Ach Badri Amien
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Islam Indonesia Pluralitas Aliran Dan Paradigma Normatif-Historis Alfanny, M. Sa'ad; Sirojuddin, Ahmad Sholihin; Kamal Yusuf; Nur Tamimah; Ach Badri Amien
AL-Ikhtiar : Jurnal Studi Islam Vol. 2 No. 3 (2025): AL-Ikhtiar : Jurnal Studi Islam
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/3dtx3956

Abstract

Indonesia as a country with religious and cultural plurality presents complex dynamics in the development of Islamic sects. This diversity poses challenges in understanding the changes and sustainability of religious sects holistically. This article examines the normative-historical paradigm as a new approach that integrates the dimensions of religious norms and historical context in the study of Indonesian Islamic sects. The research method used is a literature review with a comparative approach that analyses Islamic literature, historical documents, and the results of previous research on traditionalist, modernist, and contemporary sects. The results of the discussion show that the normative-historical paradigm is able to bridge the tension between normative religious teachings and dynamic socio-historical reality, thus providing a richer understanding of the process of transformation and sustainability of Islamic sects. This paradigm not only helps identify internal and external factors that influence sect change, but also emphasises the importance of accommodating plurality within an inclusive religious framework. Thus, the normative-historical paradigm offers a significant contribution in strengthening the study of Indonesian Islam in an increasingly complex and diverse contemporary era. Abstrak Indonesia sebagai negara dengan pluralitas agama dan budaya menghadirkan dinamika kompleks dalam perkembangan aliran-aliran Islam. Keberagaman ini menimbulkan tantangan dalam memahami perubahan dan keberlanjutan aliran keagamaan secara holistik. Artikel ini mengkaji paradigma normatif-historis sebagai pendekatan baru yang mengintegrasikan dimensi norma keagamaan dan konteks historis dalam studi aliran Islam Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka dengan pendekatan komparatif yang menganalisis literatur keislaman, dokumen sejarah, dan hasil penelitian terdahulu tentang aliran tradisionalis, modernis, dan kontemporer. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa paradigma normatif-historis mampu menjembatani ketegangan antara ajaran agama yang bersifat normatif dengan realitas sosial-historis yang dinamis, sehingga memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang proses transformasi dan keberlanjutan aliran-aliran Islam. Paradigma ini tidak hanya membantu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perubahan aliran, tetapi juga menegaskan pentingnya mengakomodasi pluralitas dalam kerangka keagamaan yang inklusif. Dengan demikian, paradigma normatif-historis menawarkan kontribusi signifikan dalam memperkuat kajian Islam Indonesia di era kontemporer yang semakin kompleks dan beragam. 
Tradisionalisme Dalam Pemikiran Aliran Islam Nahdlatul Wathan Dan Nahdlatul Ulama Ach Badri Amien; M. Sa’ad Alfanny; Kamal Yusuf; Musdalifa
AL-Ikhtiar : Jurnal Studi Islam Vol. 2 No. 3 (2025): AL-Ikhtiar : Jurnal Studi Islam
Publisher : 4

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71242/6wmxcf53

Abstract

The diversity of Islamic schools in Indonesia reflects the principle of rahmatan li al-'Ālamīn. Among the schools based on the teachings of Ahlus Sunnah wal Jama'ah are Nahdlatul Wathan (NW) and Nahdlatul Ulama (NU). Both have different views on traditionalism in introducing Islam comprehensively. This study aims to analyze the understanding and application of traditionalism by NW and NU in religious, social, and educational aspects, as well as identify similarities and differences in approaches. The method used is descriptive qualitative with a literature approach through scientific sources such as books, journals, and thesis. The results of the study show that NW and NU are both committed to maintaining Islamic values based on the Qur'an, As-Sunnah, and the ijtihad of classical scholars. Both integrate local Islamic values in social and educational practices, including through pesantren. The main difference lies in the focus of da'wah: NW emphasizes more on education and the preservation of local Islam, while NU is broader in the preservation of Islamic traditions. Although they have different approaches, both play an active role as agents of change in the development of the people and nation through relevant socio-economic programs. Thus, NW and NU are not only preserving traditions, but also motorizing inclusive and sustainable development. Abstrak Keberagaman aliran Islam di Indonesia mencerminkan prinsip rahmatan li al-‘Ālamīn. Di antara aliran yang berlandaskan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah Nahdlatul Wathan (NW) dan Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya memiliki pandangan tradisionalisme yang berbeda dalam memperkenalkan Islam secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman dan penerapan tradisionalisme oleh NW dan NU dalam aspek keagamaan, sosial, dan pendidikan, serta mengidentifikasi persamaan dan perbedaan pendekatannya. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan melalui sumber-sumber ilmiah seperti buku, jurnal, dan skripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NW dan NU sama-sama berkomitmen mempertahankan nilai Islam berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijtihad ulama klasik. Keduanya mengintegrasikan nilai-nilai Islam lokal dalam praktik sosial dan pendidikan, termasuk melalui pesantren. Perbedaan utama terletak pada fokus dakwah: NW lebih menekankan pendidikan dan pelestarian Islam lokal, sedangkan NU lebih luas dalam pelestarian tradisi Islam. Meski berbeda pendekatan, keduanya berperan aktif sebagai agen perubahan dalam pembangunan umat dan bangsa melalui program sosial-ekonomi yang relevan. Dengan demikian, NW dan NU bukan hanya pelestari tradisi, tetapi juga motor pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.