This Author published in this journals
All Journal Jurnal Megaptera
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Diagnosa Agen Penyakit Ikan di Kecamatan Cibereum, Sukabumi, Jawa Barat Ramadhani, Dian Eka; Pratiwi, Rifqah; Gultom, Novayanti Magdalena; Hakim, Rafi Fathul; Hapsari, Monic; Alhaq, Sofyan; Maula, Athaya; Fauziah, Sarah Sabilla; Hafid, Muhammad Erlan; Nurrafa, Nazla Wafi
JURNAL MEGAPTERA Vol 2, No 2 (2023): Jurnal Megaptera (JMTR)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jmtr.v2i1.13826

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis agen penyakit ikan yang dibudidayakan di Kecamatan Cibereum, Sukabumi. Penelitian ini merupakan jenis survei lapangan dengan menggunakan metode observasi melalui survei dan wawancara pada lokasi yang ditentukan, serta melakukan pengamatan sampel di laboratorium untuk pemeriksaan agen penyakit, kemudian data dikumpulkan lalu dianalisis secara deskriptif. Pemeriksaan agen penyakit meliputi diagnosis level 1 berdasarkan histori berlangsungnya kegiatan budidaya melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pembudidaya. Sedangkan diagnosis level 2 yaitu pemeriksaan secara mikrobiologi di laboratorium. Jenis ikan yang diperiksa yaitu ikan nila Oreochromis niloticus dan ikan gurami Osphronemus goramy yang berasal dari 5 lokasi budidaya. Parameter yang diamati diantaranya prevalensi, intensity, mean abundance, mean intensity ektoparasit dan endoparasit, pemeriksaan jenis bakteri, dan pemeriksaan darah ikan, dan kemudian data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diagnosis level 1 menunjukkan bahwa ikan yang dibudidayakan menunjukkan abnormalitas diantaranya tubuh ikan berwarna pucat, terdapat pendarahan, muncul jamur pada sisik ikan, warna insang tidak normal dan bergerak soliter di permukaan air di pojokan kolam. Hasil diagnosis level 2 menunjukkan bahwa bakteri Flavobacterium, Cardiobacterium, dan Bordetella pertusis terdapat pada semua sampel yang diperiksa. Pemeriksaan parasit menunjukkan hasil prevalence (P) terhadap parasit Tricodina sp., Oodinium, Gyrodactylus Dactylogyrus 100%, intensity (I) 25-56, mean intensity (MI) 25.2, dan mean abundance (MA) 25.2. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah (SDM) berkisar 8.49 x 105 sel/mm3 , hemoglobin antara 8-22%g, dan hematokrit 0.16- 0.35%. Berdasarkan hasil diagnosis level 1 dan 2 pada lima sampel di lokasi budidaya di Cibereum dinyatakan bahwa ikan dalam kondisi sakit.This research aims to diagnose disease agents in fish cultivated in Cibereum District, Sukabumi. This research is a type of field survey using observation methods through surveys and interviews at specified locations, as well as observing samples in the laboratory to examine disease agents, and then the data collected is analyzed descriptively. Examination of disease agents includes level 1 diagnosis based on the history of cultivation activities through direct observation and interviews with cultivators. Meanwhile, level 2 diagnosis is a microbiological examination in the laboratory. The types of fish examined were tilapia Oreochromis niloticus and gourami Osphronemus goramy which came from 5 cultivation locations. The parameters observed included prevalence, intensity, mean abundance, mean intensity of ectoparasites and endoparasites, examination of bacterial types, and examination of fish blood, and then the data was analyzed descriptively. The research results showed that a level 1 diagnosis showed that the fish being farmed showed abnormalities including pale fish bodies, bleeding, fungus appearing on the fish scales, abnormal gill color, and solitary movement on the surface of the water in the corner of the pond. Level 2 diagnosis results showed that Flavobacterium, Cardiobacterium, and Bordetella pertussis bacteria were present in all samples examined. Parasite examination showed that the prevalence (P) of Tricodina sp., Oodinium, Gyrodactylus Dactylogyrus parasites was 100%, intensity (I) 25-56, mean intensity (MI) 25.2, and mean abundance (MA) 25.2. The results of blood tests showed that the number of red blood cells (HR) was around 8.49 x 105 cells/mm3 , hemoglobin between 8-22%g, and hematocrit 0.16-0.35%. Based on the results of diagnosis levels 1 and 2 on five samples at the cultivation location in Cibereum, it was stated that the fish were sick.
Pengujian Obat Kimia untuk Menghambat Pertumbuhan Bakteri Patogen Aeromonas hydrophila Secara In Vitro dan In Vivo Kurniawinata, Mohamad Iqbal; Ramadhani, Dian Eka; Shinta, Deby; Bintoro, Abrisam Hadi; Indryani, Herlina; Wibisono, Adhitya; Permana, Shadam Dwi; Pamungkas, Riza; Pauziah, Nisa; Maula, Athaya; Fauziah, Sarah Sabilla; Hafid, Muhamad Erlan; Nurrafa, Nazla Wafi; Hapsari, Monic; Pratiwi, Rifqah
JURNAL MEGAPTERA Vol 3, No 2 (2024): Jurnal Megaptera (JMTR)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jmtr.v3i2.15151

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis obat kimia dan dosis terbaik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen Aeromonas hydrophila (AHA). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Sekolah, Program Studi Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan, Sekolah Vokasi IPB. Rancangan percobaan yang dilakukan dari penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan, diantaranya, kontrol (K), garam ikan 5 g/L, 10 g/L, 15 g/L, 20 g/L, 25 g/L, 30 g/L, methylene blue 0,5 mL/L, 1,0 mL/L, 1,5 mL/L, 2 mL/L, 2,5 mL/L, 3 mL/L, lukastop 0,01 mL/L, 0,013 mL/L. Pengujian obat dilakukan secara in vitro dengan pengujian tunggal dan gabungan masing-masing obat. Pengujian in vivo dilakukan dengan dosis terbaik dari hasil in vitro diujikan pada ikan sebagai pengobatan pada infeksi bakteri AHA. Parameter in vitro yang diamati yaitu zona hambat dan total bakteri patogen Aeromonas hydrophila, sedangkan parameter in vivo yang diamati yaitu Survival Rate (SR), Laju Pertumbuhan Harian (LPH) dan Mortality Rate (MR). Hasil pengujian in vitro pada pengujian tunggal yang terbaik didapatkan pada perlakuan methylene blue 3 mL/L dengan zona hambat sebesar 18,25 mm dan jumlah bakteri AHA terendah yaitu 5,197 × 109 CFU/mL. Hasil pengujian in vitro pada pengujian gabungan yang terbaik didapatkan pada perlakuan garam ikan 25 g/L dan methylene blue 3 mL/L dengan zona hambat 17,9 mm. Hasil pengujian in vivo pengobatan dengan methylene blue 3 mL/L, menghasilkan nilai SR 80% dan mampu membantu penyembuhan pasca infeksi serta meningkatkan nafsu makan ikan.This study aims to obtain the best type of chemical drug and dosage to inhibit the growth of the pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila (AHA). This study was conducted at the School Health and Environment Laboratory, Fish Seed Technology and Management Study Program, IPB Vocational School, Sukabumi Campus. The experimental design carried out in this study consisted of 4 treatments, including control (K), fish salt 5 g/L, 10 g/L, 15 g/L, 20 g/L, 25 g/L, 30 g/L, methylene blue 0,5 mL/L, 1,0 mL/L, 1,5 mL/L, 2,0 mL/L, 2,5 mL/L, 3,0 mL/L, lukastop 0,01 mL/L, 0,013 mL/L. Drug testing was carried out in vitro with single and combined testing of each drug. In vivo testing was carried out with the best dose from the in vitro results tested on fish as a treatment for AHA bacterial infections. The observed in vitro parameters were the inhibition zone and total pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila, while the observed in vivo parameters were survival rate (SR), daily growth rate (LPH), and mortality rate (MR). In vitro tests showed that methylene blue 3 mL/L treatment had the best results on a single test. The inhibition zone was 18,25 mm, and the number of AHA bacteria in the sample was 5,197 × 109 CFU/mL. The treatment of 25 g/L fish salt and 3 mL/L methylene blue yielded the best in vitro test results, with an inhibition zone of 17,9 mm. The results of vivo therapy testing with 3 mL/L methylene blue produced an SR value of 80% and were able to aid in post-infection healing and increase fish appetite.
Efektivitas Bahan Kimia Dalam Mengobati Penyakit Motile Aeromonads Septicemia Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ramadhani, Dian Eka; Pratiwi, Rifqah; Gultom, Novayanti Magdalena; Hakim, Rafi Fathul; Hapsari, Monic; Alhaq, Sofyan; Widiyanti, Indy; Agustina, Khaerunisa; Bintoro, Abrisam Hadi; Maulana, Rega; Hafid, Muhammad Erlan; Nurrafa, Nazla Wafi
JURNAL MEGAPTERA Vol 3, No 1 (2024): Jurnal Megaptera (JMTR)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jmtr.v2i2.14350

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis terbaik pada bahan kimia untuk mengobati penyakit motile aeromonads septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan nila. Penelitian ini terdiri dari 18 perlakuan in vitro, antara lain kontrol, kalium permanganat 0,003 ppt, 0,006 ppt, 0,009 ppt; methylene blue 0,5 ppt, 1 ppt, 1,5 ppt, 2 ppt, 2,5 ppt, 3 ppt; dan garam ikan 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt, 25 ppt, 30 ppt; dengan pengujian in vitro secara tunggal, gabungan, dan bersama menggunakan metode Kirby–Bauer dan Total Plate Count (TPC), serta perlakuan in vivo pada dosis in vitro terbaik. Parameter yang diamati diantaranya zona hambat dan total bakteri patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis terbaik pada penelitian ini adalah perlakuan garam ikan dengan dosis 20 ppt. Hasil uji tunggal menunjukkan perlakuan garam ikan dengan dosis 20 ppt menghasilkan zona hambat terbesar 17,85 mm. Hasil pengujian gabungan antara garam ikan dan methylene blue menghasilkan zona hambat terbesar 12,1 mm dan penurunan total bakteri patogen hingga 9,1 x 108 CFU/mL. Hasil pengujian secara in vivo diperoleh hasil kelangsungan hidup ikan nila sebesar 80% pasca perlakuan garam ikan dengan dosis 20 ppt melalui metode perendaman selama 10 menit.This research aims to obtain the best type and dose of chemicals to treat motile aeromonads septicemia (MAS) disease caused by Aeromonas hydrophila bacteria in tilapia fish. This research consisted of 18 in vitro treatments, including control, potassium permanganate 0.003 ppt, 0.006 ppt, 0.009 ppt; methylene blue 0.5 ppt, 1 ppt, 1.5 ppt, 2 ppt, 2.5 ppt, 3 ppt; and fish salt 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt, 20 ppt, 25 ppt, 30 ppt; with single, combined, and joint in vitro testing using the Kirby–Bauer and Total Plate Count (TPC) methods, as well as in vivo treatment at the best in vitro dose. The parameters observed include the inhibition zone and total pathogenic bacteria. The research results showed that the best dose in this study was fish salt treatment with a dose of 20 ppt. The results of a single test showed that fish salt treatment with a dose of 20 ppt produced the largest inhibition zone of 17.85 mm. The results of the combined test between fish salt and methylene blue produced the largest inhibition zone of 12.1 mm and a reduction in total pathogenic bacteria of up to 9.1 x 108 CFU/mL. In vivo test results showed that tilapia survival was 80% after treatment with fish salt at a dose of 20 ppt using the soaking method for 10 minutes.