Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh pemberian ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa L.) sebagai neuroprotektor terhadap gambaran histopatologi sel otak tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar model alzheimer Balqis, Ferisha Aulia; Maulina, Meutia; Novalia, Vera
Journal of Pharmaceutical and Sciences JPS Volume 8 Nomor 3 (2025)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/journal-jps.com.v8i3.798

Abstract

Alzheimer’s disease is a neurodegenerative disorder that leads to cognitive decline and memory loss, eventually impairing daily activities. Turmeric (Curcuma longa L.) has neuroprotective potential due to its curcumin content, which possesses anti-inflammatory, antioxidant, and neuroprotective properties. This study aims to examine the effect of different doses of turmeric rhizome extract on the histopathological features of brain cells in Wistar rats (Rattus norvegicus) induced with Alzheimer’s disease. An experimental study with a post-test only control group design was conducted using simple random sampling. A total of 24 male Wistar rats were divided into four groups: K1 (Alzheimer-induced without treatment), K2 (administered 20 mg/kgBW memantine), P1 (Alzheimer-induced with 36 mg/kgBW turmeric extract), and P2 (Alzheimer-induced with 54 mg/kgBW turmeric extract). The results showed the highest percentage of cell necrosis in K1 (19.7%), while the lowest was in K2 (1.67%), followed by P2 (2.5%) and P1 (5%). The Kruskal-Wallis test indicated a significant difference between groups p = 0.030 (p < 0.05). The Post Hoc Mann-Whitney test revealed a significant difference between K1 and both K2 and P2. These findings suggest that turmeric rhizome extract at a dose of 54 mg/kgBW has a neuroprotective effect by reducing neuronal necrosis in Alzheimer-induced rats. However, no significant difference was observed between the memantine-treated group and the turmeric extract-treated groups. There was no significant difference between the group given memantine treatment and the group given turmeric rhizome extract (Curcuma Longa L.).
Implementasi Home Visit dalam Pendampingan Ibu Hamil dan Anak Balita Untuk Pencegahan Stunting Maghfirah, Cut Zuhra; Ramadhani, Fatia Dhaifina; Mardiati, Mardiati; Lubis, Putri Sabrina; Rambe, Anugrah A Warid; Nurmanda, Raudhatul; Audreya, Noerista; Salsabila, Aina; Balqis, Ferisha Aulia; Saputri, Yosi Anggela; Ritonga, Nursyahfitri; Lubis, Muhammad Aziz Rizki; Azmy, Ipal
Auxilium : Jurnal Pengabdian Kesehatan Auxilium: Jurnal Pengabdian Kesehatan - Agustus 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/auxilium.v2i2.17933

Abstract

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak, selain itu stunting memiliki risiko yang lebih tinggi menyebabkan penyakit kronis di masa dewasanya. Prevalensi stunting selama 10 tahun terakhir menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dan ini menunjukkan bahwa masalah stunting perlu segera ditangani. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% atau sekitar 7 juta balita menderita stunting. Stunting menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Balita stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan 55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat setiap tahun. Kekurangan gizi pada anak tidak hanya menyebabkan stunting, tetapi juga menghambat kecerdasan, memicu penyakit, dan menurunkan produktivitas. Mayoritas masyarakat belum memahami tentang stunting, serta masih ada anggapan bahwa stunting merupakan faktor keturunan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman pengetahuan serta peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan deteksi dini stunting. Metode yang digunakan adalah melalui kunjungan rumah dengan melakukan pendekatan masyarakat, observasi, wawancara, melakukan sosialisasi serta pendampingan. Hasil yang diperoleh informasi responden ibu hamil berdasarkan usia, pendidikan, dan gravida, responden balita berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kegiatan observasi memperoleh informasi tentang faktor risiko dalam kehamilan dan balita, sedangkan kegiatan sosialisasi dan pendampingan dilakukan secara aktif dan diikuti secara antusias oleh responden. Diharapkan dari penelitian ini, terjadi peningkatan pemahaman ibu hamil dan ibu dengan balita tentang pengertian, penyebab, risiko, gejala, pencegahan stunting, pentingnya ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dan MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) bagi balita serta pentingnya tablet Fe saat kehamilan. Hal ini menjadi strategi efektif memberdayakan keluarga dalam meningkatkan kesiapan khususnya dalam pencegahan dan penanganan stunting.