Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Transformasi Pada Nilai dan Praktik Pernikahan Adat dalam Perspektif Hukum Adat di Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar dalam Era Modernisasi Hikmah, Meifa Dia; Hasan, Wan Nurhaliza; Fauzi, Hanum Kusuma; Dewi, Tike Murti Sari; Nurahim, Nurahim
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.27340

Abstract

Pernikahan adat di Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki nilai tradisional yang kuat. Namun, arus modernisasi membawa perubahan dalam berbagai aspek masyarakat, termasuk praktik pernikahan adat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi dari informan mengenai transformasi nilai dan praktik pernikahan adat dalam perspektif hukum adat serta bagaimana hukum adat merespons perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam pelaksanaan upacara pernikahan adat mulai dari proses perkenalan hingga tempat pelaksanaan upacara pernikahan yang kini lebih fleksibel menyesuaikan dengan keadaan sosial masa kini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tradisi perkawinan di Kuok tidak sepenuhnya hilang, melainkan bertransformasi dengan esensi yang tetap terjaga yang mencerminkan proses negosiasi antara adat dan modernitas. Meskipun sebagian nilai adat mulai dipraktikkan dengan lebih fleksibel, hukum adat tetap berlaku dengan penegakkan sanksi sosial apabila terjadi pelanggaran.
Lampu Colok sebagai Simbol Identitas Budaya: Studi Antropologis Tentang Keberlanjutan Tradisi di Kabupaten Siak Alparizi, Naufal; Siregar, Farhansyah; Cantika, Mikha Sevti; Dewi, Tike Murti Sari; Rasudin, Nurahim
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.27950

Abstract

Tradisi Lampu Colok di Kabupaten Siak, Riau, merupakan warisan budaya Melayu yang telah ada sejak zaman Kerajaan Siak. Awalnya berupa suluh damar, kemudian berkembang menjadi lampu minyak berbahan bambu yang digunakan khususnya selama bulan Ramadhan untuk menyambut Lailatul Qadar. Penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi ini mengungkap bahwa tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai penerangan, tetapi juga mengandung nilai-nilai religius dan sosial yang memperkuat identitas budaya masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan modernisasi, tradisi ini tetap bertahan melalui peran aktif masyarakat dalam kegiatan gotong royong dan dukungan dari lembaga adat. Keberlanjutan tradisi Lampu Colok di masa depan memerlukan inovasi dalam pelaksanaannya serta upaya pewarisan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Temuan ini menegaskan pentingnya pelestarian tradisi lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.
Tradisi Togak Tonggol dalam Perspektif Antropologi Hukum pada Masyarakat Petalangan dalam Menyambut Ramadan Adelia, Nabila; Dwinov, Keizie Putri; Rasudin, Nurahim; Dewi, Tike Murti Sari
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.28430

Abstract

Tradisi lokal merupakan bagian penting dari sistem budaya yang merepresentasikan nilai, norma, dan identitas suatu komunitas. Tradisi Togak Tonggol dilaksanakan masyarakat adat Petalangan di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, merupakan prosesi adat penegakan tonggol sebagai simbol kehormatan suku menjelang bulan Ramadan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fungsi sosial, makna simbolik, serta bentuk adaptasi tradisi ini dalam konteks modern. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi pustaka dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ini berfungsi sebagai mekanisme hukum adat yang mencerminkan kewajiban sosial, sanksi simbolik, dan hubungan timbal balik dalam masyarakat. Tradisi ini juga mengalami adaptasi melalui pelibatan generasi muda dan dukungan pemerintah. Kesimpulannya, Togak Tonggol memiliki fungsi strategis sebagai instrumen pelestarian nilai adat, penyelesaian konflik sosial, dan penguatan identitas budaya lokal.
Petang Megang dalam Perspektif Antropologi Hukum: Kajian atas Nilai, Makna Sosial, dan Regulasi Tradisi Arianto, Stello Farrel; Ivanne, Adriana; Pesturia, Glori; Rasudin, Nurahim; Dewi, Tike Murti Sari
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.28518

Abstract

Tradisi Petang Megang merupakan warisan budaya masyarakat Melayu di Pekanbaru, Riau, yang dilaksanakan sebagai bentuk penyucian diri menjelang bulan suci Ramadhan. Prosesi ini mencakup kegiatan mandi balimau,yaitu mandi dengan air yang dicampur jeruk limau dan rempah-rempah,serta diiringi dengan berbagai aktivitas sosial dan budaya seperti ziarah makam, pertunjukan seni, dan makan bersama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi partisipatif, di mana para peneliti terlibat dan melihat langsung dalam kegiatan Petang Megang di Pekanbaru. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial dan identitas budaya masyarakat Melayu. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi, Petang Megang tetap dilestarikan sebagai simbol harmonisasi antara adat dan agama dalam kehidupan masyarakat Riau.
Peran Hukum Adat dan Islam dalam Dinamika Sosial Mesjid Raya Pekanbaru: Tinjauan Antropologi Hukum Ramadhani, Suci; Damanik, Anisa Mulyana; Trifanjani, Kencana; Dewi, Tike Murti Sari; Rasudin, Nurahim; Hasibuan, Nabila Shifa Ananta; Verderik, Verryani; Fadly, Najwa Izzatul; Reviadana, Greshanda; Sarijan, Hamid Fadilah; Maulana, Alfath Ridho
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 3 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i3.19547

Abstract

Hukum adat dan hukum Islam saling berinteraksi dalam membentuk norma dan nilai sosial di masyarakat, terutama dalam aspek pernikahan, warisan, dan penyelesaian sengketa. Hukum adat mengatur proses pernikahan, sementara hukum Islam memberikan pedoman syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Dalam penyelesaian sengketa, keduanya mendorong mediasi dan musyawarah, menciptakan mekanisme yang diterima masyarakat. Hukum Islam di Indonesia telah beradaptasi dengan budaya lokal, seperti terlihat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mengintegrasikan elemen hukum adat. Masjid Raya Pekanbaru, sebagai warisan sejarah, berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat budaya, mencerminkan identitas masyarakat Pekanbaru dengan arsitektur yang menggabungkan unsur Melayu dan Timur Tengah. Namun, revitalisasi pada 2009 mengakibatkan hilangnya keaslian bangunannya. Customary law and Islamic law interact closely in shaping social norms and values within society, particularly in areas such as marriage, inheritance, and dispute resolution. Customary law governs the ceremonial processes of marriage, while Islamic law provides guidelines for the essential conditions and legal requirements. In resolving disputes, both systems emphasize mediation and deliberation, fostering mechanisms that are widely accepted by the community. Islamic law in Indonesia has adapted to local cultures, as reflected in the Compilation of Islamic Law (Kompilasi Hukum Islam or KHI), which integrates elements of customary law. The Great Mosque of Pekanbaru, a historical landmark, functions as both a place of worship and a cultural center, representing the identity of the Pekanbaru community through its blend of Malay and Middle Eastern architectural styles. However, a revitalization project in 2009 led to a loss of authenticity in the structure.
Perayaan Hari Raya Enam dalam Perspektif Hukum Adat dan Sosial: Transformasi Pola Interaksi Masyarakat Kabupaten Kampar Elisa Fazira; Amanda, Putri; Saputra, Fadri Dwi; Eldino, Habib Mulia; Fania, Yunita; Ramadhani, Dwi Oktabella; Farizan, M. Ariiq; Azis, Abdul; Dewi, Tike Murti Sari; Rasudin, Nurahim
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 3 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i3.19782

Abstract

Hari Raya Enam atau Aghi Ghayo Onam merupakan tradisi sakral masyarakat Melayu Kampar yang dilaksanakan setiap 8 Syawal setelah puasa sunnah enam hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna, sejarah, dan implementasi tradisi tersebut dalam perspektif hukum adat dan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa Hari Raya Enam melambangkan penghormatan terhadap leluhur, mempererat silaturahmi, serta menjadi simbol sinergi antara nilai Islam dan adat. Hukum adat memainkan peran penting dalam mengatur pelaksanaan tradisi ini secara tertib dan berkesinambungan di tengah arus modernisasi. Hari Raya Enam or Aghi Ghayo Onam is a sacred tradition of the Kampar Malay community held on the 8th of Syawal after six days of Sunnah fasting. This study aims to analyze the meaning, history, and implementation of the tradition from an adat law and social perspective. The research used a qualitative case study approach through participatory observation, in-depth interviews, and documentation studies. The results show that Hari Raya Enam symbolizes ancestral respect, strengthens kinship ties, and represents the harmonious integration of Islamic and local traditions. Adat law plays a vital role in preserving and organizing the tradition in a sustainable and structured way amidst modernization.