Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH BONGGOL JAGUNG BERBASIS PRODUK LOKAL UNGGULAN KAMPUNG SANGGARIA KABUPATEN KEEROM Nainggolan, Hotnida; Matdoan, Irjii; Iriyanto, Santje; Abu, Rusdianto
JURNAL ABDIMAS DINAMIS : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 6 No 2 Juni (2025): Abdimas Dinamis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat USTJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58839/jad.v6i2.1528

Abstract

Kampung Sanggaria yang berlokasi di distrik Arso Barat, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, merupakan salah satu kampung yang memiliki beragam potensi sumber daya alam hasil pertanian dan perkebunan yang berpotensi dikembangkan jadi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Salah satu produk lokal unggulan dari kampung Sanggaria adalah bonggol jagung, yang selama ini hanya dibiarkan begitu saja menumpuk dan dapat mencemari lingkungan sekitar. Sementara bonggol jagung berpotensi dijadikan sebagai briket arang. Untuk itu, melalui Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berkesempatan untuk melakukan pendampingan pengolahan bonggol jagung menjadi briket serta memasarkan briket tersebut dengan memanfaatkan digital marketing sehingga mampu berkembang mengikuti perkembangan teknologi. Metode yang digunakan ialah asset based community yakni strategi pengembangan masyarakat melalui pemanfaatan bonggol jagung sebagai produk unggulan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat bagaimana mengubah limbah bonggol jagung menjadi briket arang, serta memperkenalkan media sosial dan digital marketing sebagai media pemasaran produk briket tersebut. Hasil dari PKM ini adalah dihasilkan briket bonggol jagung yang sudah dikemas dan siap digunakan dan dipasarkan. Melalui kegiatan ini juga masyarakat termotivasi untuk berinovasi dan mengolah limbah atau sumber daya alam yang ada sehingga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mampu menggunakan teknologi sebagai strategi pemasaran digital untuk memperluas jangkuan pasar.
Special Autonomy Policy of Papua Province Abu, Rusdianto
Edunity Kajian Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 3 No. 1 (2024): Edunity : Social and Educational Studies
Publisher : PT Publikasiku Academic Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57096/edunity.v3i1.219

Abstract

Papua Province has a special regulation that regulates the sustainability of the wheels of government in Papua Province, namely the Special Autonomy of Papua Province. Law number 21 of 2001 concerning Special Autonomy of Papua which has been amended into Law Number 2 of 2021 concerning the Second Amendment to Law Number 21 of 2001 concerning Special Autonomy for Papua Province. Provide traffic for Papua Province to carry out special autonomy. Referring to this explanation, the author is interested in being able to conduct a study on the Special Autonomy Policy of Papua Province. This research uses Qualitative techniques with Snow Ball Technique research informants. The conclusions of the research results are as follows: Special autonomy policy has not been implemented effectively. Limitations of policy implementation in satisfying (1) the interests of affected parties, (2) the types of benefits received, (3) the expected rate of change, (4) the location of decision making, (5) program implementers, and (6) resource commitments, theoretically, indicate a lack of intended optimality. In addition, deficiencies were identified in (7) estimating player strength; (8) foresee the interests of actors; (2009) predicted the tactics of the actors; 10) foresee regime and institutional features; (11) estimating compliance; and (12) estimate the response. In practice, the implementation of special autonomy policies has improved the Human Development Index of Papua Province. There are three types of obstacles that hinder Papua Province's efforts in implementing the special autonomy policy and improving the Human Development Index: structural, cultural, and conditional. Structural constraints are caused by the power dynamics of the political elite as well as the work culture, leadership, and mindset of the bureaucratic apparatus, most of which are KKKN. Cultural limitations are a result of the scarcity of human, social, and traditional resources that have been deeply embedded in the daily lives of indigenous Papuans. Conditional restrictions are restrictions caused by poverty caused by limitations, community decline, and remote locations. resources with an individual focus