Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Perancangan dan Implementasi Prototipe Sensor Termal Geomarine CTD 1.0 berbasis Arduino untuk Observasi In-situ Lake Surface Water Temperature (LSWT) Hariyanto, Irena Hana; Pratomo, Danar Guruh; Khomsin , Khomsin; Syariz, Muhammad Aldila; Nusantara, Candida; Madani, Marga Putra; Syah , Muhammad Ardian
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1218

Abstract

Parameter suhu permukaan air danau atau Lake Water Surface Temperature (LSWT) merupakan salah satu indikator penting dalam pemantauan lingkungan perairan seperti sebagai parameter perubahan iklim dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia. Berbagai metode dalam penentuan LSWT telah diterapkan namun yang paling representatif adalah pengambilan secara in-situ menggunakan instrumen salah satunya Conductivity, Temperature, Depth (CTD). Faktor ketidakjangkauan harga dari alat tersebut secara komersil menjadi pertimbangan utama dalam penelitian ini. Prototipe yang dihasilkan terdiri atas sensor konduktivitas listrik (prinsip anoda-katoda) dan sensor temperatur dengan basis microcontroller Arduino Mega. Dengan mempertimbangkan studi kasus LSWT, maka penelitian ini dibatasi pada penggunaan sensor temperatur. Proses uji korelasi dan validasi juga telah dilakukan dengan mengacu pada instrumen CTD komersil yang telah diketaui tingkat akurasinya. Pengambilan data lapangan tersebut dilaksanakan di Waduk Selorejo, Kabupaten Malang. Nilai temperatur antara prototipe dan CTD komersil memiliki rata-rata selisih absolut sebesar 0,12°C. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tingkat hubungan bacaan protipe dengan data validasi berkorelasi kuat (95,9%). Selain itu pada uji validasi menggunakan nilai Root Mean Square Error (RMSE) menunjukkan bahwa hasil bacaan sensor temperatur pada prototipe memiliki penyimpangan sebesar 0,308°C sehingga dapat dikategorikan rendah. Oleh karena itu, prototipe ini dapat digunakan untuk aplikasi in-situ LSWT. Namun demikian, pengembangan produk dari prototipe ini tetap dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi dan mengurangi ketergantungan terhadap instrumen lainnya.
ANALISA VARIASI MUKA LAUT RERATA SISTEM DOODSOON ROOSSTER (METODE ADMIRALTY) PENGAMATAN 39 JAM Suyanto, Suyanto; Khomsin , Khomsin
GEOID Vol. 4 No. 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v4i1.1254

Abstract

KAJIAN BERBAGAI MACAM CITRA SATELIT TERHADAP SKALA PETA (PLANIMETRIS) Arimbawa , I. K.; Khomsin , Khomsin
GEOID Vol. 5 No. 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v5i1.1284

Abstract

Skala adalah perbandingan antara suatu jarak diatas peta dengan jarak yang sama diatas permukaan Bumi. Pemilihan penggunaan citra satelit dalam pemetaan sangatlah bergantung dari skala yang akan dihasilkan citra satelit tersebut. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji planimetris yang dilakukan terhadap berbagai macam citra satelit tersebut dengan cara membandingkan jarak di citra dengan jarak sebenarnya dilapangan untuk mendapatkan skala peta yang optimal dari tiap citra satelit itu sendiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa citra satelit Quickbird dengan resolusi 0,58 m dapat dipergunakan hingga skala 1:1000, citra IKONOS resolusi 4 m dengan skala 1:5000, citra Aster resolusi 15 m dengan skala 1:20000, citra SPOT resolusi 20 m dengan skala 1:25000 dan citra Landsat resolusi 30 m bisa mencapai skala 1:50000  
KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL TAMBANG BATUBARA Ariffianto, Putra Nur; Khomsin , Khomsin; Rohman , Fathur
GEOID Vol. 5 No. 2 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v5i2.1300

Abstract

Tugas survey tambang dalam pelaksanaan eksplorasi batubara adalah melaksanakan penempatan titik bor di lapangan dan menghitung volume pemindahan tanah penutup batubara. Maka, data topografi awal diperlukan dalam kegiatan tersebut. Idealnya, data pada peta topografi hutan dan data situasi original tambang batubara merupakan permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya terdapat perbedaan tinggi permukaan antara kedua data tersebut. Oleh sebab itu, penentuan kedalaman titik bor di lahan original akan berbeda dengan data pada peta topografi, dan jika digunakan untuk penghitungan volume tanah penutup juga mengalami perbedaan. Dalam penelitian ini, hasil kajian deviasi berupa penghitungan nilai selisih elevasi rata-rata antara data topografi hutan dengan data situasi original tambang di areal Pit T LMO (Lati Mine Operation) adalah sebesar 1,869 m dengan kemiringan lereng rata-rata sebesar 13,3 % yang terdiri atas tiga blok, yaitu : Blok T5, T6, dan T7. Sebagian besar permukaan topografi hutan berada di bawah permukaan lahan original di semua blok dengan prosentase 73 % (T5), 69,3 % (T6), dan 79 % (T7). Jumlah prosentase penyimpangan elevasi di luar batas deviasi biasa dari luas daerah untuk setiap blok di areal Pit T LMO adalah : Blok T5 (28%), T6 (41,6%), T7 (49,4%).
EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT Yoga, Felik Dwi; Khomsin , Khomsin
GEOID Vol. 8 No. 2 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v8i2.1375

Abstract

Kabupaten Jember memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak, seperti wisata pegunungan ataupun wisata pantainya. Hal ini mengakibatkan banyaknya objek-objek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Salah satu wisata yang akan dikembangkan dalam kepariwisataannya saat ini oleh pemerintah daerah yaitu Desa Kemuninglor. Desa ini terletak di daerah perbukitan dan memiliki panorama alam yang cukup menarik. Dalam perkembangannya, diperlukan evaluasi kemampuan lahan untuk mengetahui upaya pemanfaatan sumberdaya lahan sesuai dengan potensinya.Dalam penelitian ini digunakan parameter fisik lahan yaitu tutupan lahan, kemiringan lereng,kenampakan erosi, jenis tanah, dan drainase untuk mengetahui kemampuan lahan dalam mendukung pengembangan pariwisata di Desa Kemuninglor. Data yang digunakan adalah data citra ASTER tahun 2008 dan peta tematik DAS Bedadung tahun 2009, khususnya peta erosi, peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta curah hujan. Metode yang digunakan dengan menginterpretasi citra satelit dan pengamatan lapangan yang didasarkan pada analisis keruangan beserta penggabungan tumpang susun peta (overlay). Unit lahan digunakan sebagai satuan pemetaan untuk mengetahui kemampuan lahan untuk pariwisata dengan Metode skoring.Dari hasil penelitian didapatkan gambaran wilayah yang akan dilakukan pengembangan pariwisata. Kelas kemampuan lahan untuk daerah penelitian ini : kelas II dengan luas area 45,98 Ha, kelas III dengan luas area 992,47 Ha dan kelas IV dengan luas area 64,91 Ha. Untuk hasil evaluasi kemampuan lahan yang mendukung untuk pengembangan pariwisata terdapat di sebagian besar dusun Rayap karena memiliki daya dukung baik serta terdapat area tutupan lahan yang sebagian besar berupa perkebunan dan lahan kosong.
STUDI ANALISIS VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN UAP AIR MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS Bamahry, Fikri; Khomsin , Khomsin; Susilo , Susilo; Efendi, Joni
GEOID Vol. 9 No. 1 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v9i1.1398

Abstract

Pengamatan kandungan uap air yang teliti di atmosfer masih menjadi pekerjaan yang belum terselesaikan oleh para peneliti atmosfer. Dikarenakan pergerakan kandungan uap air yang cepat baik temporal maupun spasialnya di atmosfer, pengamatan kandungan uap air yang akurat sangat sulit dilakukan. Global Positioning System atau yang lebih dikenal dengan sebutan GPS telah menawarkan metode baru untuk kandungan uap air yang ada di atmosfer secara akurat. Dengan memanfaatan hitungan estimasi perlambatan dan pembelokan sinyal GPS di lapisan troposfer serta dilengkapi dengan data pengukuran meteorologi permukaan, kita dapat mengetahui berapa kandungan uap air yang ada di atmosfer dengan akurat. Pada penelitian ini digunakan 8 (delapan) stasiun GPS CORS Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mengestimasi kandungan uap air di sekitar wilayah lokasi penelitian, diantara lain: Tuban, Lamongan, Mojokerto, Surabaya, Nganjuk, Malang, Pasuruan, dan Sampang. Zenith Tropospheric Delay (ZTD) yang diestimasi dari pengamatan GPS ini diekstraksi menjadi kandungan uap air menggunkan data meteorologi permukaan. Data kandungan uap air yang didapatkan dari pengamatan GPS di Surabaya memiliki korelasi yang baik dengan hasil pengamatan meteorologi konvensial, yaitu balon radiosonde. Dengan nilai bias 0,761 mm dan korelasi 98,3%, perbandingan data tersebut dapat dikatakan baik. Dari hasil plotting grafik variasi temporal, didapatkan informasi bahwa rerata kandungan uap air bulanan pada musim kemarau (Mei – Oktober 2012) berada antara 20 – 45 mm, sedangkan pada musim hujan (November-April 2012) berada antara 45 – 65 mm. Baik dari grafik variasi temporal kandungan uap air dan hasil penggambaran variasi spasial didapatkan informasi bahwa bulan terkering pada tahun 2012 adalah bulan Agustus, dan bulan terbasah pada tahun 2012 adalah bulan Januari. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh siklus Monsoon Asia-Australia yang mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia.