Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Hasil Deres Getah Pinus (Pinus merkusii Jung. et de Vriese) Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Di Kabupaten Gayo Lues Pohan, Andi Fauzan R; Jamilah, Maryam; Nurhasanah; Muslih, Ali M.; Siregar, Astri Winda; Misdi; Handayati, Triaty; Hanafi, Ilham
Jurnal Hutan dan Masyarakat VOLUME 16 NO 1, JULI 2024
Publisher : Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/jhm.v16i1.32308

Abstract

There are two types of forest products used by the community, namely wood forest products (HHK) and non-timber forest products (HHBK). Most people use wood forest products because they have a very good selling price. In general, there are three uses for wood, namely: as a basic material for making pulp, building materials and craft materials. Various non-timber forest products also make a big contribution to human life, including: rattan, bamboo, sago, agarwood, pine resin, resin, eucalyptus oil, honey and so on. Pine is one of the Non-Timber Forest Products (NTFPs) which produces wood and sap. The sap from pine trees is in the form of a resinous acid liquid which can be further processed into gondorukem and turpentine which are useful in supporting the cosmetics, medicine and food industries. Pine resin is the result of tapping pine trees. Currently, many people are interested in pine sap tapping activities, including in Tetingi Village. Indirectly, this can be used as a source of income for communities around the forest area. This research aims to find out the level of income of the people in Tetingi Village, Pantan Weather District, Gayo Lues Regency and to find out how much Pine Sap contributes to the income of the people of Tetingi Village, Pantan Weather District, Gayo Lues Regency. The population in the research data collection was 25 pine sap tappers as respondents who carried out observations and direct interviews using a questionnaire which was taken in its entirety. The data analysis used in this research is qualitative and quantitative analysis. The results of this research are that the income of pine sap tappers in Tetingi Village is IDR 85,416,200/year with the cost of pine sap tapping being IDR 6,240,110/year, resulting in a profit of IDR 81,153,450/year which is able to increase the income of the community in Tetingi Village. The average income of pine sap tappers in Tetingi Village is IDR 77,734,580/year, income from other sectors is IDR 60,721,632/year and the average total income of tappers is IDR 139,512,314/year, so that pine sap tapping contributes 61,25
Penanaman Mangrove Sebagai Upaya Penyelamatan Lingkungan di Kawasan Mangrove Park Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh Anhar, Ashabul; Saputra, Danang Agung; Apriadi, Apriadi; Insyafrizal, Insyafrizal; Hanafi, Ilham; Jamilah, Maryam; Yanti, Lola Adres; Ar Rasyid, Ulfa Hansri; Hayati, Durrah; Siregar, Astri Winda; Zuhriansah, Alfi Laila; Rahmah, Hanifa; Prasetyo, Farhan Akmal; Butar-Butar, Ira Asmawar; Muslih, Ali M.
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan dan Lingkungan Vol 3, No 2 (2024): November
Publisher : Magister of Forestry,Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/rdj.v3i2.9903

Abstract

Pemanasan global memberikan banyak dampak negatif bagi kehidupan, gagal panen dalam pertanian merupakan salah satu dampak akibat pemanasan global yang terjadi. Hutan mangrove merupakan salah satu vegetasi khas daerah pesisir pantai yang tumbuh di daerah pasang surut air laut. Mangrove memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, baik langsung maupun tidak langsung. Saat ini hutan mangrove terancam keberadaanya akibat aktivitas manusia seperti alih fungsi hutan mangrove menjadi pemukiman dan pertambakan. peristiwa perubahan iklim yang terjadi menarik perhatian dari semua kalangan lapisan masyarakat mulai dari akademisi, aktivis lingkungan hingga perusahaan-perusahaan besar. Program penanaman mangrove merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam aksi menyelamatkan bumi. Perusahaan besar memiliki tanggung jawaban sosial dan lingkungan sekitar. Melalui program CSR penanaman 1000 batang mangrove merupakan salah upaya PT. Pertamina Patra Niaga dalam upaya menjaga lingkungan. Kegiatan penanaman mangrove ini dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2024 di kawasan Mangrove Park Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh yang dihadiri oleh pihak PT. Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Krueng Raya, Human Initiative Cabang Aceh, Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi Aceh, pemerintahan kecamatan Kuta Alam, Polsek Kuta Alam, Koramil Kuta Alam, Pemuda Peduli Mangrove Kuta Alam (Pemangku), Program Studi Kehutanan USK, BEM FKP USK, HIMASYLVA USK dan Pesantren Baitul Qur’an.  
Penerapan Model Agroforestri Kopi dalam Mendukung Perhutanan Sosial di Desa Bah, Aceh Tengah Muzaifa, Murna; Anhar, Ashabul; Baihaqi, Akhmad; Abubakar, Yusya; Hayati, Durrah; Siregar, Astri Winda; Ar Rasyid, Ulfa Hansri; Jasman, Gita Phonnasari; Farida, Anna; Hanafi, Ilham; Prasetyo, Farhan Akmal; Ramadhan, Ariz Umar; Wagianto, Wagianto; Fardinatri, Intan Diani; Pohan, Andi Fauzan Rakhmadsyah; Karmel, Moehammad Ediyan Raza; Asra, Syafina; Muslih, Ali M.
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan dan Lingkungan Vol 4, No 1 (2025): June
Publisher : Magister of Forestry,Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/rdj.v4i1.11079

Abstract

Pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat menjadi langkah strategis untuk menyelaraskan perlindungan lingkungan dan kesejahteraan ekonomi. Kegiatan ini mengkaji implementasi agroforestri kopi sebagai pendekatan dalam mendukung program perhutanan sosial di Desa Bah, Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Pendekatan partisipatif digunakan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi di lapangan. Hasil menunjukkan bahwa integrasi tanaman kopi dalam sistem agroforestri berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani serta menjaga keberlanjutan fungsi hutan. Model ini mendorong kolaborasi antara petani, pemerintah, dan pendamping lapangan dalam pengelolaan kawasan hutan. Hambatan yang muncul mencakup keterbatasan pengetahuan teknis dan akses pasar, namun dapat diatasi melalui pelatihan dan dukungan kelembagaan. Simpulan dari kegiatan ini menunjukkan bahwa penerapan agroforestri kopi dapat menjadi alternatif solusi dalam penguatan ekonomi masyarakat sekaligus konservasi hutan secara berkelanjutan.