Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Factors Influencing Quality of Life among Patients with Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) at Waled General Hospital, Cirebon, Indonesia Hidayat, Abimanyu; Zein, Ahmad Fariz Malvi Zamzam; Suwarno, Hermansyah
GHMJ (Global Health Management Journal) Vol. 8 No. 1s (2025): Special Issues
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35898/ghmj-81s1171

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that requires long-term management and carries the risk of leading to other health conditions, which can result in decrease of quality of life. Aims: To find the quality of life of patients with Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) and the factors affecting it at Waled General Hospital (RSUD Waled), Cirebon, Indonesia. Methods: It was an analytic observational study with a cross-sectional approach. The study took place at RSUD Waled, Cirebon Regency, and used 96 (T2DM) patients as research samples that were chosen with simple random sampling. The source of data was primary through a questionnaire and secondary from the patient’s medical record. The questionnaire used for the quality of life’s variable in this research was WHOQOL-BREF. The analytical statistics used were Spearman’s correlation test for the bivariate analytics, and binary logistics regression for the multivariate analytic. Results: There were 54.2% of T2DM patients that fell into bad quality of life category and 45.8% of T2DM patients had good quality of life. Analytic statistics showed a significant relationship between glycemic control (p = 0.003 and r = 0.304), family support (p = 0.000 and r = 0.502), and self-acceptance with quality of life of T2DM patients (p = 0.000 and r = 0.606). Meanwhile types of therapy, comorbidities, and complication didn’t show a significant correlation with quality of life of T2DM patients. Multivariate analysis showed the most correlated factor for quality of life of patients T2DM was self-acceptance (OR=30). Conclusion: There were some factors that had significant correlation with quality of life of T2DM patients. Self-acceptance was the most correlated factor with quality of life of T2DM patients. Healthcare providers can incorporate educational intervention programs into routine diabetes care, emphasizing patients' psychological health, especially with regard to self-acceptance and family support techniques. In order to improve knowledge, motivation, and efficient self-management, this program may incorporate counselling, education, and the creation of support groups.
Hubungan Kualitas Hidup Pengasuh Terhadap Kemandirian Dan Loneliness Geriatri Di Rsud Waled Permatasari, Shinta Dwi; Gunawan, Irene; Suwarno, Hermansyah
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i10.61943

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan jumlah lansia setiap tahun menimbulkan tantangan fisik dan psikologis, seperti menurunnya fungsi tubuh, kemandirian, dan meningkatnya risiko kesepian. Caregiver berperan penting dalam mendukung lansia, namun kualitas hidup mereka turut memengaruhi efektivitas perawatan. Kualitas hidup pengasuh yang rendah dapat berdampak pada menurunnya kemandirian dan meningkatnya kesepian pada lansia. Tujuan: Mengetahui hubungan antara kualitas hidup pengasuh dengan kemandirian dan loneliness geriatri di RSUD Waled. Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian terdiri dari 66 pasangan pengasuh dan geriatri yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF, ADL (Barthel Index), dan UCLA Loneliness Scale Version 3. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Hasil: Sebagian besar pengasuh memiliki kualitas hidup cukup baik (78,8%). Sebagian besar geriatri termasuk kategori mandiri (66,7%) dan mengalami kesepian rendah (97%). Terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup pengasuh dengan kemandirian geriatri (r = 0,579; p = 0,000), serta hubungan signifikan antara kualitas hidup pengasuh dengan loneliness geriatri (r = 0,341; p = 0,005). Kesimpulan: Kualitas hidup pengasuh berhubungan positif dengan tingkat kemandirian geriatri dan negatif terhadap tingkat loneliness geriatri. Intervensi terhadap kesejahteraan pengasuh dapat menjadi strategi penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.
Hubungan Tingkat Stres dan Pengetahuan Akne Vulgaris pada Pelajar Kelas 12 SMAN 1 Majalengka Firdausi, Nadia Nahwa; Wahdini, Maya; Suwarno, Hermansyah; Risman, M.; Handoyo, M. Yusuf
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 10 No 3 (2024): TUNAS MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN & KESEHATAN
Publisher : Fakultas Kedokteran UGJ Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/tumed.v10i3.9626

Abstract

Latar Belakang: Jerawat, juga dikenal sebagai akne vulgaris (AV), adalah peradangan kronis yang disertai penyumbatan pada folikel pilosebasea dan biasanya terjadi di wajah, leher, bahu, dada, punggung, dan lengan atas. AV sering menyebabkan kerusakan sekunder yang dapat menyebabkan skar. Stres adalah salah satu dari banyak faktor yang diduga turut berperan yang dapat mempengaruhi dan mencetuskan penyebab AV. Tugas yang berat, ujian akhir, dan persaingan untuk masuk ke perguruan tinggi adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres bagi siswa. Pengetahuan AV saat ini kurang dan sering keliru. Mengetahui AV dapat membantu mencegah dan mengurangi kejadian AV. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan pengetahuan siswa tentang akne vulgaris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat stres dan pengetahuan tentang akne vulgaris pada siswa kelas 12 SMAN 1 Majalengka berhubungan satu sama lain. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 12 SMAN 1 Majalengka tahun 2023, dan metode analitik observasional digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Metode penelitian ini adalah sampling acak sederhana, dan data dianalisis dengan uji chi square. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan foto visual wajah responden. Derajat AV dinilai oleh Sp.kk. Hasil: Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres yang lebih tinggi dan tingkat kejadian gangguan vaskular (AV). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dan kejadian AV (p = 0.002; p < 0.05).Pengetahuan tentang AV juga mempengaruhi kejadian AV. Responden dengan pengetahuan rendah lebih mungkin mengalami AV dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan baik atau cukup. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan AV dan kejadian AV (p = 0.023; p < 0.05). Simpulan: Terdapat hubungan antara tingkat stress dan pengetahuan akne vulgaris dengan kejadian akne vulgaris. Kata kunci : Akne Vulgaris, Tingkat Stres, Pengetahuan. ABSTRAK Background: Pilosebaceous follicle obstruction coexists with persistent inflammation in acne vulgaris (AV). In the face, neck, shoulders, chest, back, and upper arms, it is most frequent. AV often causes tambahan cedera, which can result in scarring. Stres is one of the many factors that might cause an AV to malfunction. Students may experience stress due to the pressures of lengthy projects, final exams, and rivalry for college admission. As of now, knowledge about AV is scarce and inconsistent. Information about AV can help reduce and stabilize the incidence and severity of the aforementioned illness. It is hoped that this would improve students' understanding of acne vulgaris. Penelitian focus: The purpose of this study is to determine the relationship between stress levels and knowledge of acne vulgaris, as well as the prevalence of acne vulgaris among SMAN 1 Majalengka students enrolled in 12th grade. Metode: This is an analytical observational study using a cross-sectional design. The study's population consisted of SMAN 1 Majalengka twelfth-year students in 2023. In this study, a robust sampling technique is applied, and tes chi square is used for data analysis. The data was collected via a questionnaire and a photo taken of the respondent's face, which was then evaluated by Sp.kk. Results: These are the study's findings, which indicate that higher stress levels are associated with more AV cases. The analysis's results indicate a relationship between the AV peristiwa and the stress threshold (p = 0.002; p <0.05). Information about AVs also affects AV performances. Individuals who don't know much about AV are more likely to experience AV than those who know a great deal—or even a great deal—about it. Based on the analysis results, there is a relationship between knowledge about AV and homeostasis (p = 0.023; p <0.05). In the third paragraph, there is a relationship between stress level and knowledge about acne vulgaris and incidence
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS Fairuz, Rai Rifda Sukma; Suwarno, Hermansyah; Zamzam Zein, Ahmad Fariz Malvi
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7 No 2 (2024): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK) stadium akhir mempunyai pilihan pengobatan berupa hemodialisis yang harus dijalani seumur hidup. Kualitas hidup pasien selama melakukan hemodialisis dipengaruhi oleh usia pasien, jenis kelamin, pendidikan akademis, status pekerja, lama perawatan hemodialisis, riwayat hipertensi serta riwayat diabetes. Studi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang berkaitan dengan kualitas hidup pasien selama melakukan hemodialisis. Analitik observasional adalah desain yang digunakan untuk riset ini, serta menggunakan jenis cross-sectional dan partisipan diambil dengan pendekatan seluruh sampel. Beberapa variabel independen dinilai untuk studi. Uji chi-square dipakai dalam menganalisis bivariate, sedangkan regresi logistik dipakai dalam menganalisis multivariate. Hasilnya didapatkan usia (p = 0,001), tingkat pendidikan (p = 0,001), status pekerjaan (p = 0,002), lama menjalani hemodialisis (p=0,000), dan penyakit penyerta (p =0,005). Hasil dari analisis multivariate diketahui bahwa lama pengobatan hemodialisis (OR=8,66), status pekerjaan (OR=5,08), dan tingkat pendidikan (OR=3,67). Kesimpulannya lama menjalani hemodialisis, tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, dan adanya penyakit penyerta berhubungan signifikan dengan kualitas hidup pasien hemodialisis serta lama pengobatan hemodialisis, status pekerjaan dan tingkat pendidikan yang paling berhubungan dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Kata kunci: hemodialisis, kualitas hidup, penyakit ginjal kronik DOI : 10.35990/mk.v7n2.p177-187