Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Aplikasi Teknologi Multibeam Echosounder dalam Penentuan Kedalaman dan Jenis Sedimen Waduk Selorejo guna Menunjang Aktivitas Perikanan Masyarakat Pribadi, Cherie Bhekti; Hariyanto, Teguh; Yuwono; Pratomo, Danar Guruh; Khomsin; Cahyono, Agung Budi; Hayati, Noorlaila; Bioresita, Filsa; Hariyanto, Irena Hana; Syariz, Muhammad Aldila
Sewagati Vol 8 No 4 (2024)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v8i4.1215

Abstract

Waduk Selorejo merupakan salah satu waduk yang berfungsi sebagai sumber air baku, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, dan wisata. Keberadaaan waduk tersebut menjadi sumber mata pencaharian bagi beberapa penduduk disekitarnya. Proses identifikasi kondisi dasar perairan waduk dilakukan guna memperoleh informasi berupa kondisi kedalaman perairan dan jenis sedimentasi pada Waduk Selorejo, hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dalam melakukan proses penangkapan ikan di waduk tersebut. Data backscatter digunakan untuk klasifikasi sedimen dan deteksi objek di dasar perairan. Nilai backscatter dapat menggambarkan kondisi sedimen di dasar perairan, termasuk ukuran butir dari sedimen dasar perairan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data backscatter adalah Angular Response Analysis (ARA). Metode ini memanfaatkan variasi nilai backscatter terhadap sudut insiden gelombang akustik. Hasil pengolahan data mosaic backscatter menunjukkan intensitas yang bervariasi di berbagai area waduk, dengan intensitas tinggi di sisi barat dan intensitas rendah di sisi timur dengan rerata nilai intesitas total adalah sekitar -60 dB. Hasil intensitas pemukaan dasar perairan tersebut menunjukkan bahwa dominasi jenis sedimen di Waduk Selorejo adalah clay atau tanah liat.
Estimasi Arus Geostropik di Perairan Indonesia Bagian Timur dengan Menggunakan Satelit Altimetri Handoko, Eko Yuli; Syariz, Muhammad Aldila; Mahdyah, Arina
Jurnal Kelautan Vol 17, No 2: Agustus (2024)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v17i2.21511

Abstract

ABSTRAKLetak Indonesia yang berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadi jalur utama transportasi massa air dari Pasifik menuju Hindia juga menjadi tempat bercampurnya massa air dengan karakteristik yang berbeda. Pergerakan arus dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melewati perairan Indonesia Timur dikenal dengan Indonesian Trough Flow. Arus geostropik yang merupakan komponen penting dari sirkulasi samudera penting di perairan Indonesia bagian timur yang meliputi Laut Banda, Laut Arafura, Laut Timor, Laut Halmahera, dan Laut Sulawesi. Satelit Altimetri adalah teknik penginderaan jauh untuk memantau ketinggian permukaan laut, telah menawarkan wawasan penting ke dalam interaksi antara arus geostropik dan penentuan cuaca karena adanya interaksi laut dengan atmosfer. Tujuan dari penelitian  ini adalah untuk mengevaluasi sirkulasi geostropik di perairan Indonesia Timur dengan menggunakan data satelit altimetri Jason-3 dan Sentinel-3 selama 2016-2021. Penentuan arus geostropik dilakukan dengan metode numerikal menggunakan persamaan Stewart yang memanfaatkan nilai Dynamic Ocean Topography dari data altimetri sehingga diperoleh komponen arus zonal dan arus meridional. Dari perhitungan korelasi antara Dynamic Ocean Topography dan Indeks Multivariate ENSO (MEI) Index diperoleh koefisien -0,8176 (memiliki hubungan sangat kuat tetapi berkebalikan) sedangkan untuk arus zonal dengan indeks angin muson diperoleh -0,2312 untuk Australian Monsoon Index dan 0,4472 untuk Western North Pasific Monsoon Index.Kata Kunci: Arus geostropik, Dynamic Ocean Topography, Satelit AltimetriABSTRACTThe location of Indonesia, which is between the Pacific and Indian Ocean, is the only route for air mass transportation from the Pacific to the Indian Ocean. It is also a place where water masses with different characteristics mix. The movement of currents from the Pacific Ocean to the Indian Ocean through East Indonesian waters is known as the Indonesian Trough Flow. Geotropic currents which are an important component of important ocean circulation in eastern Indonesian waters which include the Banda Sea, Arafura Sea, Timor Sea, Halmahera Sea and Celebes Sea. Satellite altimetry, a remote sensing technique for monitoring sea level elevation, has offered important insights into the interaction between geotropic currents and weather due to the interaction of the ocean with the atmosphere. The purpose of this work is to investigate and evaluate the geotropic circulation in East Indonesian waters using data from the Jason-3 and Sentinel-3 altimetry satellites during 2016-2021. The handling of geostrophic currents is carried out by a numerical method using the Stewart equation which utilizes Dynamic Ocean Topography values from altimetry data so that the components of zonal and meridional currents are obtained. From the calculation of the correlation on the Dynamic OCean Topography and the Multivariate ENSO Index, a coefficient of -0.8176 is obtained, while for zonal currents with a monsoon index, it is -0.2312 for the Australian Monsoon Index and 0.4472 for the Western North Pacific Monsoon Index.Keywords: Geotropic currents, Dynamic Ocean Topography, Altimetry Satellites
PERBANDINGAN KOMPONEN PASANG SURUT YANG DIPEROLEH MELALUI PENGUKURAN TIDE GAUGE DAN SATELIT ALTIMETRI Handoko, Eko Yuli; Syariz, Muhammad Aldila; Ashiddiqi, Muhammad Hanan
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 15 No 1 (2024): FEBRUARI 2024
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24319/jtpk.15.79-91

Abstract

Tidal variations, which result from the gravitational forces imposed by celestial bodies such as the sun and moon on the earth's masses of water, exhibit recurring alterations in the levels of the oceans. The conventional approach for monitoring tides entails the use of tidal gauges, however, satellite altimetry offers an alternate means of measurement. Tide gauges provide accurate measurements, albeit their effectiveness is contingent upon their specific geographical placement. On the other hand, altimetry satellites provide worldwide coverage, but with less temporal resolution. A least squares harmonic analysis is employed to examine tidal components using altimetry satellites. Nevertheless, this approach has a diminished temporal resolution in comparison to tide gauges. The present work aims to extract sea surface height data of the Jason-3 altimetry satellites to estimate sea surface heights, and subsequently compares these estimates with human tidal gauge readings. The study centers on the measuring of amplitude and phase of individual tidal components. The findings of this study reveal that the K1 tidal component demonstrates the biggest average difference, as measured by the root mean square error (RMSE), with a value of 0.360 m.
STUDI AWAL VISUALISASI DAN AKURASI GEOMETRI MODEL 3 DIMENSI PADA TEXTURELESS-OBJECT Qoyimah, Shofiyatul; Firdaus, Hana Sugiastu; Syariz, Muhammad Aldila
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 7, No 2 (2024): Volume 07 Issue 02 Year 2024
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/elipsoida.2024.24835

Abstract

Dalam rekonstruksi objek 3 dimensi, metode fotogrametri berbasis Structure from Motion mampu memberikan akurasi geometri yang tinggi. Akan tetapi, kinerja metode ini dipengaruhi oleh kondisi kekasaran permukaan objek serta membutuhkan waktu pemrosesan yang lama dan ruang penyimpanan yang besar. Metode Gaussian Splatting hadir dengan keunggulan pada kecepatan proses rendering dan visualisasi model 3 dimensi pada objek yang bersifat textureless (kekasaran permukaan yang rendah). Di balik keunggulannya, masih terdapat pertanyaan mengenai seberapa akurat metode ini dalam memberikan informasi mengenai ukuran (metrik) model yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua metode tersebut dalam rekonstruksi objek yang bersifat textureless yang direpresentasikan oleh papan kayu. Analisa model 3 dimensi berfokus pada visualisasi berdasar 7 kunci interpretasi, serta akurasi geometri berdasar nilai Root Mean Square Error dari Independent Check Point. Skala Level of Accuracy  juga ditinjau untuk melihat tingkat kedetilan dari model yang dihasilkan. Secara visual, model 3 dimensi dari metode Gaussian Splatting  dinilai lebih unggul dan mampu membentuk objek texture-less dengan baik dan detail. Begitu juga dari segi performa pemrosesan model, metode ini mampu membentuk model dengan lebih cepat dan memori yang lebih sedikit. Dalam hal akurasi geometri, metode fotogrametri berbasis SfM mampu menghasilkan model 3D lebih akurat dengan nilai RMSE terkecil sebesar 0.748 mm dan 0.569 mm pada arah horizontal dan vertikal secara berurutan.
SIJAGUNG : Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Berbasis Web untuk Rantai Produksi Jagung (Lokasi : Desa Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur) Maulida, Putra; Nurwatik, Nurwatik; Hariyanto, Irena Hana; Syariz, Muhammad Aldila; Hidayat, Husnul; Irbah, Nafisatus Sania; Nusantara, Candida Aulia De Silva; Kurniawan, Akbar; Tjahjaningrum, Indah Trisnawati Dwi; Muryono, Mukhammad; Mukmin, Muchammad Faisal
Sewagati Vol 9 No 3 (2025)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v9i3.2405

Abstract

Jagung merupakan komoditas pertanian strategis masa depan penghasil karbohidrat. Seiring peningkatan populasi global, permintaan jagung baik untuk pangan maupun pakan terus meningkat. Jagung sebagai pangan strategis menjadi salah satu bahan yang harus diberikan atensi lebih. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Timur merupakan provinsi dengan luas pertanian jagung terbesar di Indonesia yaitu 735.054 ha pada tahun 2024. Kabupaten Ponorogo sebagai salah satu penghasil jagung di Jawa Timur, terbilang masih sangat terbatas dibandingkan kabupaten lainnya yang mencapai 3-4 kalinya. Salah satu faktor penting dalam produksi jagung adalah proses end products dan jaringan pemasarannya. Distribusi jagung di Ponorogo masih bergantung pada tengkulak, yang mengakibatkan rendahnya harga jual produksi jagung dari petani. Solusi yang dilakukan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah membuat sistem informasi pertanian berbasis WebGIS untuk mendukung produksi dan distribusi jagung. Platform ini memungkinkan petani memasarkan hasil panen secara online dan konsumen membeli dengan harga yang adil. Selain itu, platform ini akan menyediakan informasi pemetaan jagung, termasuk kesehatan tanaman, prediksi produksi, dan analisis citra satelit. Kegiatan pengabdian masyarakat ini mencakup survei lapangan dengan UAV dan wawancara petani, didukung citra satelit untuk klasifikasi lahan jagung serta data sekunder seperti produksi, peta lahan, dan sumber daya terkait. Hasil akhirnya adalah platform sistem informasi pertanian untuk mendukung produktivitas jagung di Ponorogo dan wilayah lainnya.
Perancangan dan Implementasi Prototipe Sensor Termal Geomarine CTD 1.0 berbasis Arduino untuk Observasi In-situ Lake Surface Water Temperature (LSWT) Hariyanto, Irena Hana; Pratomo, Danar Guruh; Khomsin , Khomsin; Syariz, Muhammad Aldila; Nusantara, Candida; Madani, Marga Putra; Syah , Muhammad Ardian
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1218

Abstract

Parameter suhu permukaan air danau atau Lake Water Surface Temperature (LSWT) merupakan salah satu indikator penting dalam pemantauan lingkungan perairan seperti sebagai parameter perubahan iklim dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia. Berbagai metode dalam penentuan LSWT telah diterapkan namun yang paling representatif adalah pengambilan secara in-situ menggunakan instrumen salah satunya Conductivity, Temperature, Depth (CTD). Faktor ketidakjangkauan harga dari alat tersebut secara komersil menjadi pertimbangan utama dalam penelitian ini. Prototipe yang dihasilkan terdiri atas sensor konduktivitas listrik (prinsip anoda-katoda) dan sensor temperatur dengan basis microcontroller Arduino Mega. Dengan mempertimbangkan studi kasus LSWT, maka penelitian ini dibatasi pada penggunaan sensor temperatur. Proses uji korelasi dan validasi juga telah dilakukan dengan mengacu pada instrumen CTD komersil yang telah diketaui tingkat akurasinya. Pengambilan data lapangan tersebut dilaksanakan di Waduk Selorejo, Kabupaten Malang. Nilai temperatur antara prototipe dan CTD komersil memiliki rata-rata selisih absolut sebesar 0,12°C. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tingkat hubungan bacaan protipe dengan data validasi berkorelasi kuat (95,9%). Selain itu pada uji validasi menggunakan nilai Root Mean Square Error (RMSE) menunjukkan bahwa hasil bacaan sensor temperatur pada prototipe memiliki penyimpangan sebesar 0,308°C sehingga dapat dikategorikan rendah. Oleh karena itu, prototipe ini dapat digunakan untuk aplikasi in-situ LSWT. Namun demikian, pengembangan produk dari prototipe ini tetap dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi dan mengurangi ketergantungan terhadap instrumen lainnya.
Estimasi Sea Surface Topography Menggunakan Data Satelit Altimetri di Laut Indonesia Timur Periode 2016-2021 Syariz, Muhammad Aldila; Handoko, Eko Yuli; Wenda , Pratama Janur
GEOID Vol. 19 No. 1 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sea surface topography adalah penyimpangan permukaan laut dari referensi geoid, yang dipengaruhi oleh berbagai parameter, termasuk undulasi, sea surface height, dan pasang surut. Pengukuran sea surface topography sangat penting dilakukan untuk memahami dinamika laut. Salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika laut adalah arus lintas indonesia. Arus lintas Indonesia adalah aliran masa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Aliran tersebut disebabkan oleh perbedaan tekanan antara dua Samudra tersebut. Tujuan studi ini adalah untuk memberikan informasi tentang sea surface topography di kawasan Laut Indonesia Timur selama periode tahun 2016-2021, serta korelasinya dengan fenomena ENSO yang diperlukan untuk berbagai aplikasi kelautan. Pendekatan ini melibatkan pemrosesan dan analisis data Satelit Altimetri Sentinel-3 dan Jason-3 yang memberikan pengukuran ketinggian permukaan laut yang tepat. Nilai rata-rata sea surface topography dari tahun 2016 hingga 2021 berkisar antara 1,05m hingga 1,30m. Niali sea surface topography cenderung tinggi terjadi ketika muson barat dan lebih rendah terjadi saat muson timur. Untuk akurasi hasil pengolahan, digunakan data tahun 2016-2021 sebagai data training dan tahun 2021 sebagai data uji. Didapatkan nilai root mean square error yaitu 0,064 m. Perubahan nilai sea surface topography cenderung naik setiap tahun, kecuali tahun 2019. Penurunan yang terjadi di tahun 2019 disebabkan oleh fenomena ENSO yang memiliki pengaruh sebesar -0,807 terhadap sea surface topography dengan korelasi terbalik. Temuan penelitian ini memberikan detail penting tentang topografi permukaan laut di Perairan Indonesia Bagian Timur, yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang dinamika lautan
Variasi Klorofil-a di Perairan Sekitar Laut Jawa, Laut Flores, dan Selat Makassar Handoko, Eko Yuli; Syariz, Muhammad Aldila; Hanansyah, Megivareza Putri
GEOID Vol. 19 No. 3 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i3.1867

Abstract

Laut Jawa, Flores, dan Selat Makassar merupakan daerah pertemuan massa air dan juga merupakan salah satu titik masuk Arus Lintas Indonesia. Massa air tawar dari Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui Selat Makassar. Tidak hanya itu, wilayah maritim Indonesia dipengaruhi oleh Muson Asia-Australia yang mempengaruhi produktivitas primer di perairan, ditunjukkan dengan variasi klorofil-a. Maka dari itu, perlunya pemahaman tentang dinamika klorofil-a untuk penentuan strategi pengelolaan ekosistem laut yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variasi klorofil-a di perairan sekitar Laut Jawa, Flores, dan Selat Makassar, serta hubungannya dengan suhu dan salinitas dari tahun 2016-2023. Penelitian ini menggunakan data klorofil-a yang dikumpulkan dari sensor Ocean and Land Color Instrument dari Sentinel-3. Data klorofil-a berasal dari perhitungan algoritma Ocean Color 4 for MERIS untuk jenis perairan case-1. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa konsentrasi klorofil-a cenderung tinggi saat periode muson barat bersamaan dengan datangnya musim hujan yang meningkatkan limpasan air sungai. Sebaliknya, konsentrasi klorofil-a di perairan Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara cenderung tinggi saat muson timur diikuti dengan penurunan Suhu Permukaan Laut dan kenaikan salinitas permukaan. Pada tahun 2018 dan 2019, terjadinya fenomena El Niño bersamaan dengan fase positif Indian Ocean Dipole mendorong peningkatan klorofil-a. Rata-rata klorofil-a sepanjang tahun 2018 hingga 2019 mencapai 0,71 di Laut Flores dan Selat Makassar, serta 0,73 di Laut Jawa. Penelitian lebih lanjut dengan rentang temporal klorofil-a yang lebih panjang diperlukan agar pengaruh fenomena global dapat terlihat lebih jelas.