Kegiatan pembelajaran lapangan Agroteknologi di Kota Tomohon dan Balai Riset dan Pengembangan Tanaman Palma (BRMP) Mapanget, Manado, Sulawesi Utara menunjukkan pentingnya pendekatan transdisipliner yang mengintegrasikan sains, kebijakan, teknologi, dan kewirausahaan dalam kerangka sosial-ekologis yang kompleks. Peran dosen tidak hanya sebagai pendamping teknis, tetapi juga fasilitator kontekstual yang menegaskan prinsip constructive alignment antara capaian pembelajaran, aktivitas lapangan, dan evaluasi. Perspektif kebijakan dari Dinas Pertanian Kota Tomohon menekankan pengembangan hortikultura dan florikultura berbasis bukti melalui penguatan rantai nilai, tata kelola partisipatif, dan inovasi kelembagaan, sehingga pembangunan pertanian dipahami tidak semata dari aspek produksi, tetapi juga regulasi dan dinamika pasar. Sementara itu, BRMP menegaskan pentingnya pemuliaan varietas unggul, konservasi plasma nutfah, bioteknologi perbanyakan, dan inovasi pascapanen sebagai strategi memperkuat ketahanan pangan dan transformasi bioindustri berkelanjutan. Dalam konteks agroklimat pegunungan Tomohon, pembahasan menekankan interaksi genotipe–lingkungan, intensifikasi ekologis, dan konservasi varietas lokal sebagai fondasi agrobiodiversitas. Integrasi kultur jaringan, manajemen pascapanen digital, dan konsep Agriculture 4.0 memperluas pemahaman mahasiswa mengenai efisiensi, keberlanjutan, dan daya saing global. Kerangka holistik ini membentuk cara pandang agronomi sebagai sistem transdisipliner yang resilien, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan iklim serta tantangan pangan global.