The diversity of Islamic schools in Indonesia reflects the principle of rahmatan li al-'Ālamīn. Among the schools based on the teachings of Ahlus Sunnah wal Jama'ah are Nahdlatul Wathan (NW) and Nahdlatul Ulama (NU). Both have different views on traditionalism in introducing Islam comprehensively. This study aims to analyze the understanding and application of traditionalism by NW and NU in religious, social, and educational aspects, as well as identify similarities and differences in approaches. The method used is descriptive qualitative with a literature approach through scientific sources such as books, journals, and thesis. The results of the study show that NW and NU are both committed to maintaining Islamic values based on the Qur'an, As-Sunnah, and the ijtihad of classical scholars. Both integrate local Islamic values in social and educational practices, including through pesantren. The main difference lies in the focus of da'wah: NW emphasizes more on education and the preservation of local Islam, while NU is broader in the preservation of Islamic traditions. Although they have different approaches, both play an active role as agents of change in the development of the people and nation through relevant socio-economic programs. Thus, NW and NU are not only preserving traditions, but also motorizing inclusive and sustainable development. Abstrak Keberagaman aliran Islam di Indonesia mencerminkan prinsip rahmatan li al-‘Ālamīn. Di antara aliran yang berlandaskan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah Nahdlatul Wathan (NW) dan Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya memiliki pandangan tradisionalisme yang berbeda dalam memperkenalkan Islam secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman dan penerapan tradisionalisme oleh NW dan NU dalam aspek keagamaan, sosial, dan pendidikan, serta mengidentifikasi persamaan dan perbedaan pendekatannya. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan kepustakaan melalui sumber-sumber ilmiah seperti buku, jurnal, dan skripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NW dan NU sama-sama berkomitmen mempertahankan nilai Islam berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijtihad ulama klasik. Keduanya mengintegrasikan nilai-nilai Islam lokal dalam praktik sosial dan pendidikan, termasuk melalui pesantren. Perbedaan utama terletak pada fokus dakwah: NW lebih menekankan pendidikan dan pelestarian Islam lokal, sedangkan NU lebih luas dalam pelestarian tradisi Islam. Meski berbeda pendekatan, keduanya berperan aktif sebagai agen perubahan dalam pembangunan umat dan bangsa melalui program sosial-ekonomi yang relevan. Dengan demikian, NW dan NU bukan hanya pelestari tradisi, tetapi juga motor pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.