Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search
Journal : FLUIDA

Pembuatan gula Cair dari Pati Singkong dengan menggunakan Hidrolisis Enzimatis Ayu Ratna Permanasari; Fitria Yulistiani
Fluida Vol 11 No 2 (2015): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v11i2.81

Abstract

Pada penelitian ini dibuat gula cair dari tepung tapioka yang dihidrolisis dengan enzim. Hidrolisis enzimatis pati terdiri dari dua tahapan yaitu liquifikasi dan sakarifikasi. Pada proses liquifikasi digunakan enzim á-amilase untuk memecah pati yang mengandung amilosa dan amilopektin menjadi dekstrin. Selanjutnya pada tahapan kedua proses sakarifikasi, dimana dekstrin dihidolisa menjadi glukosa dengan bantuan enzim glukoamilase. Volume enzim cair yang ditambahkan adalah 0,3; 0,4; dan 0,5 ml sedangkan konsentrasi substrat divariasikan 25%; 33,3%; dan 40%. Hasil terbaik diperoleh pada konsentrasi substrat 33,3% dan volume enzim sebesar 0,3 ml, yaitu memiliki kecepatan hidrolisis yang paling cepat untuk proses liquifikasi dan sakarifikasi.
Pembuatan Edible Film Antibakteri Berbahan Dasar Pektin Albedo Semangka, Sagu, dan Ekstrak Bawang Putih Fitria Yulistiani; Dianty Rosirda Dewi Kurnia; Miranti Agustina; Yaumi Istiqlaliyah
Fluida Vol 12 No 1 (2019): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v12i1.1621

Abstract

Edible film berbahan dasar pati memiliki kelemahan pada sifat kuat tarik, elastisitas, dan kemampuan antimikroba. Sifat-sifat tersebut dapat ditingkatkan dengan menambahkan pektin, pemlastis, dan aditif. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pembuatan edible film dari pektin albedo semangka dengan penambahan sorbitol dan gliserol sebagai bahan pemlastis, tepung sagu sebagai tambahan sumber pektin, dan ekstrak bawang putih sebagai aditif antimikroba. Variasi yang dilakukan adalah penambahan ekstrak bawang putih (0% ; 2,5% ; 5% ; 7,5% ; 10%) dan jenis pemlastis (gliserol dan sorbitol). Karakteristik yang diamati meliputi kuat tarik, perpanjangan, dan zona hambat bakteri. Edible film dengan karakteristik terbaik yaitu kuat tarik 366,4 kgf/cm2, perpanjangan 35,4%, dan zona hambat bakteri 16,5 mm (metode sumuran) adalah sampel dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 10% dan pemlastis gliserol.
Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan Sorbitol Terhadap Karakteristik Daya Serap Air Edible Film Dari Pektin Kulit Pisang Nisya Qonita Zahra; Royfa Fenandita Finadzir; Fitria Yulistiani
Fluida Vol 13 No 2 (2020): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v13i2.2244

Abstract

ABSTRAK Penggunaan edible film menghasilkan limbah dan polusi yang lebih sedikit, namun karakteristiknya masih belum mendekati sifat kemasan sintetis. Salah satu karakteristik yang perlu diperbaiki adalah daya serap air/WVTR (Water Vapor Transmission Rate). Pada penelitian ini dilakukan studi literatur mengenai pengaruh jenis dan konsentrasi pemlastis (gliserol dan sorbitol) terhadap karakteristik WVTR edible film dari pektin kulit pisang. Literatur yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada hasil penelitian terkait pembuatan edible film berbasis pektin kulit pisang serta menggunakan pemlastis gliserol dan sorbitol. Pada produk edible film yang dibuat menggunakan pemlastis dengan konsentrasi 10%, pemlastis sorbitol menghasilkan WVTR yang lebih rendah (3,66 g.H2O/jam.m2) dibandingkan dengan pemlastis gliserol (3,93 g.H2O/jam.m2). Dari kedua jenis pemlastis tersebut, konsentrasi yang memberikan nilai WVTR terendah (3,66 – 4,66 g.H2O/jam.m2) ada pada rentang 5-15%. Dari seluruh hasil penelitian yang dikaji, karakteristik WVTR produk edible film sudah memenuhi Japanese Industrial Standard (JIS Z 1707, 1975). Kata kunci: Edible film, pemlastis, daya serap air, pektin kulit pisang ABSTRACT The use of edible films results in less waste and pollution, but their properties are still not close to those of synthetic packaging. One of its properties that need to be improved is its water vapor transmission rate (WVTR). In this study, a literature study was carried out regarding the effect of plasticizers (glycerol and sorbitol) on WVTR of edible film from banana peel pectin. The literature being studied in this study is limited to the research related to edible film production based on banana peel pectin and using glycerol and sorbitol plasticizers. In the edible film which is made using a plasticizer with concentration 10%, sorbitol plasticizer produces the edible film with lower WVTR (3.66 g.H2O/hr.m2) compared to glycerol plasticizers (3.93 g.H2O/hr.m2). Of the two types of plasticizers, the concentrations that give the lowest WVTR values (3.66 – 4.66 g.H2O/hr.m2) ​​are in the range of 5-15%. From all the research results reviewed, the WVTR characteristics of edible film products have met the Japanese Industrial Standard (JIS Z 1707, 1975). Keywords: Edible film, plasticizer, water vapor transmission rate, banana peel pectin
Studi Literatur Implementasi Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) untuk Ekstraksi Fenol dengan Pelarut Etanol Nadya Amelinda Zahar; Neila Zakiah Hanun; Fitria Yulistiani; Heriyanto
Fluida Vol 14 No 2 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i2.2542

Abstract

Ekstraksi kandungan fenol menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE) dengan pelarut etanol telah banyak dilakukan dengan berbagai perbedaan nilai parameter. Tujuan yang akan dicapai dalam studi literatur ini yaitu untuk mendapatkan rasio liquid to solid (L/S), waktu ekstraksi, dan temperatur ekstraksi optimum pada setiap bahan yang merupakan parameter yang biasa divariasikan. Studi literatur ini menggunakan metode analisis secara deskriptif dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang diperoleh serta mengolah data dengan cara melihat nilai Mean Squared Error (MSE) yang didapatkan. Hasil studi literatur menunjukan bahwa nilai optimum pada setiap bahan berbeda. Rasio L/S yang optimum sebesar 17,5/1 (v/w) pada akar manis. Waktu ekstraksi yang optimum sebesar 1,5 menit pada daun sirih merah, 22 menit pada rambut jagung, 6 menit pada akar manis, dan 30 menit pada daun kelor. Temperatur ekstraksi yang optimum sebesar 40°C pada daun sirih merah dan 180°C pada daun kelor.
Penentuan Kesetimbangan Leaching Antosianin dari Kelopak Bunga Rosella Menggunakan Continuous Screw Extractor Fitria Yulistiani; Nurcahyo
Fluida Vol 14 No 1 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i1.3390

Abstract

Rosella merupakan salah satu sumber zat antosianin. Antosianin diambil dari kelopak bunga rosella menggunakan metode leaching. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan tahap kesetimbangan leaching antosianin dari kelopak bunga Rosella menggunakan continous screw extractor. Tahapan leaching dimulai dengan penyaringan dan pengecilan ukuran kelopak bunga rosella. Selanjutnya, dilakukan variasi rasio pelarut dan padatan (L/S) pada tahap maserasi. Konsentrasi hasil ekstrak (overflow) dan cairan hasil perasan (underflow) digunakan untuk membuat diagram kesetimbangan yang kemudian digunakan untuk perancangan dan penentuan jumlah tahap kesetimbangan. Rasio pelarut dan padatan yang digunakan pada screw extractor yaitu 1,5:1, waktu kontak efektif 411 detik, laju alir pelarut air 1,633 g/detik, dan laju alir padatan 1,089 g/detik. Dengan menggunakan diagram kesetimbangan, didapatkan NTU (Number of Transfer Unit) sebesar 4 tahap, panjang kolom (Z) sebesar 0,42 m, dan nilai HTU (Height of Transfer Unit) sebesar 0,12 m.
Pengaruh Konsentrasi Pemlastis Pada Aplikasi Edible Coating Dari Tepung Pektin Apel Pada Buah Tomat Naura Alfairuzy Quluby; Revani Triananda; Ayu Ratna Permanasari; Irwan Hidayatulloh; Fitria Yulistiani
Fluida Vol 15 No 2 (2022): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v15i2.4390

Abstract

The edible coating is a protective layer that can regulate the rate of respiration. The purpose of the study is to see the effect of adding a plasticizer to the edible coating application of apple pectin flour on tomatoes. Edible coating was made with 2% apple pectin flour and plasticizers glycerol and sorbitol in concentrations of 0.5 percent, 0.6 percent, 0.7 percent, 0.8 percent, 0.9 percent, and 1 percent (v/v). Plasticizer concentrations of 1 percent glycerol and 0.7 percent sorbitol were found to be optimal. The addition of 1% glycerol resulted in 3.673 percent tomato fruit weight loss with a shelf life of more than 20 days, and the addition of 0.7 percent sorbitol resulted in 5.718 percent tomato fruit weight loss with a shelf life of more than 7 days. The percentage of elongation (2.47 percent and 1.125 percent), tensile strength (17.10 and 6.61 Mpa), water vapor transmission rate (5.955 and 7.070 g/m2/day), and thickness (0.06 mm) of edible coating with 1 percent glycerol and 0.7 percent sorbitol were obtained. The thickness, tensile strength, and water vapor transmission rate all met Japanese Industrial Standards, according to these results.
In Situ Katalitik Basa pada Proses Pembuatan Biodiesel dari Mikroalga Nannochloropsis sp Shoerya Shoelarta; Ghusrina Prihandini; Mariatha Martha; Rusdiyana Nur Putri Salimi; Fitria Yulistiani
Fluida Vol 15 No 2 (2022): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v15i2.4395

Abstract

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil. Mikroalga Nannochloropsis sp merupakan bahan baku terbarukan yang mampu menghasilkan lipid hingga 68% dan berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi katalis NaOH dan suhu yang digunakan terhadap biodiesel yang dihasilkan dari biomassa Nannochloropsis sp yang digunakan sebagai bahan baku, serta menguji densitas dan viskositas dari crude biodiesel yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam pembuatan biodiesel ini yaitu in situ transesterifikasi menggunakan katalis NaOH 1% dan 2%, pada temperatur 50 dan 60 , dan pada tekanan atmosfer. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan konsentrasi katalis NaOH 2% meningkatkan yield crude biodiesel menjadi 71,03%, densitas dan viskositas crude biodiesel yang mendekati standar SNI adalah 833,75 kg/m3 dan 1,3579 cSt dengan kondisi operasi pada suhu 50oC dan konsentrasi katalis NaOH 2%.
Pengaruh Suhu Proses Sokletasi dan Volume Pelarut n-heksana terhadap Yield Minyak Atsiri Jeruk Lemon Fania Zulfa Salsabila; Rosyidah Khoirunnisa Mahdan; Ghusrina Prihandini; Robby Sudarman; Fitria Yulistiani
Fluida Vol 15 No 2 (2022): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v15i2.4409

Abstract

Essential oils are volatile compounds found in lemon peels. Essential oils are used in addition to soaps, perfumes, and candles because of their fresh aroma. Essential oils can be extracted using solid-liquid extraction. Soxhlet extraction was chosen because the process is continuous and requires less solvent than the percolation method. The solvent N-Hexane was chosen because its polar value was close to the polarity of the essential oil. Soxhlet extraction was carried out with variations in process temperature (70, 75, and 80°C) and solvent volume (16, 240, and 320ml). Previously, the lemon peel was pre-treated by drying (<100°C, 1 hour) and grinding. After extraction, the essential oil was added with anhydrous (Na2SO4). The best results were obtained at a process temperature of 80°C and a solvent volume of 320 ml yielding 3.25%. The increase in process temperature and solvent volume increases the yield of essential oils. Based on the results of the GC-MS analysis, lemon essential oil contains limonene (41.06%) and citral (12.2%). The content of limonene gives the aroma, and the content of citral gives color to the lemon essential oil. Abstrak Minyak atsiri merupakan senyawa volatile yang banyak ditemukan pada kulit jeruk lemon. Minyak atsiri digunakan sebagai tambahan sabun, parfum, dan lilin karena aromanya yang segar. Minyak atsiri dapat diambil menggunakan ekstraksi padat-cair. Ekstraksi sokletasi dipilih karena prosesnya kontinyu dan membutuhkan lebih sedikit pelarut dibandingkan metode perkolasi. Pelarut N-Heksana dipilih karena nilai polarnya mendekati kepolaran minyak atsiri. Ekstraksi sokletasi dilakukan dengan variasi suhu proses (70, 75, dan 80°C) dan volume pelarut (160, 240, dan 320ml). Sebelumnya dilakukan pre-treatment pada kulit jeruk lemon berupa pengeringan (<100°C, 1jam) dan penghalusan. Setelah diekstraksi, minyak atsiri diberi tambahan anhidrat (Na2SO4). Hasil terbaik diperoleh pada suhu proses 80°C dan volume pelarut 320 ml dengan hasil yield 3,25%. Peningkatan suhu proses dan volume pelarut meningkatkan yield minyak atsiri. Berdasarkan hasil analisis GC-MS minyak atsiri jeruk lemon mengandung limonene (41,06%), dan citral (12,2%). Kandungan limonene memberikan aroma dan kandungan citral memberikan warna pada minyak atsiri jeruk lemon.
Penentuan Kesetimbangan Leaching Antosianin dari Kelopak Bunga Rosella Menggunakan Continuous Screw Extractor Fitria Yulistiani; Nurcahyo Nurcahyo
Fluida Vol 14 No 1 (2021): FLUIDA
Publisher : Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v14i1.3390

Abstract

Rosella merupakan salah satu sumber zat antosianin. Antosianin diambil dari kelopak bunga rosella menggunakan metode leaching. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan tahap kesetimbangan leaching antosianin dari kelopak bunga Rosella menggunakan continous screw extractor. Tahapan leaching dimulai dengan penyaringan dan pengecilan ukuran kelopak bunga rosella. Selanjutnya, dilakukan variasi rasio pelarut dan padatan (L/S) pada tahap maserasi. Konsentrasi hasil ekstrak (overflow) dan cairan hasil perasan (underflow) digunakan untuk membuat diagram kesetimbangan yang kemudian digunakan untuk perancangan dan penentuan jumlah tahap kesetimbangan. Rasio pelarut dan padatan yang digunakan pada screw extractor yaitu 1,5:1, waktu kontak efektif 411 detik, laju alir pelarut air 1,633 g/detik, dan laju alir padatan 1,089 g/detik. Dengan menggunakan diagram kesetimbangan, didapatkan NTU (Number of Transfer Unit) sebesar 4 tahap, panjang kolom (Z) sebesar 0,42 m, dan nilai HTU (Height of Transfer Unit) sebesar 0,12 m.
The Effect of Maltodextrin Concentration and Spray Dryer Drying Temperature on the Characteristics of Coconut Milk Powder Fitria Yulistiani; Alifia Nuraeni; Sheilla Aulia Sofiatul Mardiah; Irwan Hidayatulloh; Lidya Elizabeth; Nurcahyo
Fluida Vol 16 No 1 (2023): FLUIDA
Publisher : Department of Chemical Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/fluida.v16i1.4006

Abstract

Coconut milk has a higher water content than other contents, so microbes can easily damage and spoil it. To obtain a low-moisture powder product, the liquid coconut milk was dried using a Buchi Mini Spray dryer B-290 with inlet temperatures of 150°C, 160°C, and 170°C. The researchers added maltodextrin to coconut milk, which had a ratio of grated coconut to the water of 1:3, in concentrations of 9%, 10%, 11%, 12%, and 13%. The addition of maltodextrin and the use of drying temperature did not significantly affect the pH, solubility, and percentage of product mass but did significantly affect the moisture content. The best operating conditions for producing coconut milk powder were at a maltodextrin concentration of 13% and a temperature of 170°C. Under these conditions, the produced coconut milk powder had a pH value of 6.12, a moisture content of 4.56%, a solubility of 98.74%, a product mass of 24.99 grams and an overall percentage of product mass of 21.32%.