Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan perilaku pola makan pada status gizi ibu hamil untuk pencegahan resiko stunting di Puskesmas Kemayoran Jakarta Pusat tahun 2025 Mulyati, Susi; Mahanani, Dian; Kurniawan, Yang Fajar; Ayu, Irma Yudith; Budianto, Eko Teguh; Sekundaria, Ratna Dewi; Fakhirah, Annisa; Fatimah, Gefira Nur
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 5 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i5.1755

Abstract

Stunting masih menjadi permasalahan gizi kronis utama di Indonesia dengan prevalensi 21,6% pada tahun 2022 dan target penurunan hingga 14% pada 2024. Kondisi gizi ibu hamil berpengaruh langsung terhadap status gizi janin dan perkembangan anak, sehingga menjadi faktor penting dalam pencegahan stunting. Perilaku pola makan ibu hamil memiliki peran sentral karena ketidakseimbangan konsumsi zat gizi makro dan mikro dapat menyebabkan defisiensi energi kronis, anemia, risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, prematuritas, dan stunting. Namun, masih terdapat kesenjangan penelitian terkait hubungan langsung antara perilaku pola makan dan status gizi ibu hamil di wilayah urban, khususnya pada tingkat pelayanan primer. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku pola makan dan status gizi ibu hamil dalam upaya pencegahan stunting di Puskesmas Kemayoran, Jakarta Pusat, tahun 2025. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan dilaksanakan pada Mei 2025. Sampel terdiri dari 100 ibu hamil trimester kedua dan ketiga yang dipilih secara purposive sampling. Perilaku pola makan diukur menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang dimodifikasi. Status gizi diukur melalui IMT pra-kehamilan dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara perilaku pola makan ibu hamil dengan status gizi mereka (p-value = 0.032). Kelompok dengan pola makan kurang ideal memiliki prevalensi status gizi kurang optimal sekitar 1.5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pola makan yang lebih baik (PR 1.497; 95% CI: 1.05–2.13). Intervensi gizi berbasis perilaku spesifik di lingkungan urban sangat penting untuk mencegah kasus stunting.
PENINGKATAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 13 JAKARTA Mulyati, Susi; Mahanani, Dian; Hutapea, Jhon Hendrik Sahat Marasi; Fakhirah, Annisa; Fatimah, Gefira Nur; Masruroh, Siti; Syakuli, Alifah Irdanti; Adriansyah, Moch; Fasa, Sabrina Putri
Mitra Mahajana: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2024): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/mahajana.v5i2.4455

Abstract

Reproductive health is a state of complete physical, mental, and social well-being. It does not merely entail freedom from diseases related to the reproductive system, functions, and processes. Maintaining reproductive health is crucial for adolescents through adopting a healthy lifestyle and consuming vitamins. The age range for adolescents is typically between 10-20 years old, though according to the Indonesian Ministry of Health Regulation Number 25 of 2014, adolescents are defined as those aged 10 to 18 years. Adolescence begins with puberty, marked by physical and physiological changes. Reproductive health education should be introduced early, starting around 2,5-3 years old when children begin to be curious about their bodies. Parental education aims to help children understand reproductive health, emphasising the importance of personal hygiene, especially for adolescent girls. This education focuses on awareness and the importance of reproductive health and equipping children to make informed decisions in various situations. Community service initiatives aim to educate adolescents and improve their knowledge of reproductive health. An outreach activity was conducted on Friday, April 19, 2024, at SMPN 13 Jakarta, reaching 380 respondents directly through educational sessions. Evaluation involved pre-test and post-test questionnaires to measure knowledge levels, with results showing a significant increase in reproductive health knowledge among adolescents. Post-test results indicated high scores for 299 respondents (78.69%).