Susandro, Susandro
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

DANIEL DAY-LEWIS: AKTOR PSIKO-FISIKAL YANG MENGHIDUPKAN TOKOH MELALUI SUARA DAN AKSEN Susandro Susandro; Afrizal H
Jurnal Kajian Seni Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Kajian Seni Vol 9 No 2 April 2023
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jksks.75148

Abstract

Perlahan seni peran tidak lagi menjadi teka-teki yang terbilang rumit untuk dipahami, namun tidak pula mudah untuk dilakukan. Artikel ini bertujuan menelisik bagaimana “sistem” - metode akting yang dirumuskan Stanislavski - berfungsi bagi aktor film, khususnya bagaimana aktor membangun atau menubuhkan kejiwaan dan ketubuhan tokoh. Aktor yang dibahas ialah satu-satunya hingga sekarang mendapatkan tiga Piala Oscar sebagai Aktor Pemeran Utama Terbaik di layar Hollywood, bernama Daniel Day-Lewis. Ketiga penghargaan tersebut didapatnya saat berperan sebagai Christy Brown dalam film berjudul My Left Foot (1989), sebagai Daniel Plainview dalam film berjudul There Will Be Blood (2007), sebagai Abraham Lincoln dalam film berjudul Lincoln (2012). Metode yang diterapkan ialah metode penelitian kualitatif dengan langkah studi pustaka, mengamati, menganalisis, dan memahami film di atas berdasarkan rumusan konsep-konsep yang terangkum dalam istilah “sistem”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “sistem” yang capaiannya ialah aktor psiko-fisikal, mampu melenturkan gerak tubuh, ekspresi, serta membuat artikulasi dan intonasi dialog terasa dinamis, tidak histrionik. Bagi Daniel Day-Lewis, suara menjadi cerminan pribadi yang mendalam dari karakter. Karena itu, tokoh menjadi hidup disebabkan pembawaan suara dan aksen yang berbeda di setiap tokoh yang diperankannya.
DRAMATIC ART OF SI DALUPA DATOK RIMBA ART STUDIES IN WEST ACEH Susandro Susandro
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 25, No 1 (2023): Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Publisher : LPPM Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/ekspresi.v25i1.3402

Abstract

 The traditional art of Si Dalupa produced by the Datok Rimba Art Studio can be categorized as theatrical art based on the form of the work and especially because of its supporting elements; scriptwriter, director, actor, and musician. Apart from that, the art is also worked out cinematically. This article aims to analyze the drama of Si Dalupa's art in cinematic form based on the ideas of George R. Kernodle called 'structure' and 'texture'. The structure consists of themes, plots, characterizations. Meanwhile, texture covers dialogue, atmosphere, and spectacle. This research approach is qualitative with literature study techniques, observation, in-depth interviews, and documentation. As a result, in terms of structure, Si Dalupa's art has the theme of the arrival of Islam to Aceh, the storyline is linear. Each character has a diverse physique, character, and social background. Whereas in terms of texture, each actor uses the Acehnese language, the atmosphere is built with serune and rapa'i musical instruments. Meanwhile, the spectacle is set in a forest and residential areasKeywords: Si Dalupa; Dramatic Elements; Cinematic DRAMATIKA KESENIAN SI DALUPA SANGGAR SENI DATOK RIMBA DI ACEH BARATAbstrakKesenian tradisional Si Dalupa produksi Sanggar Seni Datok Rimba dapat dikategorikan sebagai seni teater berdasarkan bentuk karya dan terutama karena unsur pendukungnya; penulis naskah, sutradara, aktor, dan pemusik. Selain itu, kesenian tersebut juga digarap secara sinematik. Artikel ini bertujuan menganalisis dramatika kesenian Si Dalupa dalam bentuk sinematik berlandaskan pada gagasan George R. Kernodle yang disebut ‘struktur’ dan ‘tekstur’. Struktur terdiri dari tema, alur, penokohan. Sedangkan tekstur melingkupi dialog, suasana, dan spektakel. Pendekatan penelitian ini ialah kualitatif dengan teknik studi pustaka, observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasilnya, pada struktur, kesenian Si Dalupa bertemakan ikhwal masuknya Islam ke Aceh, alur ceritanya linear. Setiap tokoh memiliki fisik, watak, dan latar sosial yang beragam. Sedangkan pada tekstur, setiap pemeran menggunakan bahasa Aceh, suasana dibangun dengan alat musik serune dan rapa’i. Sedangkan spektakelnya berlatar hutan dan pemukiman warga.Kata Kunci: Si Dalupa; Unsur Dramatik; Sinematik 
Eksperimentasi Teater: Retrospeksi Dramaturgi Zona X Nyanyian Negeri Sunyi Susandro Susandro; Afrizal Harun
DESKOVI : Art and Design Journal Vol. 6 No. 2 (2023): DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v6i2.15336

Abstract

Artikel ini membaca surut ke belakang proses kreatif garapan teater berjudul “Zona X: Nyanyian Negeri Sunyi” yang ditulis/disutradarai oleh Afrizal H, dipertunjukkan di Laga-laga Taman Budaya Sumatera Barat pada tanggal 28 Mei 2008. Pembacaan model demikian sesungguhnya lazim dilakukan terutama oleh akademisi seni teater yang menghasilkan berbagai karangan ilmiah. Selain itu, pembacaan model ini terbilang sama pentingnya dengan membaca pertunjukan teater yang baru saja dipentaskan, sebab bukan aktualisasi informasi yang ditekankan, melainkan menjadikannya sebagai bahan kajian ilmiah yang mungkin saja dilakukan secara berulang. Pendekatan penelitian ini ialah kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Analisis sepenuhnya menyoroti video pertunjukan dan juga mengandalkan ingatan penulis yang dulunya juga terlibat sebagai pemain/aktor dalam produksi tersebut. Proses analisis berpijak pada gagasan eksperimentasi dalam ranah teater, di mana istilah tersebut menawarkan keluasan imajinasi serta eksplorasi pada seniman atas bentuk karya yang akan digarap atau dengan kata lain tidak adanya konvensi atau pakem yang mengikat, tetapi tidak pula dimaksud agar seniman dapat berproses secara serampangan. Hasilnya ialah proses yang dilalui menunjukkan kejelasan tahapan, di antaranya: peleburan gagasan antara sutradara dengan para aktor, mempersiapkan tubuh aktor, peleburan tubuh dengan gagasan, peleburan tubuh dengan gagasan serta properti, peleburan tubuh dengan musik dan sound effect, terakhir peleburan tubuh dengan jiwa tubuh itu sendiri guna mencapai kenikmatan bermain saat pementasan.
Kajian Absurditas Pada Drama Permainan Akhir Karya Samuel Beckett Susandro Susandro
Gestus Journal: Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol 2 No 1 (2022): GESTUS JOURNAL : PENGKAJIAN DAN PENCIPTAAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gsts.v2i1.36596

Abstract

Drama absurd memiliki unsur intrinsik yang cenderung berbeda dari konvensi drama sebelumnya, terutama apabila dibandingkan dengan drama bergaya realisme. Hingga dewasa ini, telah banyak diskursus terkait bagaimana memahami drama tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memaparkan unsur intrinsik lakon serta gagasan yang ada di baliknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Adapun teknik yang dilakukan yaitu studi kepustakaan. Objek utama yang diteliti adalah lakon Permainan Akhir karya Samuel Beckett terjemahan Djoko Quartantyo dengan menguraikan unsur intrinsik lakon, yaitu struktur dan tekstur sebagaimana yang dikemukakan oleh George R. Kernodle. Meski lakon ini dikategorikan sebagai drama absurd, namun juga memiliki struktur; tema, alur, penokohan dan tekstur; dialog, mood atau suasana serta spektakel yang cukup terukur, sebagaimana ditemukan pada drama bergaya realisme. Kata Kunci: Permainan Akhir, Struktur, Tekstur, Absurditas 
Personifikasi sebagai Basis Rekonstruksi Dramaturgi Idalupa Alue Glong Naga di Aceh Barat Susandro, Susandro; Taruan, Hatmi Negria; Zaki, Achmad
Indonesian Language Education and Literature Vol 10, No 2 (2025)
Publisher : Jurusan Tadris Bahasa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/ileal.v10i2.18964

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan pertunjukan Sanggar Seni Alue Glong Naga dengan grup Dalupa lain dengan jalan menelusuri cerita yang melatarbelakanginya. Penelitian kualitatif ini berfokus pada asal-usul kemunculan grup, varian kisah yang dibawakan, dan alasan perbedaan bentuk pertunjukannya dibanding grup lain. Proses penelitian dilaksanakan dari April hingga November 2023 melalui tiga tahap: (1) prapenelitian, (2) penelitian lapangan, dan (3) pascapenelitian. Validitas data diperkuat melalui triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisah Idalupa versi Sanggar Seni Alue Glong Naga berlatar peristiwa peperangan antara Raja Badar dengan Raja Namrud. Raja Badar merupakan personifikasi dari peristiwa Perang Badar antara umat Islam dengan kaum Quraisy. Raja Namrud merupakan tokoh yang terdapat dalam kitab-kitab suci agama samawi yang hidup di masa Nabi Ibrahim. Dua latar masa yang terpaut jauh, tetapi direkonstruksi ke dalam satu kisah. Oleh karena itu, pentingnya pendokumentasian dan dukungan berkelanjutan bagi sanggar seni tradisional seperti Alue Glong Naga, mengingat tantangan akses dan regenerasi serta menyoroti perlunya kebijakan budaya yang responsif terhadap kelestarian seni lokal.Personification as a Basis for Reconstructing the Dramaturgy of Idalupa Alue Glong Naga in West AcehThis study aims to describe the differences between the performances of the Alue Glong Naga Art Studio and other Dalupa groups by tracing the stories behind them. This qualitative research focuses on the origins of the group, the variants of the stories they present, and the reasons for the differences in the form of their performances compared to other groups. The research process was carried out from April to November 2023 through three stages: (1) pre-research, (2) field research, and (3) post-research. Data validity was strengthened through source triangulation. The results of the study show that the story of Idalupa, according to the Alue Glong Naga Art Studio, is set during the war between King Badar and King Namrud. King Badar is the personification of the Battle of Badr between Muslims and the Quraysh. King Namrud is a figure found in the holy books of the monotheistic religions who lived during the time of the Prophet Ibrahim. Two time settings that are far apart, but are reconstructed into one story. Hence, the importance of documentation and ongoing support for traditional art studios such as Alue Glong Naga, given the challenges of access and regeneration, and highlighting the need for cultural policies that are responsive to the sustainability of local arts.