Khaerunnisa Karunia
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Aktualisasi Fikih dalam Menentukan Imam Salat Mumayyiz perspektif Ormas Islam (Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, dan Wahdah Islamiyah) Khaerunnisa Karunia; Achmad Musyahid; Muhammad Saleh Ridwan; Darussalam; Usman Jafar
Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol 5 No 2 (2024): Education and Islamic Studies (Juni-Desember)
Publisher : STAI DDI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55623/au.v5i2.364

Abstract

Hasil penelitian yang ditemukan adalah sebagai berikut; Pertama, Kriteria umum Imam salat dalam Pandangan fikih adalah mengutamakan Hafalan al-Qur’an atau bacaan yang fashih, kemudian yang berilmu atau yang paham akan sunnah terutama mengenai syarat dan rukun imam salat. Kedua, Usia mumayyiz dalam fikih secara umum berkisar antara tujuh tahun sampai sembilan tahun usia yang tidak dikatakan sebagai anak anak namun juga belum mencapai usia balig. dan belum berlaku hukum taklif padanya. Ketiga, Hukum Imam salat mumayyiz menurut ormas: 1. Nahdatul Ulama: boleh tapi masih diperdebatkan dan cenderung memakruhkannya. 2. Muhammadiyah: Membolehkan tapi tetap mengutamakan orang dewasa yang lebih berilmu jika ada. 3. Wahdah Islamiyah: Membolehkan terutama jika bacaan seorang Mumayyiz lebih banyak dan fashih dari orang dewasa yang hadir. Implikasi penelitian, dengan adanya karya tulis ini dengan beberapa pemaparan tentang Aktualisasi Fikih terhadap Hukum Imam Salat Mumayyiz dalam perspektif Ormas Islam (Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, dan wahdah Islamiyah) bisa menjadi referensi penelitian sekaligus menjadi petunjuk praktis bagi peneliti yang akan mengkaji lebih lanjut mengenai pembahasan terkait khususnya dalam menetapkan hukum Islam.
Implikasi Talak Akibat Pengaruh Sihir terhadap Status Pernikahan: Implications of Divorce Due to the Influence of Magic on Marital Status Muhammad Istiqamah; Muhammad, Muhammad; Ronny Mahmuddin; Khaerunnisa Karunia
AL-QIBLAH: Jurnal Studi Islam dan Bahasa Arab Vol. 3 No. 1 (2024): AL-QIBLAH: Jurnal Studi Islam dan Bahasa Arab
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36701/qiblah.v3i1.1335

Abstract

This study aims to determine the legal implications of divorce due to the influence of magic on marital status and how to prove it. The research method used is library research by collecting and analyzing data from various literature. The phenomenon of divorce due to the influence of magic is explained in the Quran, hadiths, and opinions of scholars. The results show that if a husband divorces his wife while under the influence of magic which causes him to lose consciousness and sanity, then the divorce is invalid. However, if the magic only prevents him from doing something else, and he is aware when issuing the divorce, then the divorce is legal. To prove whether a husband's sanity is impaired due to magic, the husband must provide evidence that he has symptoms of being affected by magic which causes him to lose sanity. If the wife suspects her husband divorced her while insane due to magic, the burden of proof is on the wife to prove the husband has symptoms of magic which causes him to lose sanity and divorce her unconsciously. In conclusion, a divorce due to uncontrolled magical influence is invalid, while one done consciously is legal. The burden of proof lies with the husband or wife, depending on who claims insanity due to magic.