Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KADAR HAEMOGLOBIN DAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN TB YANG MENGKOMSUMSI OAT (OBAT ANTI TUBERKULOSIS) DI WILAYAH PUSKESMAS PERUMNAS KOTA KENDARI Suwarny Ruhi; Sunarsih; Hermawati
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 4 No. I (2020): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883./

Abstract

Tuberkulosis(TB) dapat menimbulkan kelainan hematologi, baik sel-sel hematopoiesis maupun komponen plasma. Kelainan hematologis tersebut merupakan salah satu petunjuk adanya komplikasi salah satunya adalah komplikasi obat-obat anti TB. Komplikasi tersebut yaitu anemia, hiponatremia, leukositosis, abnormalitas fungsi hepar, hipokalsemia, dan trombositopenia. Tujuan penelitian untuk mengetahui kadar hemoglobin dan jumlah trombosit penderita TB yang mengkomsumsi dan pasien suspek TB yang tidak mengkomsumsi OAT Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan studi komparatif, sampel penelitian sebanyak 12 pasien. Yang dibagi dalam dua kelompok, Yaitu 6 pasien TB yang mengkomsumsi OAT dan 6 pasien suspek TB yang tidak mengkomsumsi OAT. Penarikan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan hemoglobin dan trombosit menggunakan hematologi analyzer. Hasil penelitian Berdasarkan hasil uji statistic Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan (p<0,05) ditemukan ada perbedaan (p=0,004) kadar hemoglobin pasien TB yang mengkomsumsi OAT dengan pasien suspek TB yang tidak mengkomsumsi OAT. Tidak ada perbedaan (p=0,262) jumlah trombosit pasien TB yang mengkomsumsi OAT dengan pasien suspek TB yang tidak mengkomsumsi OAT. Dari hasil penelitian ini diharapkan pemberian obat kepada pasien TB memperhatikan kelainan hematologis yang ditimbulkan, dan untuk penelitian selanjutnya dilakukan dengan metode prospektif untuk mengetahui secara langsung efek OAT terhadap kelainan hematogis penderita TB.
GAMBARAN KADAR ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) PADA PASIEN SKIZOFRENIA TERHADAP TERAPI ANTIPSIKOTIK DI RS JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Suwarny Ruhi; Tiara Mayang Pratiwi Lio; Fera Magfirah Harun
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883.6.1.6

Abstract

Alanin Aminotransferase merupakan suatu enzim yang terdapat pada hati dan lebih spesifik untuk kerusakan hati dibandingkan dengan enzim lain oleh karena itu Alanin Aminotransferase lebih mengambarkan fungsi hati seseorang ketika sel hati mengalami kerusakan akibat suatu obat maka akan terjadi pengeluaran enzim Alanin Aminotransferase dari dalam sel hati ke darah. Salah satu pemeriksaan fungsi hati yaitu Alanin aminotransferase yang dapat menunjukkan adanya peningkatan kadar enzim pada hati. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar Alanin Aminotransferase pada pasien skizofrenia terhadap terapi antipsikotik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 25 orang. Dengan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, dengan jumlah sampel 20 responden. Pemeriksaan menggunakan Automatic Chemistry Analyzer. Metode cross sectional dengan menggunakan data primer dan sekunder. Berdasarkan hasil penelitian kadar Alanin Aminotransferase pada pasien skizofrenia berdasarkan usia 30-60 tahun berjenis kelamin laki-laki yang melakukan terapi antipsikotik diperoleh hasil dari 20 responden dengan lima jenis terapi antipsikotik yaitu Clorpromazin, Haloperidol, Diazepam, Triheksipenidil, dan Risperidon dengan lama terapi antipsikotik 1-6 bulan dan 6-12 bulan dan diperoleh hasil kadar alanin aminotransferase normal 13 (65%) dan kadar abnormal berjumlah 7 (35%). Kesimpulam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien skizofrenia sebanyak 20 responden dengan melakukan terapi antipsikotik di rumah sakit jiwa provinsi sulawesi tenggara dengan nilai kadar normal sebanyak 13 (65%) dan nila kadar abnormal sebanyak 7 (35%). Disarankan pada penelitian selanjutkan dapat melakukan penelitian yaitu Pengaruh kadar Alanin Aminotransferase dan Aspartat Transaminase pada pasien gangguan jiwa berdasarkan terapi antipsikotik jangka pendek dan jangka panjang
IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) PENGHASIL ENZIM PROTEASE PADA SAMPEL BERAS WAKAWONDU YANG BERASAL DARI EREKE (BUTON UTARA) Suwarny Ruhi; Nur Isma Ningsih
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883.6.2.6

Abstract

Wakawondu merupakan beras merah dari Buton Utara yang ditanam tanpa bahan kimia dengan perlakuan alami dan tidak menggunakan mekanisasi pada proses produksi. Wakawondu memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, dimana bermanfaat bagi kesehatan seperti mengurangi resiko kanker, diabetes, kolestrol LDL, memiliki kandungan protein yang tinggi, mengandung kaya akan serat dan mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat yang cukup tinggi ini adalah potensial sebagai sumber bakteri asam laktat (BAL), akan tetapi setelah mengalami proses pencucian air beras merah biasanya akan dibuang karena dianggap sebagai limbah. Karbohidrat yang terbuang itu akan dirombak oleh mikroorganisme menjadi energi untuk aktivitasnya, serta sebagai media untuk menumbuhkan BAL (Bakteri asam laktat) melalui fermentasi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri asam laktat penghasil enzim protease pada sampel beras wakawondu. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras Wakawondu asal Buton utara dengan desain penelitian untuk mengidentifikasi bakteri asam laktat penghasil enzim protease pada sampel air hasil cucian beras Wakawondu.Penelitian ini menggunakan metode isolasi pour plate (Tuang) melalui uji pewarnaan Gram, uji katalase, uji produksi gas, uji motilitas, uji fermentasi karbohidrat, uji MRVP, dan uji aktivitas protease. Berdasarkan hasil seleksi bakteri asam laktat yang diisolasi dari fermentasi air cucian beras merah wakawondu didapatkan dua isolat yaitu SBM1 dan SBM2 yang memiliki karakteristik berwarna putih susu, bentuk circular, pinggiran entire, elevasi convex, Gram positif dengan cel berbentuk coccus/bulat, bereaksi negatif terhadap katalase, tidak memproduksi gas (tipe homofermentatif), bersifat non motil, mampu memfermentasikan karbohidrat (sukrosa, laktosa dan maltosa), positif pada uji MR, dan negatif pada uji VP serta mempunyai aktivitas enzimatis yaitu aktivitas proteolitik yang ditandai dengan terbentuk zona jernih di sekitar koloni pada saat pengujian.Hal tersebut menunjukkan bahwa isolat BAL yang diisolasi dari fermentasi air cucian beras merah wakawondu memiliki aktivitas protease yang diduga adalah genus Pediococcus. Identifikasi lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui spesies BAL dari isolat SBM1 dan SBM2.
PERBANDINGAN PROTEIN BAKTERI ASAM LAKTAT TERHADAP LAMA PENYIMPANAN ASI PERAH Sri Anggarini Rasyid; Suwarny Ruhi; Nur Abidah
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 5 No. 1 (2021): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883.5.1.3

Abstract

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling pertama kali dibutuhkan oleh bayi dari umur 0 hingga 24 bulan. Selain berfungsi sebagai sumber makanan, ASI juga berfungsi sebagai antibodi. Kegiatan menyetok ASI merupakan hal yang sudah biasa dilakukan ibu meyusui di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan protein bakteri asam laktat yang terdapat di dalam ASI berdasarkan variasi waktu penyimpanan. Waktu variasi ini yaitu pada hari ke-1, hari ke-2, hari ke-3, hari ke-4, dan hari ke-5. ASI perah yang digunakan berasal dari ibu menyusui di kelurahan Benu-Benua. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 5 orang. Pemeriksaan ASI menggunakan metode sampel Analisis penelitian mengunakan Uji Univariat dan Uji Paired Sampel T-Test. Hasil penelitian yang didapatkan kadar protein pada ASI perah tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hari ke – 1, yaitu 2788 µg/mL dengan terbentuk pita SDS-PAGE 1 pita mayor (152 kDa) dan 3 pita minor (33 kDa,28 kDa dan 9,5 Kda). Hari ke – 2 yaitu, 2837,5 µg/mL dengan terbentuk pita SDS- PAGE 3 pita mayor (152 kDa,130 kDa,dan 102 kDa) dan 3 pita minor (36 kDa,33 kDa dan 9,5 kDa). Hari ke – 3, yaitu 2866 µg/mL dengan terbentuk pita SDS- PAGE 1 pita mayor (152 kDa) dan 1 pita (8,8 kDa). Hari ke – 4, yaitu 2846,5 µg/mL dengan terbentuk pita SDS-PAGE 1 pita mayor (152 kDa). Hari ke – 5, yaitu 2855 µg/mL dengan terbentuk pita SDS-PAGE 1 pita minor (8,8 kDa).
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI CENDAWAN BIOAEROSOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI Suwarny Ruhi; Wa Ode Nova Novianti, S.Psi.,M.Kes
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 5 No. 1 (2021): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883.5.1.5

Abstract

Bioaerosol adalah partikel biologis dalam bentuk aerosol yang berasal dari organisme yang dapat tersebar diudara seperti jamur. Bioaerosol dapat menyebabkan penyakit infeksi seperti flu, asma dan SBS (Sick Building Syndrome). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi cendawan bioaerosol dalam laboratorium Mikrobiologi dan Diagnostik Molekuler Universitas Mandala Waluya Kendari. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah udara. Pengamatan dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik dengan tekhnik Riddle. Hasil penelitian diperoleh 5 jenis cendawan bioaerosol yang teridentifikasi, yaitu Aspergilus flavus,Saccharomyces sp., Penicillium sp., Mucor sp.,dan Neurospora sp. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengantisipasi dan meminimalisir kesalahan yang ada dalam penelitian ini sehingga diharapkan dapat mencapai hasil yang lebih baik.
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI PADA SUHU KULKAS 2-8OC TERHADAP BAKTERI COLIFORM METODE MPN (Most Praobable Number) Suwarny Ruhi; Ratna Umi Nurlila; Irna Kartina
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 4 No. 2 (2020): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883.4.2.7

Abstract

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang banyak manfaatnya diantaranya adalah minuman susu kedelai.Namun apabila dalam proses pembuatan tidak baik,maka dapat terkontaminasi bakteri Coliform.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan susu kedelai pada suhu kulkas 2-8oC terhadap cemaran bakteri Coliform. Penelitian ini menggunakan metode uji MPN yaitu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme dalam jumlah perkiraan terdekat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penagaruh lama penyimpanan susu kedelai pada suhu kulkas 2-80C terhadap cemaran bakteri Coliform metode MPN (Most Probable Number). Hasil penelitian pengaruh lama penyimpanan susu kedelai 2-80C pada suhu kulkas terhadap cemaran bakteri Coliform pada uji MPN didapatkan hasil penyimpanan 1 hari pada sampel 1 sampai 3 dengan nilai 11/ml, sampel 4 sampai 6 dengan nilai dengan nilai 7/ml dan 7 sampai 9 dengan nilai 43/ml. hasil penyimpanan 3 hari pada sampel 1 sampai 3 dengan nilai 28 /ml sampel 4 sampai 6 dengan nilai 11 /ml dan 7 sampai 9 dengan nilai 43/ml. hasil penyimpanan 6 hari pada sampel 1 sampai 3 dengan nilai 150 /ml sampel 4 sampai 6 dengan nilai 210 /ml dan 7 sampai 9 dengan nilai 210 /ml. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkam bahwa pada hari pertama tidak ada pengaruh penyimpanan dan memehui syarat layak konsumsi yang sudah di atur dalam Standar Nasional Indonesia(SNI) NO.06.8-7288-2009 yaitu 20/mL dengan uji MPN. Pada hari ketiga dan ke enam terdapat adanya pengaruh penyimpanan susu kedelai terhadap bakteri coliform. Diharapkan dapat dilanjutkan pelaksanaan dengan pewarnaan gram untuk melihat jenis bakteri
IDENTIFIKASI INTERLEUKIN-6 PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM) TIPE II YANG HIPERTENSI DAN NON HIPERTENSI Suwarny Ruhi; Titi Purnama; Helmawati Pasomba
Jurnal MediLab Mandala Waluya Vol. 7 No. 1 (2023): Jurnal MediLab Mandala Waluya
Publisher : Prodi D4 Teknologi Laboratorium Medis, Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883.7.1.7

Abstract

Diabetes Melitus adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah lebih tinggi dari normal atau hiperglikemia karena tubuh tidak dapat mensekresi atau menggunakan hormon insulin secara cukup. Salah satu penyakit yang sering menyertai penderita diabetes Melitus adalah Hipertensi. Pada DM Tipe 2 terjadi hiperglikemia yang cenderung menimbulkan stres oksidatif yang memicu auto oksidasi glukosa sehingga terbentuk ROS (Reactive Oxygen Spesies), oksigen radikal akan merusak DNA inti sehingga proses glikolisis terganggu dan menyebabkan munculnya jalur AGE dan meningkatkan kadar IL-6 penyebab kerusakan vaskuler. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya Interleukin-6 (IL–6) pada pasien diabetes Melitus tipe II yang hipertensi dan non hipertensi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita Diabetes Melitus tipe II yang menjalani perawatan inap dan perawatan jalan di Puskesmas Puuwatu Kota Kendari sebanyak 6 orang. Populasi tersebut kemudian dijadikan sebagai sampel. Usia tertinggi pasien DM Tipe II yang non hipertensi adalah 86 tahun dengan kadar glukosa 330 mg/dl serta tekanan darah 120/80 mm/Hg sedangkan yang usia terendah 45 tahun dengan kadar glukosa 245 mg/dl serta tekanan darah 110/90. Usia tertinggi pasien DM Tipe II yang hipertensi adalah 63 tahun dengan kadar glukosa 235 mg/dl serta tekanan darah 130/90 mm/Hg sedangkan yang usia terendah 46 tahun dengan kadar glukosa 249 mg/dl serta tekanan darah 140/100. Hasil pemeriksaan interleukin-6 pada pasien DM tipe 2 yang mengalami hipertensi dan non hipertensi dinyatakan negatif. Untuk penelitian selanjutnya pemeriksaan interleukin 6 pada penderita DM yang hipertensi dan non hipertensi perlu dilakukan dengan menggunakan metode ELISA dan menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih banyak.