Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EFEKTIFITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA: THE EFFECTIVENESS OF HEALTH PROMOTION USING AUDIO VISUAL MEDIA IN INCREASING KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF ADOLESCENT WOMEN REGARDING ANEMIA Dwi Astuti, Jujun; Susiana Nugraha; Yuna Trisuci Aprillia; Uswatul Chasanah
Jurnal Online Dengan Open Journal System Vol 5 No 2 (2025): JMSWH
Publisher : Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta I

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36082/jmswh.v5i2.2115

Abstract

Anemia pada remaja putri disebabkan oleh kurang zat besi atau anemia gizi besi (AGB) dan tidak mengonsumsi tablet tambah darah pada saat menstruasi dan dari data studi pendahuluan terdapat 52% dari mahasiswa Poltekkes Jakarta III yang mengalami anemia yaitu < 10 gr/dl, sehingga dilakukan promosi Kesehatan dengan menggunakan media audio visual tentang pencegahan anemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas promosi Kesehatan dengan media audio visual dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang anemia di Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen dengan pre-pos tes two group design yang mengukur variabel pengetahuan dan sikap pada kelompok intervensi dan control. Dilaksanakan pada bulan Juni 2024 di Poltekkes Jakarta III, dengan 30 responden group intervensi dan 30 group kontrol yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling, analisis data dilakukan dengan Uji T Paired,mencakup analisis univariat dan bivariad. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan setelah dilakukan promosi kesehatan menggunakan media audio visual pada group intervensi, yaitu dari 9.83 menjadi 12.93 serta peningkatan skor sikap dari 51.80 menjadi 54.27, pada group kontrol terdapat juga peningkatan skor pengetahuan yaitu 11.53 menjadi 13.37 serta peningkatan skor sikap yaitu 52.57 menjadi 54.40. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan menggunakan media audio visual efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja pada group intervensi dengan nilai sig-(2tailed) yaitu masing-masing sebesar 0.000,sedangkan promosi Kesehatan menggunakan audio visual pada group kontrol menunjukkan efektif meningkatkan pengetahuan dengan nilai sig-(2tailed) yaitu 0.000,namun nilai (P=0.681) tidak signifikan dalam mengubah sikap remaja putri melakukan pencegahan anemia di Poltekkes Jakarta III.
Analisis Faktor Risiko Ergonomi yang Berhubungan dengan Keluhan GOTRAK pada Karyawan PT. X 2025 Isna Maulidia; Indri Hapsari Susilowati; Susiana Nugraha
Public Health and Safety International Journal Vol. 5 No. 02 (2025): Public Health and Safety International Journal (PHASIJ)
Publisher : YCMM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55642/phasij.v5i02.1155

Abstract

Latar belakang: Gangguan otot dan rangka (GOTRAK) merupakan masalah kesehatan kerja yang berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Data Global Burden of Disease 2019 menunjukkan sekitar 1,71 miliar orang mengalami GOTRAK, dengan low back pain sebagai penyebab utama disabilitas global (WHO, 2023). Di Indonesia, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi tinggi GOTRAK pada usia kerja produktif, terutama pada perempuan. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui faktor-faktor risiko ergonomi yang berhubungan dengan keluhan GOTRAK pada karyawan di PT. X.. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan total sampling terhadap 36 karyawan. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner SNI 9011:2021, REBA, serta pengukuran suhu dan pencahayaan. Hasil: Sebanyak 77,8% responden mengalami GOTRAK kategori risiko sedang. Faktor yang berhubungan signifikan meliputi jenis kelamin, masa kerja, postur kerja, beban berat, jam kerja, dan pencahayaan (p<0,05), sedangkan usia, IMT, olahraga, merokok, dan suhu tidak signifikan (p>0,05). Analisis multivariat menunjukkan pencahayaan tidak sesuai standar merupakan faktor dominan dengan risiko 16 kali lebih besar menyebabkan GOTRAK (OR=16,00; p=0,003). Kesimpulan: Beberapa faktor ergonomi berhubungan dengan kejadian GOTRAK, dengan pencahayaan sebagai faktor paling berisiko. Saran: Perusahaan disarankan memperbaiki pencahayaan kerja, memberikan pelatihan ergonomi, serta mengatur beban dan jam kerja untuk mencegah keluhan GOTRAK.
Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada Pekerja Klinik MCU Swasta X 2025 Dea Citra Alamanda; Susiana Nugraha; Dessy Laksyana Utami
Public Health and Safety International Journal Vol. 5 No. 02 (2025): Public Health and Safety International Journal (PHASIJ)
Publisher : YCMM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55642/phasij.v5i02.1133

Abstract

Kelelahan kerja merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas, meningkatkan risiko kesalahan, dan memengaruhi kualitas pelayanan. ILO melaporkan lebih dari 36% pekerja global mengalami kelelahan terkait beban kerja dan stres psikososial. Riskesdas 2018 menemukan 32,6% pekerja Indonesia mengalami gejala kelelahan. Studi pendahuluan di Klinik MCU Swasta X (2025) menunjukkan lebih dari 60% pekerja, baik medis maupun nonmedis, mengalami kelelahan fisik dan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja di Klinik MCU Swasta X dan mengidentifikasi faktor risiko. Penelitian analitik dengan desain cross sectional, melibatkan 113 pekerja yang dipilih dengan total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner terstandarisasi dan dianalisis dengan uji chi square serta regresi logistik ganda. Penelitian menemukan hubungan antara kelelahan kerja dengan faktor individu, beban kerja, stres kerja, dan peran ganda. Analisis multivariat menunjukkan bahwa stres kerja dan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap kelelahan, dengan stres kerja sebagai faktor risiko utama. Kelelahan kerja pada pekerja di Klinik MCU Swasta X dipengaruhi oleh stres kerja dan jam kerja. Manajemen klinik disarankan untuk melakukan pengendalian stres, pengaturan beban dan jam kerja, serta peningkatan dukungan sosial untuk mengurangi risiko kelelahan kerja.