Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BEREMPATI TERHADAP BUKU FISIK SEBAGAI PENGGAGAS WADAH PEMINATAN AKTIVITAS MEMBACA Maulidani, Rahmat; Sutanto, Agustinus
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i1.27188

Abstract

Physical books are an important part of the development of a civilization, history has repeatedly shown the huge impact of knowledge, ideas, and information that was spread directly starting from the era of Mesopotamia, Ancient Greek, Baghdad, Renaissance, and continuing until the present day. Indonesia has a stigma of low interest in reading, but socio-culture is not a natural thing but something systematic and created slowly. Pondok Cina Station has a history of causing hundreds of scholars to demonstrate and hold up KRL due to the eviction of 35 secondhand book stalls to modernize the station. A strong inner bond between scholars and literature is a reminder that physical books are not dead and need to be studied to achieve quality and widely useful socio-culture. Secondhand Bookstore and Physical Books are closely related to various educational institutions, apart from their cheap prices, they also have easy access to read the books beforehand. Secondhand Bookstore become an interesting opportunity in an empathetic movement that pays attention to one of human primitive abilities, namely cognitive. Empathizing with Secondhand Bookstores and Physical Books aims to find and examine the sweet spot that can provide a place that encourages users to be interested in literature, by using the heterotopia design method and emptiness (suwung) philosophy to give birth to a place that ignites a new culture that can be developed systematically and progressively to achieve a new era of literature. Keywords: Architecture; Bookstore; Empathy Architecture; Heterotopia; Physical Books Abstrak Buku fisik merupakan bagian penting dalam perkembangan sebuah peradaban, sejarah telah berulang kali menunjukkan dampak besar dari pengetahuan, ide, dan informasi yang disebarkan secara langsung mulai dari era Mesapotomia, Yunani Kuno, Baghdad, Renaisans, dan terus begitu hingga masa kini. Indonesia memiliki stigma minat membaca yang rendah, namun sosio-kultur bukanlah hal yang natural melainkan sesuatu yang sistematis dan diciptakan secara perlahan. Stasiun Pondok Cina memiliki sejarah yang membuat ratusan mahasiswa berdemo dan menahan KRL akibat penggusuran 35 kios buku bekas untuk modernisasi stasiun. Sebuah ikatan batin yang kuat antara mahasiswa dan literasi menjadi sebuah pemantik bahwa buku fisik belum mati dan perlu dikaji untuk menggapai sosio-kultur yang berkualitas dan bermanfaat secara meluas. Toko Buku Bekas dan Buku Fisik sangat erat hubungannya dengan berbagai lembaga pendidikan, selain karena murahnya harga juga karena mudahnya akses untuk langsung membaca sebelum membeli. Toko Buku Bekas menjadi sebuah peluang dalam gerakan empatik yang merangkul sekaligus memperhatikan salah satu kemampuan primitif manusia yaitu kognitif. Berempati terhadap Toko Buku Bekas dan Buku Fisik bertujuan untuk mencari dan menelisik titik manis yang dapat menghadirkan wadah yang mendorong penggunanya untuk tertarik dengan literatur, dengan menggunakan metode desain heterotopia dan filsafat suwung untuk melahirkan sebuah wadah pemantik kultur baru yang dapat berkembang secara sistematis dan progresif untuk menggapai era literatur yang baru.
TEKNIK PELAKSANAAN PEMUGARAN (RUMAH DI JALAN BATANGAN NOMOR 33 SURAKARTA) Priyomarsono, Naniek Widayati; Tjahjadi, Eduard; Maulidani, Rahmat; Isnaini, Fitri
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v8i2.33960

Abstract

Pasar Kliwon sebagai satu-satunya Kawasan permukiman Arab yang berada di Surakarta, merupakan Kawasan yang spesifik. Hal ini dapat ditinjau dari kesejarahannya maupun tata letak Kawasan terhadap kompleks karaton Kasunanan Surakarta. Hal ini dilakukan raja karena pada satu sisi raja membutuhkan bangsa arab tersebut untuk mengembangkan agama Islam, tetapi pada sisi yang lain mereka khawatir kalau lama kelamaan mereka memberontak sebagaimana bangsa Tionghoa ketika tahun 1740. Untuk itu permukiman mereka dipilihkan yang berdekatan dengan karaton supaya gampang untuk mengawasinya. Untuk memudahkan mengontrol kehidupan sosial mereka maka raja memerintahkan memberikan nama kampung pada kelompok tersebut berdasarkan etnisnya. Kampung Pasar Kliwon masih sedikit yang meneliti bahkan belum ada yang meneliti secara arsitektural dan konservasi. Ada beberapa bangunan yang diduga sebagai bangunan cagar budaya di Kawasan tersebut. Penelitian ini akan memakai obyek rumah di jl. Batangan nomor 33 Pasar Kliwon Surakarta yang berdasarkan Undang-undang no 11 tahun 2010. Metode yang dipakai kualitatif dengan cara mengadakan pengukuran, pendokumentasian, wawancara. Hasil yang didapat digambar ulang sebagai data eksisting. Setelah mempelajari definisi2 dari Teknik pemugaran diambil salah satu yang tepat. Dalam kasus ini adalah revitalisasi. Bangunan yang tadinya berfungsi sebagai rumah tinggal bisa dire-use-kan menjadi ruang usaha antara lain untuk; jualan HIK di malam hari, toko batik, rumah makan, penginapan. Sangat menarik karena penghuni masih tinggal di rumah itu sehingga bangunan menjadi living monument. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sketsa desain yang nantinya bisa ditingkatkan menjadi gambar kerja. Hal ini penting supaya proses pelaksanaan pemugaran tidak menyimpang dari Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Bangunan Cagar Budaya.
DESAIN PEMANFAATAN RUANG TENGAH SAYAP KANAN BANGUNAN CANDRA NAYA (RUMAH MAKAN SULAWESI) Priyomarsono , Naniek Widayati; Maulidani, Rahmat; Isnaini, Fitri
Jurnal Serina Abdimas Vol 2 No 4 (2024): Jurnal Serina Abdimas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jsa.v2i4.33388

Abstract

The movement to preserve and utilize the results of preservation or conservation of historical buildings in Indonesia, especially in Jakarta, is increasingly intense. One of the historical buildings in Jakarta that has been successful in preserving its historical buildings is the Candra Naya building. The land ownership is under PT. Modernland realty tbk. In 1945, after the G30S PKI riots, the building was abandoned by its owner. Then an Education Foundation named Sin Ming Hui was hired and in 1965 because it could no longer have a name other than Indonesian, the name of the Education Foundation changed its name to Candra Naya. This building was approved as a Cultural Heritage Building by the DKI Jakarta government in 2021. In accordance with law number 11 of 2010 concerning Cultural Heritage Buildings, one of the contents of which states that buildings that have been preserved must be able to be used for current needs. The aim of this PKM is to provide assistance to PT. Modernland Realty tbk as a partner in designing the Interior of the restaurant which does not violate the rules stated in the law. The method used is descriptive qualitative by conducting field observations and interviews with restaurant owners about the food that will be served. The results of the interviews were recorded and then a design concept was created that complies with the regulations for Cultural Heritage buildings. Thus PT. Modernland Realty tbk has answered one of the provisions in law number 11 of 2010 concerning Cultural Heritage, namely the use of space that is adapted to current needs. ABSTRAK Gerakan untuk melestarikan dan memanfaatkan hasil dari Preservasi atau Konservasi dari bangunan bersejarah di Indonesia terutama di Jakarta semakin gencar. Salah satunya bangunan bersejarah di Jakarta yang sukses dalam melestarikan bangunan bersejarahnya adalah bangunan Candra Naya. Adapun lahan kepemilikannya berada di bawah PT. Modernland realty tbk. Pada tahun 1945 setelah terjadi huru hara G30S PKI bangunan ditinggalkan pemiliknya. Kemudian disewa sebuah Yayasan Pendidikan yang Bernama Sin Ming Hui dan pada tahun 1965 karena tidak boleh lagi ada nama selain Indonesia maka nama Yayasan Pendidikan berubah nama menjadi Candra Naya. Bangunan tersebut telah disahkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh pemerintah DKI Jakarta pada tahun 2021. Sesuai dengan undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Bangunan Cagar Budaya, yang salah satu isinya mengatakan bahwa bangunan yang telah dilakukan pelestarian maka harus dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan masa kini. Tujuan dari PKM ini adalah untuk memberikan bantuan kepada PT. Modernland Realty tbk sebagai Mitra dalam mendesain Interior rumah makan tersebut yang tidak melanggar aturan yang tercantum dalam undang-undang. Adapun metode yang dipakai adalah diskriptif kualitatif dengan cara mengadakan pengamatan lapangan, wawancara kepada pemilik rumah makan tentang makanan yang akan disajikan. Hasil wawancara dicatat kemudian dibuatkan konsep desain dan desain yang sesuai dengan aturan terhadap bangunan Cagar Budaya. Dengan demikian PT. Modernland Realty tbk telah menjawab salah satu ketentuan dalam undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yaitu pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan masa kini.