Simbolon, Elvri T.
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGELOLAAN MUSEUM T. B SILALAHI CENTER SEBAGAI WISATA SEJARAH DAN BUDAYA DI KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA PROVINSI SUMATERA UTARA Manalu, Dita Irene Br; Simbolon, Elvri T.; Lase, Sudirman; Firmando, Harisan Boni; Panjaitan, Ade Putera
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaanMuseum dan dampak pengelolaan bagi Pengunjung dan Masyarakat sertameningkatkan kunjungan Museum dan untuk mengetahui hambatan yang dihadapipengelola dalam menarik lebih banyak pengunjung dan menjadikan Museumsebagai destinasi wisata Sejarah dan Budaya yang menarik di kecamatan BaligeKabupaten Toba Provinsi Sumatera Utara penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif deskriptif dengan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh dariobservasi, wawancara serta dokumentasi terkait pengembangan museum Jenispenelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulandata dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis datadengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.Informan dalam penelitian ini adalah Pengelola, Pengunjung Museum T. B SilalahiCenter dan Masyarakat sekitar Museum T. B Silalahi Center. Hasil penelitian yangdi peroleh peneliti dari Pengelolaan Museum T. B Silalahi dalam meningkatkankunjungan wisata yaitu kerjasama dengan instansi Pendidikan, promosi,Penyediaan daya tarik wisata, sarana prasarana, Pengembangan kerjasama,Peningkatan kualitas pelayanan/pemandu. Hasil penelitian menunjukkanPengelolaan dalam meningkatkan kunjungan wisata belum sepenuhnya berjalandengan baik, karena masih ada beberapa Pengelolaan yang masih belumsepenuhnya dilaksanakan oleh pengelola museum, dan untuk pengelolaan yang lainsudah berjalan dengan baik seperti kerja sama dengan instansi Pendidikan. Hal inidapat dilihat dari peningkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun kecuali tahun2020 sampai 2021 akibat pandemik COVID-19. Selain itu manajemen pengelolaandan fasilitas yang disediakan untuk mendukung kegiatan wisata terusdimaksimalkan dalam pengelolaan Museum T. B Silalahi Center.
Lapo Tuak dan Konsep diri Laki-Laki Batak di Desa Lumban Sialaman Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Simbolon, Jupalman W.; Nadeak, Tio RJ; Hernawati, Masniar; Simbolon, Elvri T.; Siburian, Kajabat
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i1.26639

Abstract

Orang Batak dikenal sebagai pribadi yang berani berbicara, suka berdiskusi, dan berargumentasi. Berkumpul disebuah warung dengan minum Tuak sering disebut dengan sebutan “Marmitu”, mereka melakukannya di Lapo Tuak. Pengunjung Lapo Tuak pada umunya kebanyakan laki–laki baik itu orang tua atau pun pemuda yang beranjak remaja.Laki-laki Batak mengonsepkan dirinya sebagai orang kuat dan dewasa dan kehadiran di lapo tuak menjadi salah satu tanda kedewasaan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan fenomenologi. Fenemonologi langsung menjelaskan secara fakta dan langsung sehingga peneliti langsung terjun serta ikut terlibat didalam Lapo Tuak. Banyak laki-laki Batak di desa Desa Lumban Sialaman Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan yang datang ke lapo tuak merasa bahwa kehadiran mereka di sana adalah bagian dari identitas budaya dan sosial mereka. Meski demikian, tidak semua pengalaman di lapo tuak bersifat positif. Beberapa laki-laki mengalami konflik batin antara nilai-nilai modern seperti profesionalisme, keluarga kecil, dan efisiensi waktu dengan nilai-nilai tradisional yang dihidupi di lapo. Hal ini menciptakan dinamika dalam pembentukan konsep diri, di mana individu harus menyeimbangkan tuntutan budaya dengan realitas kehidupan kontemporer.