Penelitian ini dilaksanakan melalui kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan di Kawasan Ekowisata Batu Bara Mangrove Park, Sumatera Utara. Kawasan ini, yang lebih dikenal dengan sebutan Pantai Sejarah, merupakan habitat penting bagi burung air penetap maupun migran, dengan sedikitnya 35 jenis tercatat oleh Yayasan WHIS Indonesia, termasuk beberapa spesies yang terancam punah secara global. Potensi keanekaragaman hayati tersebut menjadi daya tarik sekaligus peluang pengembangan ekowisata berbasis komunitas. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal melalui edukasi bagi calon pemandu ekowisata. Metode yang digunakan meliputi workshop, diskusi, praktik lapangan, serta evaluasi pengetahuan peserta melalui pre-test dan post-test. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman peserta mengenai konservasi, pengamatan burung migrasi, serta strategi pengelolaan ekowisata berkelanjutan. Para peserta juga menunjukkan komitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan Batu Bara Mangrove Park, dengan menekankan pentingnya pelatihan lanjutan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), kepemanduan wisata, serta sertifikasi resmi bagi pemandu. Temuan ini menegaskan bahwa sinergi antara masyarakat, komunitas lokal, dan pemangku kepentingan lain sangat penting untuk mendukung keberlanjutan dan profesionalisme pengelolaan Batu Bara Mangrove Park sebagai destinasi ekowisata berbasis konservasi