Halusinasi pendengaran merupakan salah satu gejala utama pada pasien skizofrenia yang ditandai dengan pengalaman mendengar suara tanpa adanya stimulus nyata. Gejala ini dapat menimbulkan dampak psikologis dan sosial yang signifikan, termasuk kecemasan, isolasi sosial, dan risiko perilaku agresif. Penanganan umumnya dilakukan secara farmakologis menggunakan antipsikotik, namun intervensi nonfarmakologis seperti terapi suara alam mulai dilirik sebagai pendekatan komplementer yang menjanjikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi suara alam dalam menurunkan gejala halusinasi pendengaran pada pasien di Ruangan Kuantan, Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Metode yang digunakan adalah studi kasus berbasis Evidence Based Practice terhadap dua pasien dengan diagnosis skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran. Intervensi dilakukan selama tiga hari berturut-turut, dengan satu sesi per hari selama 10 menit menggunakan perangkat Virtual Reality (VR) yang menyajikan suara aliran sungai dan kicauan burung. Evaluasi dilakukan menggunakan kuesioner Auditory Hallucination Rating Scale (AHRS) sebelum dan sesudah intervensi. Hasil menunjukkan penurunan skor AHRS pada pasien pertama dari 11 menjadi 8 dan pasien kedua dari 12 menjadi 7. Perubahan ini mencerminkan penurunan frekuensi, durasi, dan intensitas halusinasi, serta peningkatan kontrol diri pasien terhadap gejala. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa terapi suara alam melalui media VR efektif digunakan sebagai intervensi nonfarmakologis yang mendukung penanganan halusinasi pendengaran dalam praktik keperawatan jiwa.