Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TRADISI MAMAHEA ONO NIHALO PADA PESTA ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT NIAS Laia, Dewi Verlina; Barasa, Tiurma; Tobing, Roida Lumban; Lase, Sudirman; Simbolon, Jupalman W.
Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora Vol. 2 No. 10 (2024): Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora
Publisher : Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

enelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui cara pelaksanaan serta makna Tradisi Mamahea Ono Nihalo dalam masyarakat di Desa Bobozioli Loloana’a. Mamahea Ono Nihalo bagi masyarakat Desa Bobozioli Loloana’a merupakan salah satu tradisi penghormatan kepada Pengantin Perempuan pada Pesta adat pernikahan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif di Desa Bobozioli Loloana’a, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias.
KETERGANTUNGAN DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGIS IMPLEMENTASI BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) PADA MASYARAKAT DI DESA SIBARUANGKECAMATAN LUMBAN JULU KABUPATEN TOBA Siregar, Suriani Marsaulina; Firmando, Harisan Boni; Silaban, Rina Kesia; Sitorus, Masniar; Simbolon, Jupalman W.
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 8 No. 2 (2025): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 8 No 2 Juli 2025
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini yang berjudul ketergantungan dan Perubahan Sosial: study SosiologisImplementasi bantuan Langsung tunai (BLT) pada masyarakat di desa SibaruangKecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba. Program blt yang dirancang sebagai bentukjaring pengaman Sosial selama masa kritis dan menjaga keseimbangan perekonomianmasyarakat. Dengan tujuan untuk mengetahui: 1). Bagaimana bentuk ketergantunganmasyarakat akibat pemberian bantuan Langsung tunai di Desa Sibaruang KecamatanLumban Julu Kabupaten Toba. 2). Bagaimana Perubahan Sosial yang terjadi di masyarakatakibat penerima bantuan Langsung tunai di Desa Sibaruang Kecamatan Lumban JuluKabupaten Toba. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode kualitatifdeskriptif, untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian secaraholistik, dengan cara mendeskripsikan dengan kata-kata dan bahasa, berdasarkan hasilpenemuan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan bantuan langsungtunai (BLT) memunculkan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah, baiksecara struktural maupun prosedural. Ketergantungan ini berdampak pada menurunnyainisiatif masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan secara mandiri dan muncul nya polakonsumtif dalam pengelolaan dana bantuan. Selain itu, terdapat perubahan sosial dalamaspek gaya hidup, interaksi sosial, dan pandangan masyarakat terhadap kerja dan bantuannegara.
Lapo Tuak dan Konsep diri Laki-Laki Batak di Desa Lumban Sialaman Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Simbolon, Jupalman W.; Nadeak, Tio RJ; Hernawati, Masniar; Simbolon, Elvri T.; Siburian, Kajabat
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i1.26639

Abstract

Orang Batak dikenal sebagai pribadi yang berani berbicara, suka berdiskusi, dan berargumentasi. Berkumpul disebuah warung dengan minum Tuak sering disebut dengan sebutan “Marmitu”, mereka melakukannya di Lapo Tuak. Pengunjung Lapo Tuak pada umunya kebanyakan laki–laki baik itu orang tua atau pun pemuda yang beranjak remaja.Laki-laki Batak mengonsepkan dirinya sebagai orang kuat dan dewasa dan kehadiran di lapo tuak menjadi salah satu tanda kedewasaan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan fenomenologi. Fenemonologi langsung menjelaskan secara fakta dan langsung sehingga peneliti langsung terjun serta ikut terlibat didalam Lapo Tuak. Banyak laki-laki Batak di desa Desa Lumban Sialaman Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan yang datang ke lapo tuak merasa bahwa kehadiran mereka di sana adalah bagian dari identitas budaya dan sosial mereka. Meski demikian, tidak semua pengalaman di lapo tuak bersifat positif. Beberapa laki-laki mengalami konflik batin antara nilai-nilai modern seperti profesionalisme, keluarga kecil, dan efisiensi waktu dengan nilai-nilai tradisional yang dihidupi di lapo. Hal ini menciptakan dinamika dalam pembentukan konsep diri, di mana individu harus menyeimbangkan tuntutan budaya dengan realitas kehidupan kontemporer.