Articles
KONTRIBUSI STRATEGI REGULASI EMOSI TERHADAP KECENDERUNGAN MISCONDUCT DAN IDE BUNUH DIRI PADA NARAPIDANA LAPAS II A JEMBER
Handayani, Panca Kursistin
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (356.568 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v12i1.326
Penanganan permasalahan di lapas mestinya tidak hanya berjalan pada satusisi, karena sebenarnya penanganan atau intervensi apapun yang diberikanhanyalah merupakan stimulasi bagi perubahan perilaku. Perubahan perilakupositif seperti yang diharapkan akan terjadi bila ada dukungan dari faktor internalindividu sendiri. Tampaknya perlu dilakukan upaya pemberdayaan denganmemanfaatkan potensi atau karakter positif dari narapidana sendiri dalammenghadapi segala tekanan hidup yang ada di lapas setiap harinya. Hal ini bisadibentuk dan dilatihkan, namun dibutuhkan asesmen yang tepat mengenaikarakter positif apa yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku.Penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi sejauhmana peran strategiregulasi emosi yang dilakukan individu terhadap kecenderungan misconduct danmunculnya ide bunuh diri selama mereka menjalani hukuman di lapas Kelas IIAJember. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Subjek yangdilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang dengan ciri yang sudahditentukan.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara strategi regulasi emosidengan ide bunuh diri dengan nilai p 0.000< 0.05, dengan r square 0.218menunjukkan bahwa strategi regulasi emosi memberikan kontribusi sebesar 0.218pada munculnya ide bunuh diri narapidana Lapas II A Jember. Selain itu jugaditemukan bahwa tidak ada hubungan antara strategi regulasi emosi dengankecenderungan misconduct pada narapidana di Lapas II A Jember dengan nilai p0.895> 0.05.Kecenderungan misconduct lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternaldari individu seperti kondisi lingkungan, hubungan dengan orang lain sertadukungan sosial. Sedangkan ide bunuh diri sangat ditentukan oleh keterampilanindividu dalam melakukan coping pada permasalahan yang sedang merekahadapi. Coping ditentukan oleh kemampuan individu dalam meregulasikanemosinya sehingga dapat memodifikasi emosi negatif dalam bentuk ekspresi yangadaptif dan adekuat.
Gambaran Kebutuhan Pendampingan Perempuan Korban Kekerasan dan Kejahatan di Kabupaten Jember
Fauzia, Layla Efani;
Handayani, Panca Kursistin
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (202.715 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v13i1.580
Dampak kekerasan terhadap perempuan tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga dapat berkepanjangan menjadi hambatan bagi kehidupan selanjutnya. Dalam upaya untuk mengantisipasi dampak yang berkelanjutan, para korban kekerasan membutuhkan pendampingan dari berbagai segi agar mampu segera beradaptasi dengan kehidupan selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kebutuhan pendampingan pada korban kekerasan dan kejahatan di kabupaten Jember.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Populasi yang digunakan 87 dari korban kekerasan berdasarkan laporan yang masuk ke program pendampingan di PPA Jember data tahun 2014/2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang dilakukan melalui prosentase. Statistik deskriptif prosentase digunakan untuk mengetahui prosentase kebutuhan pendampingan pada perempuan korban kekerasan dan kejahatan.Berdasarkan hasil uji deskriptif ditemukan bahwa kebutuhan pendampingan pada perempuan korban kekerasan termasuk dalam kategori tinggi yaitu 50 orang (57%), sedangkan sisanya (43%) mempunyai kebutuihan pendampingan dengan kategori rendah. Bila dilihat dari aspek-aspek kebutuhan pendampingannya, ditemukan bahwa yang paling dominan dibutuhkan adalah jaringan layanan terpadu 57 orang (65,5%), selanjutnya outreach pendampingan korban 48 orang (55%), aspek litigasi sebanyak 47 orang (54%), konseling rutin yaitu sebanyak 42 orang (48%), aspek shelter 42 orang (48%), yang terakhir aspek support group 32 orang (36,8%).Kata Kunci : kebutuhan, pendampingan, perempuan korban kekerasan dan kejahatan.
SPIRITUALITAS WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
Ningsih, Kiptiah;
Handayani, Panca Kursistin
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (957.957 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v9i2.283
Penelitian ini bertujuan memahami proses pembentukan spiritualitas danfaktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya spiritualitas wanita penderitakanker payudara. Pendekatan studi kasus digunakan untuk mengungkap tujuantersebut.Informan dalam penelitian adalah tiga orang wanita penderita kankerpayudara yang memiliki spiritualitas. Penelitian ini menggunakan wawancarasebagai metode pengumpulan data utama. Analisia data dilakukan dengan teknikanalisis tematik.Penelitian ini menemukan bahwa proses pembentukan spiritualitasdipengaruhi oleh latar belakang spiritualitas subjek sebelum menderita kanker.Terdapat 5 proses pembentukan spiritualitas wanita penderita kanker payudara yaitu: bangkit dari keterpurukan, menemukan makna penyakit, menemukanmakna hidup, mendapatkan hikmah yaitu menjadi lebih religius dan perilakuprososialnya meningkat. Temuan kedua dalam penelitian ini adalah terdapatfaktor eksternal dan internal yang mempengaruhi spiritualitas wanita penderitakanker payudara. Faktor internal meliputi: keyakinan, keimanan, tawakal danproses belajar dari pengalaman penderita kanker yang lain. Sementara faktorekternal meliputi: dukungan suami, teman-teman sesama penderita kanker danulama.
PEMETAAN PROBLEM-PROBLEM PSIKOLOGIS NARAPIDANA DI LAPAS KELAS IIA JEMBER
Handayani, Panca Kursistin;
Fitri, Mirna
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (954.63 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v10i2.299
Narapidana adalah manusia bermasalah yang dipisahkan dari masyarakatuntuk mendapat pembinaan agar dapat bermasyarakat dengan lebih baik.Kenyataannya tidak semua program penanganan tersebut mampu menjawabkebutuhan dan permasalahan yang dialami narapidana. Insidensi kerusuhan yangsedang marak terjadi di beberapa daerah di Nusantara menggambarkan bahwa sistemkoreksional perlu dibenahi. Setiap penanganan terhadap permasalahan, mestinyadidasari pada pemahaman yang tepat terhadap sumber penyebab dan situasi yangmelatarbelakangi, karena suatu intervensi apapun bentuknya tidak akan menjadisolusi bila tidak menjawab permasalahan. Untuk itu, perlu kiranya dibuat sebuahpemetaan problem atau problem profiling untuk mengetahui akar dari masalahperilaku narapidana.Tujuan penelitian ini adalah menemukan profil problem psikologis di LapasKelas IIA Jember dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Tiga skalapsikologis digunakan dalam pengumpulan data. Skala-skala ini hasil modifikasi dariskala Kecenderungan Depresi (BDI), Skala Kecemasan (TMAS), dan SkalaKecenderungan Bunuh Diri (SIBD). Jumlah subjek penelitian yang dilibatkan adalah80 orang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat Kecemasan pada Narapidanaberada pada kategori sedang (46 orang = 57,5%), sementara sisanya berimbang antarakategori tinggi dan rendah; 2) Kecenderungan Depresi Narapidana berada padakategori sedang (39 orang = 48,75%), sementara sisanya berimbang antara kategoritinggi dan rendah; 3) Kecenderungan Bunuh Diri Narapidana berada pada tingkatsedang (55 orang = 68,75%), sementara sisanya berimbang antara kategori tinggi danrendah.Hasil ini diharapkan menjadi rujukan bagi Lapas dan pihak-pihak terkaituntuk menyusun program intervensi berbasis problem, terutama yang berkaitandengan program preventif dan kuratif dalam menangani ketiga problem psikologistersebut.
PSYCHOLOGICAL WELL BEING NARAPIDANA LAPAS KLAS IIA JEMBER YANG MENJADI TAHANAN PENDAMPING
Maulana, Prastin;
Handayani, Panca Kursistin
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1207.889 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v11i1.309
Penelitian bertujuan memberikan gambaran psychological well beingNarapidana Lapas Klas IIA Jember yang menjadi tahanan pendamping. Subjekberjumlah empat orang napi yang menjadi tahanan pendamping. Metodepengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen.Peneliti menggunakan analisis tematik untuk mengintegrasikan beberapa temayang didapat dalam penelitian.Hasil penelitian menemukan bahwa subjek menilai menjadi tahananmerupakan salah satu proses pembinaan yang bertujuan untuk menjadikan merekamenjadi lebih baik. Selama berada di Lapas subjek belajar menjalin relasi denganorang lain, berproses untuk menjadi manusia yang lebih baik, mengembangkandiri menjadi lebih baik, dalam segi spritualitas, mentaati peraturan, menjalinrelasi, dan mengambil manfaat positif dari pembinaan untuk prosespengembangan diri mereka. Subjek mulai merencanakan tujuan hidup, apabilatelah bebas nantinya untuk menjadi manusia yang lebih baik, tidak mengulangikesalahan lagi, serta menjadi ayah dan kepala keluarga yang bertanggungjawab.Selama berada di Lapas subjek berproses mencapai tujuannya dengan caramendekatkan diri kepada Allah SWT.
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERTINTROVERT DENGAN KECENDERUNGAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU PASCA MELAHIRKAN SECARA CESAR
Maharani, Nira Catur;
Handayani, Panca Kursistin
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 10, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1165.155 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v10i1.290
Pencapaian peran perempuan dewasa dalam penyesuaian untuk memulaipola hidup baru, dari seorang remaja menjadi dewasa dan kemudian berubahmenjadi seorang istri dan akhirnya menjadi seorang ibu dengan kehamilan,melahirkan, pasca persalinan akan menentukan bagi kebahagiaan mereka. Namun,jika ibu tidak merasa bahagia di kehamilan dan persalinan, dapat menyebabkankegagalan proses penyesuaian yang dapat beralih ke postpartum blues. Postpartumblues dapat pula dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian ibu ataufaktor-faktor sosial maupun biologis.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipekepribadian dan kecenderungan postpartum blues pada ibu pasca melahirkan.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan mempergunakan teknikinsidental sampling. Subjek penelitian ini adalah 35 ibu pada rentang pascamelahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Srikandi, Jember.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi tipekepribadian dan kecenderungan post-partum blues berada pada tingkatsignifikansi 0,344 dan 5% dari 0,334. Nilai koefisien korelasi lebih besar daritingkat signifikansi 5% sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yangsignifikan antara dua variabel, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
KONTRIBUSI CULTURAL VALUES TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVISME PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA JEMBER
Handayani, Panca Kursistin;
Ulva, Novita Sylvia;
Maulida, Eva Fahmadia Jilan
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 15, No 2 (2019): Insight : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (538.229 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v15i2.2835
Research on recidivism tendencies which is influenced by internal factors that have been carried out is related to psychological problems (2014), self-regulation (2016) and self-control (2017). Based on this research it appears that there is a missing link related to the source of initial encouragement that comes from within the individual as a process of interaction and internalization of the initial experiences of individuals with parents, ancestors and other significant people. Related to this, this study aims to determine the effect of Cultural Value on the Trend of Recidivism in Jember Class IIA Prisoners.This type of research is associative quantitative that is to determine the relationship between one variable with another variable and the effect of a variable on other variables. There are two psychological scales used in this study, the Cultural Values scale adapted from The Potrait Value Questionnaire (PVQ-RR) compiled by Schwartz and the Residivism Tendency scale adapted from the Psychopathy Check List-Revised (PCL-R) compiled by Hare . The results of this study are expected to be input/reference in developing community values-based community intervention programs.The results showed a calculated F value of 0.471 with a significance level of 0.493> 0.05, which means that there was no influence of Cultural Value on the Trend of Residivism. Descriptive test shows that as many as 107 prisoners (56%) have high cultural values and 84 inmates (44%) have low cultural values. This means that prisoners tend to use cultural values as a reference in behavior, but they do not necessarily have compliance with the values that exist in the community. The highest percentage is the value of Universalism, Achievement, and Security. While the lowest percentage is the value of Stimulation, Benevolence Care, and Self Direction.
Kontribusi Cultural Values Terhadap Kecenderungan Residivisme Pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember
Panca Kursistin Handayani;
Novita Sylvia Ulva;
Eva Fahmadia Jilan Maulida
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 15, No 2 (2019): Insight : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32528/ins.v15i2.2835
Research on recidivism tendencies which is influenced by internal factors that have been carried out is related to psychological problems (2014), self-regulation (2016) and self-control (2017). Based on this research it appears that there is a missing link related to the source of initial encouragement that comes from within the individual as a process of interaction and internalization of the initial experiences of individuals with parents, ancestors and other significant people. Related to this, this study aims to determine the effect of Cultural Value on the Trend of Recidivism in Jember Class IIA Prisoners.This type of research is associative quantitative that is to determine the relationship between one variable with another variable and the effect of a variable on other variables. There are two psychological scales used in this study, the Cultural Values scale adapted from The Potrait Value Questionnaire (PVQ-RR) compiled by Schwartz and the Residivism Tendency scale adapted from the Psychopathy Check List-Revised (PCL-R) compiled by Hare . The results of this study are expected to be input/reference in developing community values-based community intervention programs.The results showed a calculated F value of 0.471 with a significance level of 0.493 0.05, which means that there was no influence of Cultural Value on the Trend of Residivism. Descriptive test shows that as many as 107 prisoners (56%) have high cultural values and 84 inmates (44%) have low cultural values. This means that prisoners tend to use cultural values as a reference in behavior, but they do not necessarily have compliance with the values that exist in the community. The highest percentage is the value of Universalism, Achievement, and Security. While the lowest percentage is the value of Stimulation, Benevolence Care, and Self Direction.
SPIRITUALITAS WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
Kiptiah Ningsih;
Panca Kursistin Handayani
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32528/ins.v9i2.283
Penelitian ini bertujuan memahami proses pembentukan spiritualitas danfaktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya spiritualitas wanita penderitakanker payudara. Pendekatan studi kasus digunakan untuk mengungkap tujuantersebut.Informan dalam penelitian adalah tiga orang wanita penderita kankerpayudara yang memiliki spiritualitas. Penelitian ini menggunakan wawancarasebagai metode pengumpulan data utama. Analisia data dilakukan dengan teknikanalisis tematik.Penelitian ini menemukan bahwa proses pembentukan spiritualitasdipengaruhi oleh latar belakang spiritualitas subjek sebelum menderita kanker.Terdapat 5 proses pembentukan spiritualitas wanita penderita kanker payudara yaitu: bangkit dari keterpurukan, menemukan makna penyakit, menemukanmakna hidup, mendapatkan hikmah yaitu menjadi lebih religius dan perilakuprososialnya meningkat. Temuan kedua dalam penelitian ini adalah terdapatfaktor eksternal dan internal yang mempengaruhi spiritualitas wanita penderitakanker payudara. Faktor internal meliputi: keyakinan, keimanan, tawakal danproses belajar dari pengalaman penderita kanker yang lain. Sementara faktorekternal meliputi: dukungan suami, teman-teman sesama penderita kanker danulama.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PRIA MENIKAH MELALUI TRADISI NYOLONG LARE
Etika Rahmah;
Panca Kursistin Handayani
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32528/ins.v11i2.317
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yangmendorong seseorang untuk menikah melalui tradisi nyolong lare di Desa GlagahKabupaten Banyuwangi. Nyolong lare adalah salah satu prosesi adat perkawinanyang mengharuskan si pemuda nyolong atau mencuri kekasihnya untuk menikahkarena tidak mendapatkan restu dari salah satu pihak orangtua.Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-studi kasus.Penelitian ini menggunakan dua subjek untuk mengungkap fenomena nyolonglare. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data informasi daripenelitian dengan panduan guide interview.Metode analisis data yang digunakanadalah thematic analysis, dimana menentukan tema kemudian dimasukkan dalamsubtema penelitian.Hasil dari penelitian ini adalah seseorang melakukan nyolong lare karenadorongan dari emosi yang dirasakan akibat ketidakmatangan emosi dari pelakudan mendakapat dukungan sosial yang digunakan sebagai emosional focus copingbagi pelaku. Diharapkan tradisi ini ditinggalkan oleh masyarakat karena tidaksesuai dengan kesopanan dan keramahan warga Indonesia serta tidak sesuaidengan ajaran Islam.