Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Tingkat Pengetahuan terhadap Vaksin Tifoid: Survei pada Orang Tua di Indonesia Muhamad Ramadhan Salam; Dwi Endarti; Tri Murti Andayani
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 17 No. 01 Juli 2020
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.223 KB) | DOI: 10.30595/pharmacy.v17i1.6906

Abstract

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Vaksin dapat melindungi anak dari penyakit yang mematikan. Pengetahuan tentang vaksinasi penting bagi orang tua untuk mengembangkan sikap positif sehingga mendukung pada program vaksinasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan demam tifoid dan vaksin tifoid orang tua di Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional survei dengan pendekatan multi-center cross sectional yang dilakukan pada orang tua di 5 Provinsi di Indonesia yaitu DI Yogyakarta, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tengah. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 28 pertanyaan yang meliputi pertanyaan informasi sosiodemografi dan tingkat pengetahuan tentang demam tifoid dan vaksin tifoid. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 sampai Desember 2019. Data dianalisis menggunakan software IBM SPSS Statistics 25, untuk analisis karakteristik sampel digunakan analisis deskriptif yang menggambarkan keseluruhan data sampel penelitian berupa data sosiodemografi dan data pengetahuan. Analisis inferensial yang digunakan yaitu uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan responden tentang demam tifoid dan vaksin tifoid antar kelompok pada karakteristik sosiodemografi responden. Rata-rata nilai pengetahuan dari 500 responden adalah 77%. Item pengetahuan yang masih kurang pada pertanyaan tentang cara penularan penyakit, dosis vaksin tifoid dan vaksin tifoid tidak termasuk dalam program jaminan kesehatan nasional. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna nilai pengetahuan antar kelompok pada karakteristik kepemilikan asuransi kesehatan (p=0,039), pernah mendengar tentang vaksin tifoid (p=0,000) dan pernah melakukan vaksinasi tifoid (p=0,002). Diperlukan adanya program intervensi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam tifoid dan vaksin tifoid.  
EDUKASI PEMANFAATAN POTENSI BAHAN ALAM LOKAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTING PADA MASYARAKAT Salam, Muhamad Ramadhan; Rahmat, Nurfitriyana; Katadi, Syaiful; Apriyanti, Rahayu; Idrus, Irman; Pemudi, Yusniati Dwi
GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta I

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36082/gemakes.v4i1.1467

Abstract

Stunting merupakan kelainan dimana tumbuh kembang balita terhambat akibat kekurangan gizi selama di dalam kandungan dan kondisi ini dapat diketahui dengan melihat kondisi tubuh anak yang lebih kecil dari anak lain seusianya. Pada tahun 2022 prevalensi stunting di Indonesia menurun 21,6% dibandingkan tahun 2021 sebesar 24,4%. Untuk Kabupaten Konawe sendiri tidak mengalami penurunan angka kejadian stunting dimana prevalensi tahun 2021 adalah sebesar 26,3% dan meningkat pada tahun 2022 sebesar 28,3%. Hal tersebut membuktikan bahwa masing kurangnya pengetahuan orang tua dalam memahami kebutuhan gizi anak semenjak anak masih didalam kandungan sampai dengan umur 2 tahun karena pengetahuan yang baik orang tua terhadap kebutuhan gizi dapat menjauhkan anak dari gangguan kesehatan kronis. Kegiatan dimulai dari analisis situasi wilayah kegiatan yaitu Desa Waworaha, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara; pengurusan perijinan kegiatan kepada aparat desa setempat; pengembangan media edukasi; sosialisasi dan edukasi dalam bentuk pemaparan power point, pengisian kuesioner; analisis deskriptif dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 26. Berdasarkan hasil kegiatan dan evaluasi yang telah dilakukan, pengetahuan masyarakat akan stunting dan pemanfaatan tanaman local sebagai Upaya pencegahan stunting masih kurang. Setelah dilakukan edukasi terhadap peserta kegiatan, pengetahuan masyarakat meningkat menjadi 88,54%. Perlu dilakukan sosialisasi kembali oleh pemerintah setempat dan tenaga Kesehatan terkait mengenai stunting dan intervensi spesifik untuk menurunkan angka kejadian stunting.
Edukasi Budaya Jamu: Memperkuat Kesehatan Masyarakat Dengan Pendekatan Alternatif Muhamad Ramadhan Salam; Nurfitriyana Rahmat; Syaiful Katadi; Rahayu Aprianti; Irman Idrus; Ira Nurmala
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 3 (2024): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v6i3.869

Abstract

Pengobatan tradisional adalah bagian dari sistem budaya masyarakat yang dapat sangat membantu pembangunan kesehatan masyarakat. Akan tetapi, akan ada masalah dengan penggunaan jamu karena semakin banyak orang yang menggunakannya tanpa mengetahui cara menggunakannya dengan benar untuk memastikan manfaat dan keamanannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat desa Waworaha, Soropia, Konawe, Sulawesi Tenggara tentang penggunaan jamu yang baik dan benar untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat. Proses dimulai dengan menilai situasi wilayah, pengurusan izin kegiatan, perancangan media edukasi, sosialisasi dan edukasi, evaluasi kegiatan dengan pengisian kuesioner pengetahuan pre test dan post test, dan selanjutnya analisis karakteristik dan data pengetahuan dengan bantuan Microsoft Excel. Tingkat pengetahuan peserta kegiatan tentang penggunaan tanaman tradisional sebagai bahan utama jamu cukup baik, dengan rata-rata 83,01%. Ada beberapa indikator yang masih kurang dipahami oleh masyarakat, terutama cara penggunaan, cara pengolahan, dan proses seleksi tanaman. Namun, pengetahuan rata-rata meningkat sebesar 91,60% setelah edukasi dan sosialisasi.
Advokasi kesehatan remaja putri: edukasi, skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah sebagai upaya pencegahan stunting Muhamad Ramadhan Salam; Dewa Ayu Ketut Sriani; Nurhayati Nurhayati; Indriyani Indriyani; Ade Sundari Dinata; Selvita Sari; Mei Ulandari; Suci Putri Aulya; Asmi Rahmiati
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 3 (2024): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i3.25917

Abstract

AbstrakPada tahun 2022, 22,3% (atau 148,1 juta) anak di bawah usia 5 tahun secara global akan mengalami stunting, Di Indonesia, prevalensi stunting akan mencapai 21,6% pada tahun 2022, dan 27,7% di Sulawesi Tenggara, melampaui angka kejadian stunting nasional dan global. Zat besi (Fe), salah satu zat gizi mikro yang mempengaruhi status gizi (stunting). Remaja putri yang mengalami anemia lebih rentan terhadap komplikasi saat hamil, bersalin, dan pasca salin. Anak-anak yang dilahirkan juga lebih rentan terhadap stunting, yang dapat memperpanjang siklus malnutrisi. Diharapkan bahwa intervensi yang dapat dilakukan pada remaja akan mempercepat perbaikan indikator kesehatan reproduksi dan mengurangi efek buruk dari tingkat kesehatan yang rendah pada anak, terutama dengan menghentikan siklus stunting. Target kegiatan adalah remaja putri desa Tongauna, dan 16 orang remaja putri mengikutinya. Kegiatan diawali dengan pre test, skrining anemia, pemberian tablet tambah darah, edukasi menggunakan leaflet dan post test. Hasilnya pengetahuan remaja putri desa Tongauna mengenai tablet tambah darah meningkat dari rata-rata 60,7% menjadi 87,1%. Untuk mencegah angka stunting di usia muda, tenaga kesehatan yang bekerja sama dengan sekolah harus melakukan intervensi kesehatan kembali dengan mendidik remaja putri mengenai tablet tambah darah. Kata kunci: stunting; tablet tambah darah; anemia; . Abstract By 2022, 22.3% (or 148.1 million) of children under 5 years of age globally will be stunted. In Indonesia alone, the prevalence of stunting will reach 21.6% in 2022, and 27.7% in Southeast Sulawesi, surpassing both national and global stunting rates. Iron (Fe), one of the micronutrients that affect nutritional status (stunting). Adolescent girls who are anemic are more prone to complications during pregnancy, childbirth, and postpartum. The children born are also more prone to stunting, which can prolong the cycle of malnutrition. It is expected that interventions that can be carried out in adolescents can accelerate improvements in reproductive health indicators and reduce the adverse effects of low levels of health on children, especially by breaking the cycle of stunting. The target of the activity was the adolescent girls of Tongauna village, and 16 adolescent girls participated. The activity began with pre test, anemia screening, administration of blood supplement tablets, education using leaflets and post test. As a result, the knowledge of young women of TOngauna village about blood supplement tablets increased from an average of 60.7% to 87.1%. Health interventions need to be carried out again by health workers in collaboration with schools to provide sufficient education about blood supplement tablets to increase the knowledge of adolescent girls and increase awareness of taking blood supplement tablets for adolescent girls so that the incidence of stunting can be prevented from adolescence. Keywords: stunting; iron tablets; anemia.