Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Religiosity and Social Support as Determinants of Death Anxiety Among the Elderly: Kekuatan Keagamaan dan Dukungan Sosial sebagai Faktor Penentu Kecemasan Kematian di Kalangan Lansia Haq, Izzul; Mariyati, Lely
Indonesian Journal of Islamic Studies Vol. 13 No. 1 (2025): February
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21070/ijis.v13i1.1792

Abstract

Background: Death anxiety is a psychological challenge frequently experienced by the elderly, often associated with feelings of helplessness and fear. Specific Background: Religiosity and social support are considered key protective factors that may reduce such anxiety. Knowledge Gap: Few studies have analyzed the combined role of religiosity and social support on death anxiety in elderly populations living in communal facilities. Aim: This study aims to examine the simultaneous and partial roles of religiosity and social support in reducing death anxiety among the elderly. Results: Multiple regression analysis on 100 respondents showed that religiosity and social support jointly explained 27.2% of the variance in death anxiety. Social support contributed the largest effective portion (14.8%), followed by religiosity (12.3%). Novelty: The study highlights the significance of combining religious engagement with social support interventions to address psychological distress in elderly groups. Implications: The findings suggest the need for integrated spiritual and social programs to promote emotional well-being and prepare the elderly for end-of-life acceptance. Highlights : Religiosity and social support reduce death anxiety Social support contributes more than religiosity Practical implications for elderly care programs Keyword: Religiosity, Social Support, Death Anxiety, Elderly, Psychology
Kesehatan Mental Emosional dan Penyelesaian Konflik Perkawinan Pada Pasangan Menikah di Kota Makassar Murdiana, Sitti; Ismail, Ismalandari; Djoeddawi, Siti Naga Uleng Purnama Sari; Haq, Izzul
INSIGHT: Indonesian Journal Social Studies and Humanities Vol 5, No 2 (2025): INSIGHT: Indonesian Journal Social Studies and Humanities
Publisher : INSIGHT: Indonesian Journal Social Studies and Humanities

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/.v5i2.81267

Abstract

Abstrak. Pada umumnya pernikahan tidak selalu bahagia dan berjalan normal seperti yang diharapkan. Kenyataannya pada sehari-hari akan terdapat perbedaan pendapat, tantangan finansial, konflik kecil hingga besar yang dapat mengakibatkan perceraian jika tidak diselesaikan dengan baik. Sehingga setiap pasangan menikah membutuhkan penyelesaian konflik perkawinan sebagai fondasi untuk mempertahankan stabilitas rumah tangga. Namun ternyata salah satu hal yang mempengaruhi penyelesaian konflik perkawinan yaitu kondisi kesehatan mental emosional pada pasangan menikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara penyelesaian konflik perkawinan dilihat dari kondisi kesehatan mental emosional pada pasangan menikah di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan skala General Health Questionnaire (GHQ-12) dan skala Penyelesaian Konflik Perkawinan (PKP-26) yang terbagi menjadi dua dimensi yaitu konstruktif dan destruktif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan angket untuk mengumpulkan data. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 105 orang dewasa berusia 24 – 56 tahun berdomisili di Kota Makassar. Data yang terkumpul kemudian dilakukan uji analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan SmartPLS 3.29. Hasil penelitian menemukan nilai path coefficients antara GHQ dan Konstruktif PKP yaitu -0,631 yang berarti terdapat pengaruh negatif dan kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika kondisi kesehatan mental memburuk, berarti semakin menurun pula penyelesaian konflik konstruktif (positif) pada pasangan menikah. Sedangkan nilai path coefficients antara GHQ dan Destruktif PKP yaitu 0,646 yang berarti terdapat pengaruh positif dan kuat. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kondisi kesehatan mental memburuk, maka semakin tinggi penyelesaian konflik destruktif (negatif). Kesimpulannya yaitu semakin tinggi skor GHQ berarti kondisi kesehatan mental bermasalah, maka semakin rendah konstruktif PKP, dan semakin tinggi destruktif PKP. Penelitian ini diharapkan mampu memberi edukasi pasangan menikah untuk menjaga kesehatan mental emosional agar lebih baik dalam menyelesaikan konflik perkawinan. Kata Kunci: Kesehatan mental emosional, Penyelesaian konflik perkawinan, Pasangan menikah.