ABSTRAK Komunitas Petani Organik Brenjonk di Desa Penanggungan, Mojokerto, telah mengembangkan empat unit usaha berbasis ekowisata, namun tiga di antaranya—yakni homestay, kuliner sawah, dan wisata edukasi—menghadapi tantangan dalam pelayanan pelanggan dan penjualan. Analisis situasi menunjukkan pola pemasaran yang masih reaktif dan ketiadaan standar komunikasi menyebabkan stagnasi pertumbuhan dan penurunan jumlah pengunjung. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan keterampilan komunikasi efektif bagi pelaku usaha lokal sebagai upaya mendukung smart selling dan mempertahankan pelanggan. Kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahapan: (1) perencanaan dengan FGD dan analisis SWOT, (2) pelatihan interaktif menggunakan metode simulasi dan role play, dan (3) evaluasi berbasis pre-post test serta diskusi tindak lanjut. Mitra kegiatan adalah Komunitas Petani Organik Brenjonk dengan jumlah peserta sebanyak 32 orang yang berasal dari tiga unit usaha non-pertanian. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada pemahaman peserta terhadap komunikasi efektif dan etika komunikasi, ditunjukkan oleh perbedaan hasil pre-test dan post-test yang signifikan secara statistik. Program ini berhasil memberikan keterampilan praktis kepada peserta dalam berkomunikasi profesional, memahami pelanggan, serta menyampaikan informasi secara jelas. Sebagai langkah keberlanjutan, disarankan penyusunan SOP komunikasi untuk mendukung praktik pelayanan yang konsisten dan berkualitas. Kata kunci: kampung Brenjonk; keterampilan komunikasi;pelatihan frontliner; pemberdayaan masyarakat; SDGs; smart selling ABSTRACTKampung Organik Brenjonk in Penanggungan Village, Mojokerto, has developed four eco-tourism-based business units. However, three of them—namely homestay, rice field culinary, and educational tourism—still face challenges in customer service and sales performance. Situation analysis revealed that reactive marketing approaches and the absence of communication standards have led to stagnant growth and a decline in visitor numbers. This community service program aimed to enhance effective communication skills among local entrepreneurs to support smart selling practices and improve customer retention. The program was implemented in three stages: (1) planning through focus group discussions (FGD) and SWOT analysis, (2) interactive training using simulation and role-playing methods, and (3) evaluation using pre- and post-tests as well as follow-up discussions. The target partner was the Brenjonk Organic Farmer Community with a total of 32 participants from the three non-agricultural business units. Evaluation results indicated a statistically significant improvement in participants’ understanding of effective communication and communication ethics, as shown by higher post-test scores. The program successfully equipped participants with practical skills for professional communication, customer understanding, and clear information delivery. As a sustainability measure, the development of communication standard operating procedures (SOP) is recommended to ensure consistent and high-quality service practices. Keywords: communication skills; community empowerment; front-liner training; kampung Brenjonk; SDGs; smart selling