digunakan untuk mengelaborasi data pertumbuhan, khususnya tingkat tiang dan pohon pada unit pengusahaan hutan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan studi perbandingan hasil inventarisasi pada tahun 2013 dengan data terbaru inventarisasi. Pengamatan diameter dan tinggi pohon dilakukan pada 16 record unit (RU) dan disajikan menjadi data riap pertumbuhan dan potensi volumenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengurangan jumlah vegetasi tingkat tiang dan pohon, namun ternyata volumenya tetap mengalami peningkatan hingga 30%. Jika dibandingkan antar RU, riap diameter tertinggi ada pada RU 7 sebesar 11,08 cm/tahun dan terendah RU 2 sebesar 0,42 cm/tahun. Riap volume tertinggi ada pada RU 7 sebesar 2,73 m3/tahun dan terendah RU 6 dengan 0,11 m3/tahun.
Pengaruh pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (Glomus fasciculantum) terhadap pertumbuhan bibit Samama (Anthocephalus macrophyllus Roxb) Nasrat Hasimin; Sedek Karepesina; M Yani Kamsurya
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i2.9

Abstract

Samama (A. macrophyllus Roxb) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang dan pohon peneduh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (Glomus fasciculantum) terhadap pertumbuhan bibit samama (Anthocephalus macrophyllus Roxb). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam faktor tunggal, yaitu : Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (Glomus fasciculantum) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu : M0 = Kontrol, M1 = 5 gr/tanaman, M2= 10 gr/tanaman. Percobaan ini diulang sebanyak 3 kali dengan demikian jumlah seluruh satuan percobaan adalah 3 x 3 = 9 satuan percobaan. Setiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman sehingga total tanaman yang diamati sebanyak 90 tanaman. Hasil analisa keragaman terlihat bahwa pada bibit samama dengan pemberian Mikoriza (Glomus fasciculantum) berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman pada masing-masing umur pengamatan (2, 4, 6, 8 dan 10 MST), jumlah daun (2, 4, 6, 8 dan 10 MST), Diameter batang (2 dan 10 MST) berat kering total tanaman dan persen infeksi akar. Pemberian fungi mikoriza arbuskula (Glomus fasciculantum) dengan dosis 10 gram/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan bibit samama baik untuk tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat kering total tanaman dan nisbah pucuk akar. Terjadi peningkatan persen infeksi akar sebesar 82,67% pada saat menggunakan dosis 10 gram/tanaman.