Annisaislami Khairati
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisis doomscrolling pada mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, usia, dan intensitas penggunaan media sosial Naila Rinanda Syakira; Ifdil, Ifdil; Annisaislami Khairati
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2025): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1164100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat doomscrolling berdasarkan jenis kelamin, usia, dan intesitas penggunaan media sosial. Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan melibatkan 490 responden melalui teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa skala social media doomscrolling dengan nilai reliabilitas cronbach’s alpha sebesar 0,834. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat doomscrolling berada pada kategori sedang. Laki-laki memiliki tingkat doomscrolling yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Selain itu, kelompok usia 21–24 tahun menunjukkan skor tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya, serta semakin lama durasi harian penggunaan media sosial, semakin tinggi pula kecenderungan akan perilaku doomscrolling. Hasil penelitian ini mengindikasikan pentingnya memberikan perhatian khusus kepada kelompok yang lebih rentan terhadap kebiasaan mencari informasi negatif di media sosial, sekaligus menekankan urgensi penerapan langkah-langkah preventif yang efektif. Oleh karena itu, disarankan agar konselor di perguruan tinggi bersama pihak terkait merancang program layanan konseling yang menyeluruh untuk membantu mereduksi tingkat doomscrolling yang dialami mahasiswa.
Tingkat ketakutan akan kegagalan (atychiphobia) pada mahasiswa ditinjau dari usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran Fransiska Putri Nazra; Ifdil, Ifdil; Annisaislami Khairati
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2025): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1164300

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atychiphobia pada mahasiswa berdasarkan usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini melibatkan 478 orang sampel dari seluruh mahasiswa di Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan simpel random sampling. Instrumen yang digunakan adalah performance failure appraisal inventory (PFAI) dengan nilai reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,946. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa atychiphobia pada mahasiswa berada pada kategori sedang. Atychiphobia pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan rentang usia paling banyak mengalami atychiphobia adalah 21 s.d 24 tahun dan berdasarkan urutan kelahiran didapatkan bahwa anak ke-5 lebih rentang mengalami atychiphobia. Penelitian ini merekomendasikan perlunya upaya komprehensif bagi konselor di perguruan tinggi dan pihak terkait untuk menyusun rencana pelayanan konseling untuk mereduksi atychiphobia pada mahasiswa.
Trichotillomania pada mahasiswa: studi deskriptif subtipe focused dan automatic berdasarkan usia dan jenis kelamin Nabila Aulia Putri; Ifdil, Ifdil; Annisaislami Khairati
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2025): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1164400

Abstract

Trichotillomania merupakan perilaku kompulsif mencabut rambut yang masih jarang diteliti di Indonesia, khususnya dalam konteks populasi mahasiswa. Minimnya data lokal menjadi hambatan dalam memahami karakteristik gangguan ini secara lebih mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kecenderungan Trichotillomania berdasarkan dua subtipe, yaitu focused pulling dan automatic pulling, serta mengeksplorasi perbedaannya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pendekatan deskriptif kuantitatif digunakan dengan teknik convenience sampling. Sebanyak 395 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia berpartisipasi dalam survei daring menggunakan instrumen Milwaukee Inventory for Subtypes of Trichotillomania–Adult Version (MIST-A), dengan reliabilitas tinggi (α = 0,984). Hasil menunjukkan mayoritas responden memiliki kecenderungan rendah, namun terdapat kelompok dengan kecenderungan tinggi. Subtipe focused pulling meningkat pada usia dewasa awal, sedangkan automatic pulling menurun setelah usia 24 tahun. Responden laki-laki memiliki skor rata-rata lebih tinggi meskipun jumlahnya lebih sedikit. Temuan ini menegaskan pentingnya intervensi psikologis berbasis usia dan gender. Ketimpangan distribusi usia dan jenis kelamin menjadi keterbatasan metodologis yang perlu diperbaiki dalam studi lanjutan.
Analisis cyberchondria mahasiswa di era digital ditinjau dari usia dan intensitas penggunaan media sosial Diah Yusra; Ifdil, Ifdil; Annisaislami Khairati; Olivia , Olivia; Ardi, Zadrian
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2025): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1166900

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat Cyberchondria pada Mahasiswa serta mengeksplorasi perbedaan berdasarkan usia dan lama penggunaan media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan melibatkan 350 orang sampel dengan metode pengambilan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Cyberchondria Severity Scale dengan nilai reliabilitas cronbach alpha sebesar 0,784. Temuan penelitian ini menunjukkan kondisi cyberchondria secara umum berada pada kategori sedang. dengan tingkat cyberchondria tertinggi ditemukan pada mahasiswa berusia 21–24 tahun dengan durasi penggunaan media sosial 4–6 jam per hari. Penelitian ini merekomendasikan perlunya upaya komprehensif bagi konselor di perguruan tinggi untuk menyusun strategi layanan konseling yang terintegrasi untuk mencegah dan mengurangi dampak Cyberchondria pada mahasiswa, dengan mempertimbangkan aspek usia dan kebiasaan digital.
Gambaran intelektual humility pada mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan usia Olivia Olivia; Ifdil, Ifdil; Annisaislami Khairati; Yusra, Diah; Ardi, Zadrian
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 13 No. 2 (2025): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1167000

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat intellectual humility pada mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan usia serta mendeskripsikan kecenderungan distribusinya pada masing-masing kelompok. Pendekatan kuantitatif deskriptif digunakan dengan melibatkan 300 mahasiswa aktif dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, dipilih melalui teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa skala intellectual humility terdiri dari 25 item yang mengukur empat dimensi utama: keterbukaan terhadap pandangan lain (openness to the perspective of others), pengorbanan diri (self-forgetfulness), penilaian diri yang akurat (accurate self-assessment), dan fokus pada orang lain (other-focus), dengan validitas item p < 0,05 dan reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,872. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa berada dalam kategori “baik” (61%), dengan skor rata-rata keseluruhan 89,24. Mahasiswa laki-laki mencatat skor rata-rata 92,86, lebih tinggi dibandingkan perempuan (88,42), dengan rentang skor yang lebih luas dan penyimpangan standar lebih besar. Selain itu, skor intellectual humility meningkat seiring pertambahan usia, dari rata-rata 85,72 pada kelompok usia 17–20 tahun menjadi 91,67 pada usia 21–24 tahun, dan 92,00 pada usia 25–28 tahun. Dimensi self-forgetfulness dan accurate self-assessment menunjukkan disparitas paling mencolok antar kelompok. Implikasi praktis dari temuan ini adalah pentingnya pengembangan program bimbingan konseling yang dirancang secara kontekstual untuk menguatkan refleksi diri dan keterbukaan berpikir, terutama pada mahasiswa usia muda. Selain itu, hasil ini dapat menjadi dasar dalam menyusun kebijakan kurikulum pendidikan karakter berbasis data. Keterbatasan penelitian ini terletak pada distribusi usia yang tidak merata dan pendekatan deskriptif yang belum menjangkau hubungan kausal antar variabel.
Analisis fenomena dan intervensi gangguan bermain game daring internet gaming disorder pada siswa Annisaislami Khairati; Ifdil, Ifdil; Rima Pratiwi Fadli; Nur Adila Wafiqoh Zulfi
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol. 13 No. 3 (2025): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1176100

Abstract

Internet Gaming Disorder (IGD) has emerged as a significant mental health concern among adolescent students, with prevalence rates varying from 0.7% to 27.5% globally.  This study aimed to comprehend-sively describe IGD tendencies among students in urban public schools, identify the most prominent IGD dimensions, and formulate evidence-based implications for guidance and counseling interventions. A quantitative descriptive study was conducted involving 350 high school students from three urban public schools in West Sumatra, selected through simple random sampling. Data were collected using a standardized six-dimension IGD questionnaire measuring Salience, Tolerance, Mood Modification, Withdrawal, Relapse, and Conflict.The findings revealed that 45.7% of students exhibited moderate IGD tendencies, with only 5.7% in the very low category. The most prominent dimensions were Tolerance (75.0% in moderate-to-high categories) and Relapse (49.0% in moderate category), reflecting significant difficulties in controlling gaming duration and strong urges to resume gaming after cessation attempts. Maternal employment status (65.7% working mothers) potentially contributed to reduced parental supervision.IGD tendencies among urban public school students represent a significant risk requiring urgent intervention. School counseling services must implement comprehensive prevention programs incorporating self-control enhancement, family involvement, and evidence-based group counseling approaches.