Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MAKANAN TRADISIONAL BATAK TOBA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Samuel Nugraha Cristy; Chunliu, Liao; Mulyadi
Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Vol. 14 No. 1 (2024): Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Publisher : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/literasi.v14i1.11391

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kategorisasi dan makna makanan tradisional dalam bahasa Batak Toba. Data yang digunakan adalah data lisan dan data tulis. Data dikumpulkan menggunakan metode simak dan metode cakap. Data dikumpulkan berdasarkan beberapa kategori yaitu bahan, bentuk, ukuran, penampilan dan tujuan. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih untuk mengidentifikasi butir leksikal yang tergolong makanan tradisional untuk menetapkan kategorisasinya. Selanjutnya data dianalisis menggunakan teori metabahasa semantik alami. Teori MSA digunakan untuk menganalisis komponen makna secara rinci melalui teknik parafrase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan tradisional Batak Toba dikategorikan atas: (1) makanan tradisional pada peristiwa khusus / upacara-upacara (dekke arsik, saksang, lapet, dekke antinombur, itak gurgur, dekke naniura, manuk napinadar, itak hinopingan) dan (2) makanan tradisional untuk konsumsi sehari-hari (mi gomak, sasagun). Makna makanan tradisional Batak Toba dibentuk oleh elemen-elemen asali, yaitu SESUATU, ADA, KARENA SESEORANG, INGIN dengan komponen makna “Makanan [M] ini ada karena seseorang membuatnya”.
MAKNA SEMIOTIKA PERANGKAT ADAT DALAM TRADISI MARPEGE-PEGE PADA MASYARAKAT BATAK ANGKOLA PADANGSIDIMPUAN Sandra Hasibuan, Alika; Samuel Nugraha Cristy; Br. Perangin-angin, Alemina; Chunliu, Liao
Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Vol. 14 No. 1 (2024): Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Publisher : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/literasi.v14i1.11400

Abstract

This research aims to determine the semiotic meaning of traditional devices in the ‘marpege-pege’ tradition in the Padangsidimpuan Batak Angkola. The method used in this research is the ethnographic method as determined by Spradley. Data was obtained through in-depth interviews with elements of society and “suhut” the elements or parties holding the event. The data analysis method used is de Sausure analysis (1859) by interpreting two dichotomies: signifier and signified. The results of his research show that there are 6 traditional devices that support the traditional “marpege-pege” procession. The semiotic meanings contained in the 6 traditional devices are “amak lappisan” which means a special seat, namely an entity that has a high position, “pinggan godang” and “haronduk” which means a respect, “Sipulut” (sticky rice) and “inti” (coconut mixed with brown sugar) which means to tighten. The relationship between the entities in the “marpege-pege” tradition, “Burangir” (betel), “soda”, “pining” (betel nuts) and “gambir” means a form of gratitude, “timbako” (tobacco) or (cigarette) has the meaning as a form of appreciation for community leaders who have present at traditional processions and “Abit” (cloth) has a simple meaning.
The Comparison of Verb Affixations Contrastive between Batak Toba and Indonesia Language Cristy, Samuel Nugraha; Lubis, Fadda Helmi Attarmy; Chunliu, Liao
Tradition and Modernity of Humanity Vol. 3 No. 1 (2023): January
Publisher : TALENTA Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/tmh.v3i1.11448

Abstract

This study aims to contrast the verbs affixation between Batak Toba and Indonesia language to find more clearly the similarities and differences between the two languages. The problem studied is the verb affixation between Batak Toba and Indonesia language. The research method used is descriptive qualitative, using observation and note-taking techniques. The method in this study uses advanced techniques in the form of note-taking techniques. The note-taking technique is used as a data collection technique. The note-taking technique involves using written language to note several forms relevant to research. This research used written data from books and various sources discussing Batak Toba's grammar.