Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

First Analysis of the Rehabilitation and Release Facilities for Javan Hawk-eagle (Nisaetus bartelsi Stresemann, 1924) in Indonesia Munawir, Ahmad; Mardiastuti, Ani; Masy’ud, Burhanuddin; Prawiradilaga, Dewi Malia
Media Konservasi Vol. 30 No. 2 (2025): Media Konservasi Vol 30 No 2 May 2025
Publisher : Department of Forest Resources Conservation and Ecotourism - IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/medkon.30.2.222

Abstract

The Javan hawk-eagle (Nisaetus bartelsi Stresemann, 1924), an endangered bird endemic to Java island, faces significant extinction risks due to habitat loss and illegal hunting. To address this, the Javan Hawk-eagle Sanctuary Center (JHESC) was established within Mount Halimun Salak National Park, Bogor Regency, West Java, Indonesia, to support in-situ and ex-situ conservation efforts, focusing on rehabilitation and release. This study observed rehabilitation practices at the centre from April 2022 to March 2023, particularly the adequacy of its facilities and infrastructure regarding cage, feed, and health management. These aspects are essential for rehabilitation success. Based on observations, nine cage types were employed and tailored to specific rehabilitation stages: acceptance, treatment, isolation, pre-training, training, habituation, education, translocation, and hard release. These cages were designed with varying sizes and numbers to fulfil the needs of each stage. The centre's feeding management was supported by a well-organized storage system that maintained feed quality through proper air circulation and cleanliness. The centre consistently supplied three primary feeds: mice (Mus musculus), rats (Rattus norvegicus), and marmots (Cavia porcellus). Comprehensive infrastructure facilitated health management, including an animal clinic, isolation and treatment rooms, an operating room, an examination room, and a laboratory. Additionally, the veterinary medicines were accessible and staffed by qualified veterinarians to ensure the eagles were healthy from arrival to release. These robust facilities and practices can position the centre as a leading example for ex-situ conservation, prioritizing animal welfare while rehabilitating and releasing Javan hawk-eagles, with expectations of further enhancing eagle conservation efforts.
Peran Satwa Peraga dalam Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Terhadap Kegiatan Konservasi Satwa Liar Ar Rasyid, Ulfa Hansri; Masy’ud, Burhanuddin; Sunkar, Arzyana; Umam, Arif Habibal; Muslih, Ali M.; Yanti, Lola Adres
Poltanesa Vol 23 No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : P3KM Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/tanesa.v23i2.1923

Abstract

Berang-berang cakar kecil merupakan salah satu satwa yang dilindungi di Asia. Berang-berang cakar kecil termasuk satwa yang sudah lama dijadikan sebagai satwa peraga di kebun binatang dan akuarium dunia, termasuk di Indonesia. Pengetahuan mengenai berang-berang cakar kecil penting untuk meningkatkan kepedulian dan menghilangkan persepsi negatif terhadap satwaliar ini.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap berang-berang cakar kecil sebagai satwa peraga di Lembaga Konservasi Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 di Kebun Binatang Bandung, Taman Margasatwa Ragunan, dan Gelanggang Samudra Ancol. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara. Kuesioner digunakan untuk menilai 90 data persepsi pengunjung dan dianalisis secara deskriptif. Chi-Square digunakan untuk menganalisis pengetahuan pengunjung tentang keberadaan berang-berang cakar kecil di ketiga lokasi. Tingkat pengetahuan pengunjung tertinggi tentang berang-berang cakar kecil berada di Taman Margasatwa Ragunan (7,83%), selain dipengaruhi oleh pengetahuan dasar, pemahaman pengunjung juga dipengaruhi oleh ketersediaan media interpretasi. Minat pengunjung terhadap peragaan berang-berang cakar kecil masih rendah karena ukuran tubuh satwa yang kecil dan kondisi kandang peraga yang kotor serta jauh dari kesan alami.