Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Tinjauan Literatur: Mekanisme Antibakteri Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) Indah Pratiwi; Diding Pradita; Indah Pertiwi; Yulia Safitri Limbong
Jurnal Indah Sains dan Klinis Vol 6 No 1 (2025): Jurnal Indah Sains dan Klinis
Publisher : Yayasan Penelitian dan Inovasi Sumatera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52622/jisk.v6i1.04

Abstract

Latar Belakang: Infeksi bakteri patogen masih menjadi salah satu tantangan utama dalam dunia kesehatan, apalagi dengan meningkatnya kasus resistensi antibiotik yang membuat pengobatan infeksi semakin sulit. Kondisi ini mendorong para peneliti untuk mencari alternatif lain yang lebih aman, mudah diakses, dan tetap efektif. Salah satu sumber yang kini banyak dilirik adalah tanaman obat, termasuk kulit jeruk purut (Citrus hystrix DC.), yang secara tradisional dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Tujuan: Artikel ini bertujuan untuk meninjau berbagai literatur terkait potensi antibakteri dari ekstrak kulit jeruk purut, termasuk senyawa aktif yang dikandungnya, cara kerjanya terhadap bakteri, serta faktor-faktor yang memengaruhi efektivitasnya. Metode: Proses tinjauan dilakukan dengan mengumpulkan berbagai publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam kurun waktu 2010 hingga 2024, menggunakan database seperti Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect. Literatur dipilih berdasarkan relevansi dengan topik, kualitas publikasi, serta ketersediaan informasi terkait senyawa aktif, aktivitas antibakteri, dan mekanisme kerjanya. Fokus pencarian difokuskan pada kata kunci seperti Citrus hystrix, antibacterial mechanism, phytochemicals, dan natural antimicrobial agents. Hasil: Berbagai sumber yang ditinjau, ditemukan bahwa kulit jeruk purut kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid (naringin, hesperidin, narirutin), minyak atsiri (limonene, citronellal, dan β-pinene), tanin, dan saponin. Senyawa-senyawa ini menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap berbagai jenis bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Cara kerjanya antara lain dengan merusak dinding dan membran sel bakteri, mengganggu sintesis protein dan DNA, serta menghambat kerja enzim yang penting bagi kelangsungan hidup sel bakteri. Aktivitas antibakteri ini juga sangat dipengaruhi oleh metode ekstraksi, jenis pelarut, dan konsentrasi ekstrak yang digunakan. Kesimpulan: Tinjauan ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit jeruk purut punya potensi besar untuk dikembangkan sebagai agen antibakteri alami. Selain relatif aman dan mudah diperoleh, ekstrak ini juga menunjukkan mekanisme kerja yang beragam sehingga berpeluang untuk melawan bakteri yang sudah kebal terhadap antibiotik tertentu. Namun, diperlukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam, terutama untuk memastikan konsistensi senyawa aktifnya, uji keamanan, dan efektivitasnya dalam skala klinis. Dengan pendekatan ilmiah yang tepat, kulit jeruk purut bisa menjadi salah satu solusi alami untuk menghadapi krisis resistensi antibiotik yang sedang kita hadapi saat ini.
SOSIALISASI NANOEMULGEL ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK TEMULAWAK DAN TEMUPUTIH UNTUK MENGATASI INFEKSI MRSA DI DESA PAYAMABAR Diding Pradita; Reza Destri Anggi; Azzura Ligo; Puspita Kusuma Wardani, Dea; Aminah, Nurul
Mejuajua: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2025): Desember 2025
Publisher : Yayasan Penelitian dan Inovasi Sumatera (YPIS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52622/mejuajuajabdimas.v5i2.285

Abstract

Infections caused by Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) remain a major health concern due to their resistance to commonly used antibiotics, driving interest in safe and effective natural-based alternatives. This community service program introduced an antibacterial nanoemulgel formulated from combined extracts of Curcuma xanthorrhiza (temulawak) and Curcuma zedoaria (temu putih) to residents of Paya Mabar Village, Stabat District, Langkat Regency.  The activities included interactive education on the dangers of bacterial resistance, a demonstration of nanoemulgel preparation, and small group discussions to explore participants’ understanding of modern herbal-based treatments. Community members showed strong enthusiasm, reflected in active participation and improved awareness of antibiotic resistance and the potential of local medicinal plants. The outcomes indicated that a combined educational and hands-on approach effectively enhanced public knowledge of infection prevention and encouraged appreciation for natural ingredients as innovative health solutions. The community recognized nanoemulgel as a bridge between traditional wisdom and modern pharmaceutical technology.