Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Stakeholder Perceptions of the Impact of Artificial Reef Deployment: A Case Study of the Indonesian Coral Reef Garden (ICRG) in Nusa Dua, Bali Yulius, Yulius; Tito, Camellia; Ramdhan, Muhammad; Purbani, Dini; Arifin, Taslim; Setyawidati, Nur A.R.; Kusuma, Luh P A Savitri C Kusuma; Sabina, Anninda
Media Konservasi Vol. 29 No. 4 (2024): Media Konservasi Vol 29 No 4 September 2024
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/medkon.29.4.550

Abstract

This research examines the challenges of coral reef conservation in Bali, a critical hub for marine tourism. Despite the island’s global significance, efforts to preserve its coral reefs have been insufficient, leading to the launch of the 2020 Integrated Coral Reef Rehabilitation and Management Program (ICRG). Supported by National Economic Recovery (PEN) funds, the ICRG has focused on deploying artificial reefs in the waters of Nusa Dua. However, only 74.3 hectares of the potential 204 hectares of restoration areas have been addressed, underscoring the need for more intensive conservation efforts. Data collection involved the distribution of closed questionnaires to key stakeholders, including government bodies, academic institutions, tourists, and coral reef conservation organizations. The data was analyzed using both descriptive statistics and thematic analysis to gauge stakeholder awareness, perceptions, and willingness to contribute to conservation efforts. The analysis revealed that 69% of respondents have a comprehensive understanding of the ecological, economic, and social functions of coral reefs. Furthermore, 92% of respondents expressed a willingness to contribute to coral reef preservation, either through labor or financial means. Financial contributions ranged from Rp. 25,000 to Rp. 150,000, with 30% of respondents willing to allocate up to 5% of their annual income to conservation initiatives. These findings highlight a strong stakeholder commitment to coral reef conservation in Bali and emphasize the necessity for ongoing public engagement and support. The research suggests that integrating local customary laws into conservation strategies and enhancing public involvement could significantly bolster the long-term sustainability of coral reef restoration efforts in Bali, thereby preserving the island’s marine tourism appeal and ecological integrity.
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL HASIL TANGKAPAN CUMI-CUMI DI WPP 718 BERDASARKAN MODEL GAM Saepulloh, Asep; Sabina, Anninda; Simamora, Debora Christi; Alam, Al Fajar; Radiarta, I Nyoman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 17, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.17.2.2025.88 - 98

Abstract

Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 yang mencakup Laut Arafura, merupakan salah satu kawasan strategis dalam sektor perikanan tangkap di Indonesia. Kawasan ini dikenal memiliki potensi sumber daya cumi-cumi yang tinggi dan bernilai ekonomis penting. Namun demikian, karakteristik spasial dan temporal sumber daya cumi-cumi di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh dinamika lingkungan oseanografi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh parameter oseanografi terhadap hasil tangkapan cumi-cumi di WPP 718 dengan menggunakan pendekatan Generalized Additive Models (GAM). Data tangkapan diperoleh dari logbook Pelabuhan Perikanan Nusantara tahun 2022- 2023, sedangkan data oseanografi berupa suhu permukaan laut, salinitas, dan klorofil-a diambil dari Marine Copernicus. Analisis dilakukan secara spasial temporal berdasarkan empat musim monsun di Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa suhu permukaan laut dan salinitas memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai CPUE (Catch Per Unit Effort), sementara klorofil-a tetap berkontribusi dalam model meskipun tidak signifikan secara statistik. Model terbaik (Model 7) yang menggabungkan ketiga parameter menunjukkan nilai AIC terendah (1976,212) dan deviance explained tertinggi (11%). Sebaran prediksi CPUE dan HSI menunjukkan bahwa Musim Barat dan Peralihan 2 merupakan periode paling produktif bagi penangkapan cumi-cumi, sementara Musim Timur mencatatkan hasil terendah akibat pengaruh suhu rendah dari fenomena upwelling. Temuan ini menegaskan pentingnya pemahaman terhadap dinamika lingkungan laut dalam mendukung pengelolaan sumber daya perikanan cumi cumi secara adaptif dan berkelanjutan di WPP 718.
PEMODELAN DAERAH POTENSI PENANGKAPAN IKAN TUNA MADIDIHANG MENGGUNAKAN GENERALIZED ADDITIVE MODEL DI SAMUDRA HINDIA BAGIAN TENGGARA Saepulloh, Asep; Simamora, Debora Christi; Sabina, Anninda; Alam, Al Fajar; Radiarta, I Nyoman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 17, No 2 (2025): Agustus 2025
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.17.2.2025.77 - 87

Abstract

Ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan tersebar luas di perairan tropis dan subtropis, termasuk Samudra Hindia bagian tenggara. Untuk menjaga keberlanjutan stok dan efektivitas penangkapan, diperlukan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi habitat potensial spesies ini secara spasial dan temporal. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model estimasi daerah potensial penangkapan ikan tuna madidihang menggunakan Generalized Additive Model (GAM), dengan memanfaatkan data hasil tangkapan rawai tuna dan parameter oseanografi (suhu permukaan laut dan klorofil-a) dari layanan Marine Copernicus. Model dibangun berdasarkan data tahun 2023 dan divalidasi dengan data lingkungan tahun 2024. Hasil menunjukkan bahwa SPL dan CHL berpengaruh signifikan terhadap nilai Catch Per Unit Effort (p < 0.01), dengan model terbaik menjelaskan 21,2% deviasi data dan nilai koefisien determinasi R² sebesar 0.7038. Visualisasi spasial memperlihatkan bahwa habitat potensial tuna madidihang berada pada wilayah dengan suhu 28 – 29°C dan konsentrasi klorofil-a 0.1 – 0.3 mg/m³. Temuan ini menunjukkan bahwa model GAM dapat secara efektif mengidentifikasi pola spasial dan temporal habitat tuna, serta dapat digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam pengelolaan perikanan yang adaptif dan berbasis data.