Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JITEKGI Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi

EVALUASI DIAGNOSTIK LESI ENDO-PERIO YANG MENETAP SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL DAN CBCT Kurniati, Novi
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 15, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v15i1.821

Abstract

Latar Belakang: radiografi periapikal dua dimensi merupakan pemeriksaan yang sering dipergunakan untuk mengevaluasi hasil perawatan. Kelemahan inherent seperti superimposed, distorsi dan tidak dapat menampilkan lesi dari berbagai aspek membuat para dokter sulit untuk mendapatkan informasi yang sesuai keadaan yang sebenarnya karena keterbatasan radiograf dua dimensi. Pencitraan CBCT dapat menyediakan informasi yang relevan yang tidak ditemukan dalam radiografi periapikal.Laporan Kasus: pasien laki-laki berusia 38 tahun dengan keluhan utama gigi insisivus sentral rahang atas yang berubah warna karena trauma 10 tahun yang lalu. Pasien dirujuk untuk dilakukan radiografi periapikal, di mana tampak gambaran lesi radiolusen berbatas jelas di apikal disertai resorbsi internal gigi 11, dengan diagnosis granuloma periapical et causa nekrosis pulpa gigi 11. Setelah dilakukan perawatan 2 bulan dilakukan evaluasi I dengan radiografi CBCT, tampak tampak lesi radiolusen berbatas jelas dan tegas berukuran ±3,6 mm di apikal serta adanya perforasi sisi mesial akar gigi yang menyebabkan lesi radiolusen di sisi mesial gigi 11 disertai perforasi kortikal di tulang daerah palatal. Enam bulan kemudian dilakukan evaluasi II menggunakan radiografi periapikal dan CBCT. Pada radiografi periapikal tampak, lesi radiolusen berbatas jelas dan tidak tegas di apikal gigi. Pada radiografi CBCT tampak lesi radiolusen berbatas jelas yang telah mengecil di apikal, namun lesi di bagian mesial dan perforasi kortikal tulang palatal belum terjadi penyembuhan secara signifikan. Berdasarkan hasil radiografi CBCT, pasien di rujuk ke bagian Periodonti.Kesimpulan: pemeriksaan CBCT sangat diperlukan pada evaluasi perawatan kasus kompleks untuk mendapatkan informasi diagnostik yang lebih akurat.
EVALUASI DIAGNOSTIK LESI ENDO-PERIO YANG MENETAP SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL DAN CBCT Novi Kurniati
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi Vol 15, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v15i1.821

Abstract

Latar Belakang: radiografi periapikal dua dimensi merupakan pemeriksaan yang sering dipergunakan untuk mengevaluasi hasil perawatan. Kelemahan inherent seperti superimposed, distorsi dan tidak dapat menampilkan lesi dari berbagai aspek membuat para dokter sulit untuk mendapatkan informasi yang sesuai keadaan yang sebenarnya karena keterbatasan radiograf dua dimensi. Pencitraan CBCT dapat menyediakan informasi yang relevan yang tidak ditemukan dalam radiografi periapikal.Laporan Kasus: pasien laki-laki berusia 38 tahun dengan keluhan utama gigi insisivus sentral rahang atas yang berubah warna karena trauma 10 tahun yang lalu. Pasien dirujuk untuk dilakukan radiografi periapikal, di mana tampak gambaran lesi radiolusen berbatas jelas di apikal disertai resorbsi internal gigi 11, dengan diagnosis granuloma periapical et causa nekrosis pulpa gigi 11. Setelah dilakukan perawatan 2 bulan dilakukan evaluasi I dengan radiografi CBCT, tampak tampak lesi radiolusen berbatas jelas dan tegas berukuran 3,6 mm di apikal serta adanya perforasi sisi mesial akar gigi yang menyebabkan lesi radiolusen di sisi mesial gigi 11 disertai perforasi kortikal di tulang daerah palatal. Enam bulan kemudian dilakukan evaluasi II menggunakan radiografi periapikal dan CBCT. Pada radiografi periapikal tampak, lesi radiolusen berbatas jelas dan tidak tegas di apikal gigi. Pada radiografi CBCT tampak lesi radiolusen berbatas jelas yang telah mengecil di apikal, namun lesi di bagian mesial dan perforasi kortikal tulang palatal belum terjadi penyembuhan secara signifikan. Berdasarkan hasil radiografi CBCT, pasien di rujuk ke bagian Periodonti.Kesimpulan: pemeriksaan CBCT sangat diperlukan pada evaluasi perawatan kasus kompleks untuk mendapatkan informasi diagnostik yang lebih akurat.
GAMBARAN POSISI GIGI IMPAKSI MOLAR KETIGA DENGAN KANALIS MANDIBULA BERDASARKAN USIA DAN JENIS KELAMIN Kurniati, Novi; Putri, Nabila Athayazahra
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi (JITEKGI) Vol 21, No 1 (2025): MEI 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/jitekgi.v21i1.4483

Abstract

Latar Belakang: Gigi molar ketiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Perawatan gigi impaksi dapat dilakukan dengan odontektomi. Odontektomi dapat mengakibatkan komplikasi seperti cedera saraf (2,6%-30,9%) akibat kurangnya pengetahuan terhadap hubungan akar gigi molar ketiga dengan kanalis mandibula. Mengetahui posisi gigi impaksi molar ketiga melalui radiografi panoramik sangat penting untuk mengurangi komplikasi yang akan terjadi untuk mengetahui hubungan antara gigi impaksi dengan kanalis mandibula menurut Rood dan Shehab. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran posisi gigi impaksi molar ketiga dengan kanalis mandibula berdasarkan usia dan jenis kelamin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional menggunakan teknik total sampling. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh data foto radiografi panoramik RSKGM-P UPDM(B) dari bulan Juli 2023 hingga Januari 2024  sebanyak 387 gigi dari 206 foto radiografi panoramik digital. Hasil: Dari 387 gigi impaksi molar ketiga rahang bawah, sebanyak 310 gigi berelasi dengan kanalis mandibula. Pada perempuan sebanyak 239 gigi (81,8%) dan pada laki-laki sebanyak 71 gigi (74,4%). Relasi paling banyak adalah relasi A atau akar menggelap sebanyak 180 gigi (46,5%). Kesimpulan: Prevalensi gigi impaksi yang berelasi dengan kanalis mandibula adalah sebesar 80,1% dan relasi yang paling sering ditemukan adalah akar menggelap (46,5%). Tingkat kejadian berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada perempuan dengan relasi akar menggelap (75%) dan tingkat kejadian berdasarkan usia paling banyak terjadi pada usia 24 tahun dengan relasi akar menggelap (36,1%).