Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi kendala cukup besar bagi kesehatan global, terutama di negara berkembang dengan beban penyakit tinggi, di mana keterlambatan diagnosis dan pengobatan menjadi hambatan utama dalam menurunkan angka transmisi, resistensi obat, dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan meninjau faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan pengobatan TB di negara berkembang melalui pendekatan literature review. Pencarian literatur dilakukan pada basis data PubMed, Scopus, Google Scholar, serta portal jurnal nasional terindeks Sinta dan DOAJ dengan kriteria inklusi artikel penelitian observasional, systematic review, scoping review, dan studi mixed-methods yang dipublikasikan antara tahun 2020–2025. Sebanyak 23 artikel terpilih dianalisis secara deskriptif naratif. Hasil kajian menunjukkan keterlambatan dipengaruhi oleh faktor pasien seperti stigma, rendahnya literasi kesehatan, biaya transportasi, dan perilaku pencarian layanan; faktor klinis seperti gejala tidak khas pada lansia dan pasien dengan komorbiditas; serta hambatan sistem layanan kesehatan berupa laboratorium terbatas, mekanisme rujukan berlapis, diagnosis klinis tanpa konfirmasi, dan gangguan distribusi obat terutama pada masa pandemi COVID-19. Selain itu, determinan sosial-ekonomi seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan keterbatasan akses layanan primer, serta faktor lingkungan berupa kepadatan hunian, ventilasi buruk, dan polusi udara juga memperparah keterlambatan. Kajian ini menegaskan bahwa keterlambatan pengobatan TB bersifat multidimensional, sehingga upaya penanggulangan memerlukan intervensi multisektor.