Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN BUDAYA DAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NISAM ANTARA KABUPATEN ACEH UTARA Sutrisna, Eka; Pohan, Kamalia; Yunitasari , Yunitasari; Aulia, Aula
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45056

Abstract

Stunting menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Kejadian stunting merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling berkaitan, banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu salah satunya faktor budaya, faktor konsumsi makanan, faktor pola asuh makan. Rendahnya asupan makanan dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan gizi kurang dan apabilan tidak cepat ditangani akan menjadi gizi buruk Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah Hubungan Budaya dan Komsumsi Garam Beryodium dengan kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara dengan menggunakan desain kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nisam Antara dengan jumlah sampel 49 orang responden dengan menggunakan total sampling. Pengambilan data awal pada bulan Juni dan Penelitian pada bulan November 2024. Analisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukan hubungan budaya dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara terdapat 3 faktor, yaitu faktor sosial, faktor nilai budaya dan gaya hidup, dan faktor religiusitas. Pada faktor sosial sebagain besar cukup sebanyak 20 responden (40,8%) dengan p value (0,001), faktor nilai budaya dan gaya hidup paling dominan negatif dengan 31 responden (63,3%) dengan p value (0,003) dan faktor religiusitas sebagain besar positif sebanyak 28 responden dari 49 responden (57,1%) dengan p value (0,001) dan ada hubungan Konsumsi Garam beryodium dengan kejadian stunting dengan p value (0,001). Diharapkan responden untuk lebih memperhatikan pertumbuhan anaknya agar anak yang normal tidak mengalami stunting dan anak yang stunting bisa memperbaiki perkembangan dan pertumbuhan tubuhnya.
Effect of benson relaxation therapy combined with Medical Nutrition Therapy (MNT) on blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus Sutrisna, Eka; Sari, Yunita; Pohan, Kamalia; Fitria, Nanda; Mauliza, Rizky; Suriani, Suriani
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 10, No 3 (2025): September
Publisher : Department of Nutrition at the Health Polytechnic of Aceh, Ministry of Health

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/action.v10i3.2697

Abstract

Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease with an increasing global prevalence. Non-pharmacological approaches that may support glycemic control include Benson relaxation therapy, which focuses on stress management, and Medical Nutrition Therapy (MNT), which encompasses nutrition diagnosis, therapy, and counseling. This study aimed to analyze the effects of combining Benson relaxation therapy and MNT on blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus. Methods: A quantitative study with a quasi-experimental pretest–posttest two-group design was conducted in the North Aceh District in 2024. A total of 100 respondents participated: 50 individuals in the intervention group and 50 in the control group. The intervention consisted of daily 20-minute Benson relaxation sessions combined with MNT over a 14-day period. Data were analyzed using the Wilcoxon signed-rank test with a significance level of p < 0,05. Results: The mean blood glucose level in the intervention group decreased from 349,04 ± 16,40 mg/dL at baseline to 299,12 ± 23,89 mg/dL post-intervention (p = 0,001). In contrast, the control group showed an increase from 312,88 ± 19,28 mg/dL to 331,10 ± 16,74 mg/dL (p= 0,042). In conclusion, the combination of Benson relaxation therapy and MNT effectively reduced blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus and is recommended as a complementary non-pharmacological therapy.